ASUHAN KEPERAWATAN SAKIT
KEPALA (HEADACHE)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sakit Kepala merupakan masalah
kesehatan yang paling sering terjadi. Beberapa orang sering mengalami sakit
kepala, sedangkan yang lainnya hampir tidak pernah merasakan sakit kepala.
(info-sehat-kita.blogspot.com)
Sakit kepala menahun dan sakit
kepala kambuhan bisa terasa sangat nyeri dan mengganggu, tetapi jarang
mencerminkan keadaan kesehatan yang serius. Suatu perubahan dalam pola atau
sumber sakit kepala (misalnya dari jarang menjadi sering, sebelumnya ringan
sekarang menjadi berat) bisa merupakan pertanda yang serius dan memerlukan
tindakan medis segera. (anonim,2009)
Sekarang ini banyak sekali obat-obat
sakit kepala yang dijual bebas di toko-toko obat atau apotik. Di televisi juga
banyak iklan yang menawarkan obat sebagai solusi sakit kepala. Namun hampir
semua obat tersebut tidaklah mampu mengatasi sakit kepala dengan sebenar-benarnya.
Memang untuk reaksinya sangat cepat dalam meredakan sakit kepala, namun di lain
waktu ia akan kambuh kembali. Akibatnya kita menjadi ketergantungan dan bila
dikonsumsi terus penerus dapat menyebabkan pembuluh darah kian tersumbat sebab
obat - obat tersebut sebenarnya adalah toksin bagi tubuh kita karena terbuat
dari bahan kimia.(anonim,2009)
Hampir setiap orang pernah merasakan
nyerinya sakit kepala. Data menunjukkan, 90% populasi manusia pernah mengalami
penyakit yang menimbulkan rasa nyut-nyut atau cekot-cekot ini sekali atau dua
kali dalam setahun. Sakit kepala juga menjadi alasan terbanyak kedua orang
mendatangi dokter.(Dede arif rahman, 2009)
Untuk itu kita sebagai calon tenaga
kesehatan, kita perlu mengetahui dan memahami tanda dan gejala berbagai
penyakit khususnya di sini sakit kepala.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
klasifikasi sakit kepala ?
2.
Bagaimana
etiologi dari masing-masing jenis sakit kepala ?
3.
Bagaimana
manifestasi klinis masing-masing jenis sakit kepala ?
4.
Bagaimana
patofisiologi masing-masing jenis sakit kepala ?
5.
Bagaimana
penatalaksanaan untuk masing-masing jenis sakit kepala ?
6.
Bagaiman
pengkajian untuk masalah sakit kepala ?
7.
Bagaimana
diagnosa keperawatan untuk penyakit sakit kepala ?
8.
Bagaimana
intervensi yang di rencanakan untuk masalah sakkiit kepala ?
1.3 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana asuhan
kerawatan yang tepat pada penyakit sakit kepala.
Tujuan Khusus
1.
Untuk
mengetahui klasifikasi dari sakit kepala
2.
Untuk
mengetahui etiologi dari masing-masing sakit kepala
3.
Untuk
mengetahui manifestasi klinis dari masing-masing jenis sakit kepala
4.
Untuk
mengetahui patofisiologi dari masing-masing jenis sakit kepala
5.
Untuk
mengetahui penatalaksanaan dari masing-masing jenis sakit kepala
6.
Untuk
mengetahui pengkajian dari penyakit sakit kepala
7.
Untuk
mengetahui diagnosa keperawatan yang tepat untuk penyakit sakit kepala
8.
Untuk
mengetahui interfensi yang tepat untuk masalah penyakit sakit kepala
1.4 Manfaat
Kita yang nantinya sebagai tenaga kesehatan
dapat mengetahui dan faham akan asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien
dengan masalah sakit kepala (headache), sehinggga di dunia rumah sakit nanti
dapat menerapkan asuhan keperawatan ke pasien dengan masalah sakit kepala
secara tepat.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Nyeri kepala (headache atau
chepalgia) merupakan keluhan yang sangat umum pada pasien. Chepalgia atau sakit
kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama pada manusia. Sakit kepala
pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit
organik (neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren),
tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut.
Karena nyeri kepala sering menyertai pada penyakit-penyakit lainnya, terkadang
pasien mengobati sendiri nyeri kepalanya, padahal banyak nyeri kepala yang
disebabkan karena penyakit serius seperti infeksi dan tumor intracranial,
meningitis, infeksi akut, cedera kepala, hipoksia serebral, atau penyakit
kronis dan akut pada mata, hidung, dan tenggorokan. Nyeri kepala terjadi ketika
area sensitif pada kepala distimulus kemudian diproyeksikan ke permukaan dan
dirasakan di daerah distribusi syaraf yang bersangkutan. Area-area tersebut
diantaranya kulit kepala, periosteum, syaraf kranial V, IX, X, daerah
meningen(Tarwono,2007)
2.2 Klasifikasi
1. Berdasarkan klasifikasi
Internasional Nyeri Kepala Edisi 2 dari International Headache Society
(IHS) yang terbaru tahun 2004, nyeri kepala Primer terdiri atas Migraine,
Tension type Headache, Cluster Headache dan other trigeminal-autonomic
cephalalgias dari Other Primary.
