Fisioterapi Pada Pasien Dengan Stroke Hemoragic

FISIOTERAPI PADA GANGGUAN FUNGSIONAL LENGAN DAN TUNGKAI SISI KIRI AKIBAT HEMIPARESE POST STROKE HEMORAGIC STROKE

BAB I
PENDAHULUAN

Interfensi fisioterapi dan kerjasama dengan tenaga medis dan paramedis lainnya pada kasus-kasus seperti ini sangat dibutuhkan, baik selama pasien dirawat di RS maupun setelah kembali di keluarganya.
Dalam hubungannya dengan penulisan laporan klinik yang berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Gangguan ADL Ekstremitas Sisi Dextra Akibat Hemiparese Post Stroke HS ”, masalah yang timbul adalah :
  1. Bagaimana proses patologi stroke sehingga dapat menimbulkan hemipharese.
  2. Penanganan fisioterapi pada pasien hemipharese pasca stroke dengan berbagai modalitas Fisioterapi yang ada.

Hemipharese merupakan suatu kondisi yang ditandai adanya kelemahan separuh badan, wajah, lengan, dan tungkai berupa gangguan motorik dan gerakan ADL lainnya.
Dalam penulisan laporan study kasus ini penulis akan membahas tentang penatalaksanaan fisioterapi pada pasien hemipharese kiri pasca hemoragik stroke dengan berbagai modalitas fisioterapi yang ada. Hal ini meliputi penanganan pada extremitas superior dan inferior serta mencegah kecacatan lebih lanjut.

BAB II
ANATOMI TERAPAN
Otak besar terbagi atas dua hemisferium serebri yang dipisahkan oleh fissura longitudinal serebri yang terdapat di dalam permukaan hemisferium serebri tersebut. Sel-sel tubuh manusia hampir seluruhnya mengandung potensial listrik yang tegangannya sangat kecil (milli volt). Jaringan saraf dan otot disebut jaringan exitable. Jaringan ini mampu menghantarkan impuls elektro chemical disepanjang membrannya sehingga jaringan exitable mudah dirangsang dengan misalnya arus.(martin suzane, 2007 )

Bagian-bagian otak :
A.                Hemispherium kanan/kiri pembatas Fissura longitudinal cerebri
B.                 Lobus
1)      Lobus Frontalis    : 
  • 4 = Area Motorik Pyramidalis                                   
  • 6 = Tractus Extra Pyramidalis
  • 8 = Bola mata dan Pupil
  • 9, 10, 11, 12 = Assosiasi Frontalis

2)      Lobus Parietalis    :
  • 3, 1, 2 = Somatik
  • 5, 7 = Assosiasi sensorik/kesadaran

3)      Lobus Temporalis : 
  • 41, 42 = Pendengaran
  • 44 = Pusat bicara
  • 38, 40, 20, 21, 22 = Assosiasi
  • 39, 40, 41, 42 = Ingatan

4)      Lobus Occipitalis :
  • 17 = Visual
  • 8, 19 = Assosiasi Visual

5)      Rhiencephalon      : sistim limbik = pusat-pusat kesadaran, assosiasi dan interpretasi sifatnya psikosomatik ( Stuart B. Porter, 2003)
C.                 Corpus Callosum
  1. Mencocokkan 2 benda di ke 2 tangan
  2. Mencocokkan 1 benda dilihat oleh mata kanan