2. Pembagian klinis nyeri
kepala (Anthony, 1988)
A. Sakit kepala akut
• Intrakranial
– Meningitis / ensefaliti
– Perdarahan subaraknoid
– Hematoma subdural
– Tumor intrakranial
• Ekstrakranial
– Migren
– Sakit kepala tandan (cluster)
– Sakit kepala post trauma
– Glaucoma
– Neuritis optika
– Insufisiensiserebro-vaskuler
3. Pembagian nyeri kepala, neuralgia
cranial dan nyeri fasial (Oleson,1988).
a) Migrain
b) Ketegangan-jenis sakit kepala
c) sindrom sakit kepala Cluster
d) Sakit kepala yang berhubungan dengan trauma kepala
e) gangguan Vascular
f) Sakit kepala yang berhubungan dengan nonvascular intrakranial gangguan
g) Sakit kepala yang berhubungan dengan zat atau mereka
penarikan
b) Ketegangan-jenis sakit kepala
c) sindrom sakit kepala Cluster
d) Sakit kepala yang berhubungan dengan trauma kepala
e) gangguan Vascular
f) Sakit kepala yang berhubungan dengan nonvascular intrakranial gangguan
g) Sakit kepala yang berhubungan dengan zat atau mereka
penarikan
Dalam hal ini yang dibahas hanya
sebatas migren, tension, dan cluster
a. Migren
Menurut International Headache
Society (IHS), migren adalah nyeri kepala berulang dengan serangan nyeri
yang berlangsung 4-72 jam. Nyer biasanya sesisi (unilateral), sifatnya
berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat, diperhebat oleh aktivitas
dan dapat disertai mual dan atau muntah dan perubahan visual. Fotopobia,
dan fonofobia.
Secara umum migren dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu:
1.
Migren
tanpa aura (migren umum),
pada migren yang jenis ini tidak ditemukan aura, tetepi dapat ditemukan adanya
gejala prodromal.
2.
Migren
dengan aura (migren klasik),
pada migren jenis ini nyeri kepala didahului oleh adanya gejala neurology fokal
yang berlangsung sementara atau disebut juga aura. Aura dapat berupa gangguan
visual, hemisensorik, hemiparesis atau disfasia, ataupun kombinasi dari semua
gangguan tadi
b. Tension type headache (Nyeri
kepala tegang,seperti di tekan atau di ikat)
Tension-type headache adalah suatu keadaan yang melibatkan
sensasi leher atau rasa tidak nyaman di kepala, kulit kepala, atau leher yang
biasanya berhubungan dengan ketegangan otot di daerah ini.
Tension type headache dapat
diklasifikasikan menjadi:
1. Episodic Tension-type Headache
Sekurang-kurangnya terdapat 10
serangan nyeri kepala yang memenuhi kriteria di bawah ini dan dengan jumlah
hari nyeri kepala <15 hari/bulan. Nyeri kepala berlangsung antara 30 menit
hingga 7 hari. Sekurang-kurangnya terdapat 2 karakteristik nyeri di bawah ini:
·
Terasa
seperti ditekan atau diikat namun tidak berdenyut.
·
Intensitasnya
ringan ataupun sedang (dapat menganggu aktivitas tetapi tidak menghalangi
aktivitas).
·
Lokalisasinya
bilateral.
·
Tidak
bertambah berat saat naik tangga ataupun aktivitas fisik yang rutin dilakukan.
·
Tidak
ada mual ataupun muntah.
·
Fotopobia
dan fonofobia tidak ada atau hanya salah satu.
·
Tidak
ada nyeri kepala akibat sebab lain.
2.Chronic Tension-type
Headache
Frekuensi
dan rata-rata nyeri kepala > 15 hari/bulan dan berlangsung > 6 bulan
serta memenuhi kriteria diatas.
3. Cluster
Nyeri kepala cluster merupakan nyeri
kepala vaskuler, dikenal dengan istilah nyeri kepala Harton,nyeri kepala
histamine, migren merah. Nyeri kepala ini dirasakan sesisi seperti
ditusuk-tusuk pada separuh kepala, pada area bola mata, pipi, hidung,
langit-langit, gusi, dan menjalar ke frontal, temporal, dan oksipital. Sisi
yang terkena konjungtivanya menjadi merah, timbulnya lakrimasi, ptosis, edema
mata, sebelah hidung tersumbat, dan hipersaliva.
Nyeri kepala ini terjadi pada waktu-waktu tertentu, umumnya pada dini harri dan
biasanya pasien akan terbangun karena nyeri. Serangan ini berlangsung 15 menit
sampai 5 jam dan terjadi beberapa kali selama 2-6 minggu. Factor pencetus nyeri
kepala cluster adalah makanan dan minuman yang beralkohol.
2.3 ETIOLOGI
a. Migren
Faktor-faktor pencetus yang dapat
menyebabkan timbulnya migren:
1.
Perubahan
hormone. Estrogen dan progesterone merupakan hormone utama yang berkaitan
dengan serangan migren, baik pada saat maupun di luar periode menstruasi.
Penurunan konsentrasi estrogen dan progesteron pada fase luteal siklus
menstruasi merupakan saat terjadinya serangan migren. Nyeri kepala migrain
dipicu oleh turunnya kadar 17-b estradiol plasma saat akan haid. Serangan
migrain berkurang selama kehamilan karena kadar estrogen yang relatif tinggi
dan konstan, sebaliknya minngu pertama post partum, 40% pasien mengalami
serangan yang hebat, karena turunnya kadar estradiol. Pemakaian pil kontrasepsi
juga meningkatkan serangan migrain.
2.
Makanan.
Makanan yang sering menyebabkan nyeri kepala pada beberapa orang antara lain:
makanan yang bersifat vasodilator (histamin, contoh: anggur merah, natrium
nitrat), vasokonstriktor (tiramin, contoh: keju; feniletilamin, contoh: coklat;
kafein), dan zat tambahan pada makanan (natrium nitrit, monosodiaum
glutamat/MSG, dan aspartam).
3.
Stres
4.
Rangsangan
sensorik.
·
Sinar
yang terang dan sinar yang menyilaukan.
·
Bau
menyengat, termasuk bau yang tidak menyenangkan seperti tinner dan asap rokok.
1.
Faktor
fisik.
·
Kegiatan
fisi yang berlebihan termasuk aktivitas seksual.
·
Perubahan
pola tidur, termasuk terlalu banyak tidur atau terlalu sedikit tidur, dan
gangguan saat tidur.
1.
Perubahan
lingkungan. Seperti: cuaca, musim, tingkat dataran tinggi, tekanan barometer,
atau zona waktu.
2.
Alkohol.
3.
Merokok.
b. Tension type headache (Nyeri
kepala tegang)
1.
Peristiwa
stres tertentu
Stress dan depresi pada umumnya
berperan sebagai faktor pencetus sekitar 87%, exacerbasi maupun mempertahankan
lamanya nyeri kepala. Prevalensi life time depresi pada penduduk adalah sekitar
17%. Pada penderita depresi dijumpai adanya defisit kadar serotonin dan
noradrenalin di otaknya.
1.
depresi
2.
kecemasan
3.
kurang
tidur atau perubahan pola tidur rutin
Jadwal tidur yang berubah juga bisa
membuat sakit kepala, misalnya tidur terlambat. Sebisa mungkin tidur teratur.
1.
tidak
makan
Hindari makan atau minum sesuatu
yang sensitif, khususnya sebelum
melakukan kegiatan fisik. Rasa lapar juga bisa membuat kita sakit kepala. Pasalnya, pembuluh darah akan melebar setiap kali kadar gula darah turun. Jadi, sebisa mungkin makan secara teratur.
melakukan kegiatan fisik. Rasa lapar juga bisa membuat kita sakit kepala. Pasalnya, pembuluh darah akan melebar setiap kali kadar gula darah turun. Jadi, sebisa mungkin makan secara teratur.
1.
Posisi
tubuh yang salah saat tidur
Sakit kepala karena tegang.
Gejalanya diawali dengan ketegangan di otot leher, bahu, dan tengkorak akibat
tekanan emosional. Sakitnya selalu berawal dari kepala belakang, merambat ke
depan, lalu ke kedua sisi kepala.
1.
Bekerja
dalam posisi yang tidak enak
Leher tegang akibat bekerja sambil
duduk yang terlalu lama, misalnya mengetik dengan komputer.
1.
kurangnya
aktifitas fisik
2.
kegiatan
fisik yang intens, termasuk aktifitas seksual, perubahan hormonal yang
berhubungan dengan menstruasi, kehamilan, atau penggunaan hormon,
3.
penggunaan
obat untuk sakit kepala yang berlebihan.
c. Cluster
Penyebab pasti sakit kepala cluster
tidak diketahui, tetapi ketidak normalan pada hypothalamus sepertinya berperan.
Serangan cluster terjadi seperti rutinitas harian, dan siklus periode cluster
sering mengikuti musim dalam setahun. Pola ini menunjukkan pola jam biologis
tubuh terlibat. Pada manusia, jam biologis tubuh terdapat pada hypothalamus,
yang berada di dalam pada tengah otak. Ketidaknormalan hypothalamus menerangkan
waktu dan siklus alami sakit kepala cluster. Penelitian mendeteksi peningkatan
aktifitas pada hypothalamus menajdi sumber sakit kepala cluster. Faktor lain
yang mungkin juga terlibat adalah:
·
Hormon
Orang dengan sakit kepala cluster
memiliki ketidaknormalan tingkat hormon tertentu, seperti melatonin dan
cortisol, terjadi saat periode cluster.
·
Neurotransmitter
Berubahnya tingkat beberapa reaksi
kimia yang membawa impuls syaraf pada otak (neurotransmitter), seperti
serotonin, mungkin memiliki peran dalam tumbuhnya sakit kepala cluster.
Tidak seperti migrain atau sakit kepala karena ketegangan, sakit kepala cluster umumnya tidak berkaitan dengan pemicu seperti makanan, perubahan hormon atau stress. Tapi sekali periode cluster mulai, mengkonsumsi alkohol dapat dengan cepat memicu pecahnya sakit kepala karena alkohol adalah pemicu tercepat terjadinya sakit kepala selama periode klaster dan juga dapat memiliki efek bahkan sebelum minuman pertama selesai. Untuk alasan ini, banyak orang dengan sakit kepala cluster menghindari alkohol pada saat durasi periode cluster. Pemicu lain yang mungkin juga termasuk adalah penggunaan obat medis, seperti nitroglycerin, obat yang digunakan untuk penyakit jantung.
Tidak seperti migrain atau sakit kepala karena ketegangan, sakit kepala cluster umumnya tidak berkaitan dengan pemicu seperti makanan, perubahan hormon atau stress. Tapi sekali periode cluster mulai, mengkonsumsi alkohol dapat dengan cepat memicu pecahnya sakit kepala karena alkohol adalah pemicu tercepat terjadinya sakit kepala selama periode klaster dan juga dapat memiliki efek bahkan sebelum minuman pertama selesai. Untuk alasan ini, banyak orang dengan sakit kepala cluster menghindari alkohol pada saat durasi periode cluster. Pemicu lain yang mungkin juga termasuk adalah penggunaan obat medis, seperti nitroglycerin, obat yang digunakan untuk penyakit jantung.
2.4 MANIFESTASI KLINIS
A. Migren
Tanda dan gejala migren bervariasi
di antara penderita. Terdapat 4 fase yang umum terjadi pada penderita migren,
tetapi semuanya tidak harus selalu dialami oleh penderita. (Wikipedia)
Fase-fase tersebut antara
lain:
1.
Fase
Prodromal. Fase ini dialami 40-60% penderita migren. Gejalanya berupa perubahan
mood, iritabel, depresi atau euforia, perasaan lemah, letih, lesu, tidur
berlebihan, menginginkan jenis makanan tertentu (coklat) dan gejala lainnya.
Gejala ini muncul beberapa jam atau hari sebelum fase nyeri kepala. Fase in
memberi pertanda kepada penderita atau keluarga bahwa akan terjadi
serangan migren.
2.
Fase
Aura. Aura adalah gejala neurologis fokal kompleks yang mendahului atau
menyertai serangan migren. Fase ini mucul bertahap selama 5-20 menit, dan
bertahan kurang dari 60 menit. Aura ini dapat berupa sensasi visual, sensorik,
motorik, atau kombinasi dari aura-aura tersebut.
Aura visual muncul pada 64% kasus
dan merupakan gejala neurologis yang paling umum terjadi. Yang khas untuk
migren adalah scintillating scotoma: tampak bintik-bintik kecil yang
banyak, gangguan visual homonim, gangguan salah satu sisi lapangan pandang,
persepsi adanya cahaya berbagai warna yang bergerak pelan (fenomena positif).
Kelainan visual lainnya adalah adnya skotoma ( fenomena negatif) yang bisa
timbul pada salah satu mata atau kedua mata. Kedua fenomena ini bisa timbul
bersamaan dan berbentuk zig-zag. Aura pada migren biasanya hilang dalam
beberapa menit dan kemudian diikuti dengan periode laten sebelum timbul nyeri
kepala. Walaupun ada juga yang melaporkan tanpa periode laten.
1.
Fase
Nyeri Kepala. Nyeri kepala migren biasanya berdenyut, unilateral dan awalnya
berlokasi di daerah frontotemporalis dan okular, kemudian setelah 1-2 jam
menyebar secara difus ke arah posterior. Serangan berlangsung selama 4-72 jam
pada orang dewasa, sedangkan pada anak-anak berlangsung pada 1-48 jam.
Intensitas nyeri nerkisar dari sedang sampai berat dan dapat mengganggu pasien
dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2.
Fase
Postdromal. Pasien mungkin merasa lelah, iritabel, konsentrasi terganggu, dan
perubahan mood. Akan tetapi, beberapa orang merasa ‘segar’ atau euforia
setelah serangan, sedangkan yang lainnya merasa depresi dan lemas.
B. Tension type headache (Nyeri
kepala tegang)
Gejala klinis yang dapat ditemukan pada tension-typeheadache adalah:
1.
Tidak
ada gejala prodnormal atupun aura.
2.
Nyeri
dapat ringan hingga sedang maupun berat.
3.
Tumpul,
seperti ditekan atau diikat. Tidak berdenyut.
4.
Menyeluruh
atau difus (tidak hanya pada satu titik atau satu sisi), nyeri lebih hebat di
daerah kulit kepala, oksipital, dan belakang leher.
5.
Terjadi
secara spontan.
6.
Memburuk
atau dicetuskan oleh stres dan kelelahan.
7.
Adanya
insomnia.
8.
Iritabilitas.
9.
Gangguan
konsentrasi.
10.
Kadang-kadang
disertai vertigo.
11.
Beberapa
orang mengeluh rasa tidak nyaman didaerah leher, rahang, dan temporomandibular.
1.
Cluster
Tanda dan gejala kususnya adalah :
1.
Sakit
yang mengerikan, biasanya terdapat pada atau sekitar mata, tapi dapat merambat
pada area lain di wajah, kepala, leher dan pundak.
2.
Sakit
pada satu sisi
3.
Kegelisahan
4.
Keluar
air mata secara berlebihan
5.
Mata
merah sebagai efek samping
6.
Lendir
atau basah pada lubang hidung sebagai efek samping pada wajah
7.
Berkeringat,
kulit pucat pada wajah
8.
Bengkak
di sekitar mata sebagai efek samping pada wajah
9.
Ukuran
pupil yang mengecil
10.
Kelopak
mata yang layu
2.5 PATOFISILOGI
Menurut Buku
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Persarafan, patofisiologi
headache sebagai berikut:
a. Migren
Migren headache merupakan gangguan
nyeri kepala ditandai dengan adanya serangan nyeri yang
berkepanjangan dan tiba-tiba dengan vasokonstriksi yang diikuti dengan
vasodilatasi. Migren headache dapat diawali dengan adanya aura atau berbagai
sensasi prodromal seperti silau, penglihatan ganda dsb dimana ini merupakan
indikasi adanya disfungsi serebral fokal. Berkenaan dengan migren ini dikatakan
bahwa kemungkinan disebabkan oleh ketegangan emosional yang
berkepanjangan. Ini akan menyebabkan reflek vasospasmus dari beberapa arteri di
kepala termasuk arteri yang mensuplai otak. Vasospasmus akan menyebabkan sebagian
otak menjadi iskemik dan menyebabkan gejala prodromal. Iskemik yang
berkepanjangan menyebabkan dinding vaskular menjadi flasik dan tidak mampu
mempertahankan tonus vaskular. Desakan darah menyebabkan pembuluh darah
berdilatasi dan terjadi peregangan dinding arteri sehingga menyebabkan nyeri
atau migren.
b. Tension type headache (Nyeri kepala tegang)
Tension headache merupakan nyeri kepala yang pada umumnya disebabkan oleh
ketegangan dan kontraksi otot-otot leher dan kepala. Ini akan menyebabkan
tekanan pada serabut syarafdan konstriksi pembuluh darah pada dasar leher yang
pada gilirannya akan makin menambah tekanan dan menyebabkan buangan sisa (asam
laktat) menumpuk. Akumulasi ini menyebabkan timbulnya nyeri. Ketegangan otot
ini pada umumnya merupakan reaksi yang tidak disadari terhadap stres. Akan
tetapi, aktifitas-aktifitas yang membutuhkan kepala harus bertahan pada satu
posisis dapat menyebabkan nyeri kepala jenis ini, ataupun tidur dengan letak
leher yang tidak benar(tegang)dapat merpakan penyebab tension headache.
c. Cluster
Focus patofisiologi di arteri
karotis intrakavernosus yang merangsang pleksus perikarotis. Pleksus ini
mendapat rangsangan dari cabang 1 dan 2 nervus trigeminus, ganglia servikalis
superior/SCG (simpatetik) dan ganglia sfenopalatinum/SPG (parasimpatetik).
Diperkirakan focus iritatif di dan sekitar pleksus membawa impuls-impuls ke
batang otak dan mengakibatkan rasa nyeri di daerah periorbital, retroorbital
dan dahi.
2.6 PENATALAKSANAAN
a. Migren
Terdiri dari 2 macam, yaitu:
1.
Pengobatan
akut/segera (abortif). Jenis obat yang dipakai adalah:
·
Aspirin
dan NSAID dosis tinggi (900 mg) untuk serangan ringan serta sedang.
·
Kombinasi
analgesik dan antiemetik, contoh: aspirin dengan metoklopramid atau parasetamol
dengan domperidon untuk serangan ringan sampai sedang.
·
Analgesik
yang mengandung opiat, contoh: almotriptan, eletriptan, frovatriptan,
naratriptan, sumatriptan, rizatriptan, zolmitriptan yang terdapat dalam bentuk
sediaan oral, semprotan hidung, subkutan, dan rektal supositoria. Sediaan oral
sesuai untuk intensitas nyeri kepala ringan sampai sedang untuk menjaga
absorbsinya. Obat ini harus diberikan dengan dosis optimal dan sebaiknya
diulang setiap 2 jam (untuk naratriptan setiap 4 jam), sampai nyeri kepala
hilang sepenuhnya atau telah mecapai dosis maksimal. Golongan triptan sebaiknya
tidak digunakan dalam 24 jam setelaj pemakaina triptan jenis lain.
·
Dihidroergotamin
(DHE) untuk semua jenis serangan.
1.
Pengobatan
preventif (profilaksis). Macam-macam obat pilihan pertama yang dianggap efektif
dalam pengobatan preventif adalah:
·
Penyekat-ß
misalnya atenolol, bisoprolol, metoprolol, nadolol, propanolol, dan timolol.
Pemakaian penyekat –β
dikontraindikasikan pada sinus bradikardi, penyakit paru obstruktif (asma), dan
DM.
·
Antagonis
serotonin (5-HT2), misalnya: metisergid dan siproheptadin.
·
Antidepresan
trisiklik, misalnya amitriptilin.
·
Penyekat-Ca,
misalnya: flunarisin dan verapramil
Meningkatkan ambang rangsang
nyeri .
·
Antikomvulsan,
misalnya:Na valproat dan topiramat.
b. Tension type headache (Nyeri kepala tegang)
Terapi Non-farmakologi
·
melakukan
latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya 20 sampai 30 menit
·
perubahan
posisi tidur
·
pernafasan
dengan diafragma atau metode relaksasi otot yang lain
·
Penyesuaian
lingkungan kerja maupun rumah :
·
Pencahayaan
yang tepat untuk membaca, bekerja, menggunakan komputer, atau saat menonton
televisi
·
Hindari
eksposur terus-menerus pada suara keras dan bising
·
Hindari
suhu rendah pada saat tidur pada malam hari
Terapi farmakologi
·
Menggunakan
analgesik atau analgesik plus ajuvan sesuai tingkat nyeri. Contoh : Obat-obat
OTC seperti aspirin, acetaminophen, ibuprofen atau naproxen sodium. Produk
kombinasi dengan kafein dapat meningkatkan efek analgesik
·
Untuk
sakit kepala kronis, perlu assesment yang lebih teliti mengenai penyebabnya,
misalnya karena anxietas atau depresi pilihan obatnya adalah antidepresan,
seperti amitriptilin atau antidepresan lainnya. Hindari penggunaan analgesik
secara kronis
·
memicu
rebound headache
c. Cluster
Sasaran terapi : menghilangkan nyeri
(terapi abortif), mencegah serangan (profilaksis)
Strategi terapi : menggunakan obat
NSAID, vasokonstriktor cerebral
Obat-obat terapi abortif:
·
Oksigen
·
Ergotamin
·
Dosis
sama dengan dosis untuk migrain
·
Sumatriptan
Obat-obat untuk terapi profilaksis:
·
Verapamil
·
Litium
·
Ergotamin
·
Metisergid
·
Kortikosteroid
·
Topiramat
Terapi Nonfarmakologi headache:
1.
Terapi
Akupuntur
Penggunaan akupuntur dilakukan di
titik-titik yang direkomendasikan menggunakan 10 sampai 12 jarum, 30 menit per
minggu, selama 10 hingga 12 minggu.
1.
Latihan
fisik
Latihan fisik mengurangi intensitas
dan bahkan membebaskan sakit kepala sebagian pasien hingga enam bulan. Selain
itu juga bisa dilakukan latihan olahraga yang mengarah pada otot-otot bahu dan
leher, masing-masing selama 100 kali, dan ditambah pula dengan mengayuh sepeda
ergonomik serta peregangan.
1.
Latihan
relaksasi
Latihan relaksasi mencakup latihan
pernapasan, teknik mengendalikan stres, serta bagaimana bersikap rileks selama
beraktivitas dan dalam menjalani hidup sehari-hari.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Pasien A datang dengan keluhan utama
nyeri kepala. Nyeri kepala dirasakan sudah 2 bulan kambuh- kambuhan. Sakit
kepala terasa berdenyut seperti mau pecah dari sekitar mata sebelah kiri, dahi
hingga belakang kepala, timbul tidak tiap hari dirasakan paling berat dan
mengganggu saat datang ke rumah sakit. Nyeri kepala bertambah saat beraktivitas
sehingga aktivitas sehari- hari terganggu. Keluhan berkurang saat pasien
memejamkan mata. Nyeri kepala setiap kali kambuh dirasakan tidak makin
memberat. Timbul terutama saat siang hari dan kelelahan. Nyeri berlangsung
kurang lebih 30 menit disertai mata nrocoh. Mata tidak merah, penglihatan tidak
kabur dan berkunang- kunang, tidak mual muntah. Pasien memiliki beberapa
gigi berlubang.
Pengkajian:
Tanggal
Pengkajian : 12 april 2010
Tanggal Masuk
RS : 10 April 2010
No. Register
: 6290901
IDENTITAS :
Nama
: Ny. A
Umur
: 23 tahun
Suku/Bangsa
: Jawa / Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: Ibu rumah tangga
Alamat
: Jl. Karangrejo Sawah 1 Surabaya
Penanggung jawab
biaya : Bpk. D
Alamat
: Jl. Karangrejo Sawah 1 Surabaya
Diagnosis
Medis
: Nyeri kepala migren
KELUHAN UTAMA:
Nyeri kepala
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
Ny. A
merasa nyeri kepala sudah sejak dua bulan yang lalu, timbul tidak tiap hari,
sifatnya kambuh-kambuhan. Sakit kepala terasa berdenyut seperti mau pecah dari
sekitar mata sebelah kiri, dahi hingga belakang kepala. Nyeri kepala bertambah
saat beraktivitas sehingga aktivitas sehari- hari terganggu. Keluhan berkurang
saat Ny. A memejamkan mata. Nyeri kepala setiap kali kambuh dirasakan tidak
makin memberat. Timbul terutama saat siang hari dan kelelahan. Nyeri
berlangsung kurang lebih 30 menit disertai mata nrocoh. Dirasakan paling berat
dan mengganggu saat datang ke rumah sakit. Sebelum sesaat Ny A merasakan nyeri
kepala yang berdenyut, Ny A melihat kilatan cahaya yang menjadi tanda awal
sebelum Ny A migren.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:
Pasien pernah mengalami serangan
seperti ini namun tidak sesering akhir-akhir ini.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Pasien mengaku bahwa pada beberapa
keluarga juga mengeluh penyakit migren.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda Vital:
Suhu: 36,60C
Nadi: 88 x/menit
RR: 22 x/menit
Tensi: 120/80 mmHg
Keadaran: Compos Mentis
B1
(breathing) : Normal
B2
(blood) : Normal
B3
(brain) : Ny.
A compos mentis, GCS 4-5-6, nyeri terasa berdenyut dari sekitar mata sebelah
kiri, dahi hingga belakang kepala. Mata mengalami lakrimasi.
B4
(bladder) : Normal
B5
(bowel) : porsi
makan menurun
B6
(bone)
: kelemahan otot dan malaise
DATA PENUNJANG
1. Hematologi Paket tanggal 10 april
2010
Hb : 13, 10 g/dl (12-15)
Ht : 40,3 % (35-47)
Eritrosit : 4,74 juta/mm3 (3,9-5,6)
Leukosit : 15,4 ribu/mm3 (4-11)
Trombosit : 285 ribu/mm3 (150-400)
GDS : 281mg/dl (80-110)
2. RFT tanggal 10 april 2010
Ureum : 21 mg/dl (15-39)
Creatinin : 0,9 mg/dl (0,6-1,3)
3. Elektrolit tanggal 10 april 2010
Natrium : 128 mmol/l (136-145)
Chorida : 98 mmol/l (98-107)
Kalium : 3,5 mmol/l (3,5-5,1)
Calsium : 2,42 mmol/l (2,12-2,52)
4. CT-Scan tanggal 12 april 2010
Kesan : Peningkatan TIK
5. Foto thoraks tanggal 12 april
2010
Kesan : kardiomegali (suspek LV),
pulmo tak tampak kelainan.
6. EKG tanggal 12 april 2010
Irama : sinus
HR : 88 x/mnt
Kesan : normal sinus Rythem
ANALISIS DATA
NO
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
|||||||||||||||
1.
|
DS : Pasien mengeluh nyeri kepala
saat melakukan aktifitas berat dan nyeri mereda setelah klien minum obat.
Nyeri terasa di kepala bagian frontalis (dahi) dan menjalar ke oksipital
(belakang)
DO :
- Ekspresi wajah
pasien tampak kesakitan terutama saat bergerak.
- Gelisah
S: skala 6
Suhu: 36,60C
Nadi: 88 x/menit
RR: 22 x/menit
Tensi: 120/80 mmHg
|
Beban berat
Tegangan otot
Syaraf terganggu
Nyeri
|
Nyeri
|
|||||||||||||||
2.
|
DS : Pasien mengungkapkan malu
meminta bantuan saat sakit kepala muncul, karena di rasa masalah biasa.
DO : Konsentrasi yang lemah
|
Banyak sresor datang
Stres
Tidak mampu membuat penilaian yang
tepat terhadap stresor
|
Ketidakefektifan koping individu
|
|||||||||||||||
3.
|
DS : Pasien mengeluh cepat lelah saat
melakukan aktivitas dan bertambah pusing
DO :
GCS = 4,5,6
Lemah, letih, lesu
Hb : 15
|
Nyeri
Anoreksia
Suplai O2 ke otak
CO2
Pernafasan anaerob
Lemas
|
Intoleransi aktivitas
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Nyeri
berhubungan dengan nyeri kepala
2.
Tidak
efektifnya koping individu berhubungan dengan nyeri dan perubahan
gaya hidup
3.
Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan penurunan suplai O2 di seluruh tubuh
INTERVENSI KEPERAWATAN
1.
Diagnosa
: Nyeri berhubungan dengan nyeri kepala
Tujuan
: Rasa nyeri
berkurang
Kriteria hasil : Pasien
mengatakan nyeri berkurang atau tidak merasa nyeri
Ekspresi wajah pasien tidak nampak kesakitan
Skala nyeri = 0
TTV (Nadi 60-100 x/menit, RR 16-20x/menit)
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Pantau dan catat tanda-tanda awal
nyeri kepala, penurunan, lokasi, lamanya, dan tanda-tanda lainnya
|
Adanya tanda awal nyeri sering
terjadi pada pasien migren sehingga dapat diidentifikasi upaya pencegahan
|
2
|
Anjurkan pasien untuk mencatat
perkembangan tingkat nyeri
|
Mengetahui reaksi pemberian obat
apakah ada perubahan penurunan tingkat nyeri
|
3
|
Anjurkan pada klien untuk
mengurangi aktivitas yang berat dan menambah waktu istirahat
|
Menghindari stimulus nyeri dan
meningkatkan rasa nyaman.
|
4
|
Massage kepala dan leher
|
Meningkatkan relaksasi dan
menurunkan ketegangan otot
|
5
|
Kompres hangat atau dingin pada
daerah kepala
|
Kompres dingin dapat mengakibatkan
vasodilatasi, sehingga dapat menurunkan nyeri kepala. Kompres hangat dapat
meningkatkan sirkulasi darah dan menurunkan tegangan otot
|
6
|
Kolaborasi pemberian obat:
aspirin dengan metoklopramid
|
Mengurangi rasa nyeri skala ringan
hingga sedang dan rasa mual
|
1.
Diagnosa
: Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan nyeri dan
perubahan gaya hidup
Tujuan
:
Koping individpu menjadi efektif
Kriteria hasil :
Pasien menyatakan mengerti cara mengatasi nyeri kepala yang benar
Perubahan perilaku pasien kearah positif
Pasien mengatakan lebih nyaman
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Observasi perilaku pasien dan perubahan
yang terjadi saat nyeri
|
Pasien dengan nyeri kepala akan
terjadi perubahan prilaku, seperti sensitive, marah, depresi
|
2
|
Pantau mekanisme koping pasien
saat terjadi serangan
|
Menentukan efektifitas koping
|
3
|
Dorong pasien untuk
mengekspresikan masalah yang dihadapi sekarang seperti rasa takut
|
Menyampaikan perasaan dapat
mengurangi masalah
|
4
|
Berikan support dan berikan
informasi yang realistik
|
Membangkitkan kemampuan untuk
mengurangi rasa nyeri
|
1.
Diagnosis
: Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan suplai O2 di
seluruh tubuh
Tujuan
: Toleransi aktifitas
Kriteria hasil :
Kelemahan berkurang
Toleransi terhadap aktifitas meningkat
Mampu beraktifitas secara mandiri
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Rancang jadwal harian pasien
|
Mencegah aktivitas pasien yang
berlebihan
|
2
|
Tingkatkan aktifitas secara
bertahap dengan periode istirahat diantara dua aktifitas misalnya duduk dulu
sebelum berjalan setelah tidur
|
Meningkatkan tingkat toleransi
aktivitas pasien
|
3
|
Observasi respon individu terhadap
aktivitas
|
Evaluasi kelemahan dan tingkat
toleransi aktivitas pasien
|
4
|
Bantu aktivitas dan motivasi klien
untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan
|
Motivasi dapat meningkatkan
keinginan sehingga pasien lebih percaya diri dalam melaksanakan aktivitasnya
secara mandiri.
|
BAB 4
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Sakit Kepala merupakan masalah
kesehatan yang paling sering terjadi. Beberapa orang sering mengalami sakit
kepala, sedangkan yang lainnya hampir tidak pernah merasakan sakit kepala.
Sekarang ini banyak sekali obat-obat
sakit kepala yang dijual bebas di toko-toko obat atau apotik. Di televisi juga
banyak iklan yang menawarkan obat sebagai solusi sakit kepala. Namun hampir
semua obat tersebut tidaklah mampu mengatasi sakit kepala dengan
sebenar-benarnya. Memang untuk reaksinya sangat cepat dalam meredakan sakit
kepala, namun di lain waktu ia akan kambuh kembali. Akibatnya kita menjadi
ketergantungan dan bila dikonsumsi terus penerus dapat menyebabkan pembuluh
darah kian tersumbat.
Untuk itu kita sebagai calon tenaga
kesehatan, kita perlu mengetahui dan memahami tanda dan gejala berbagai
penyakit khususnya di sini sakit kepala.
Daftar Pustaka
Wartonah,Tarwono.2007.Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
SistemPersyarafan.Jakarta: Sagung Seto
Dewanto,George.2007.Panduan Praktik Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit
Syaraf.Jakarta: ECG
Anonim.http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Ilmu%20Penyakit%20Saraf/Chepalgia%20%5BCompatibility%20Mode%5D.pdf
(09 Des 2010, 19:30)
Anonim.http://www.jawaban.com/index.php/money/detail/id/67/news/090328230810/limit/0/
(09 Des 2010, 20:15)
Anonim.
http://www.scumdoctor.com/Indonesian/pain/headache/cluster-headaches/Home-Remedies-For-Cluster-Headaches.html.
(06 Des 2010,11:10)
Anonim. http://traditionalmedicine.m-user.biz/?p=177#more-177.(09 Des
2010,21.00)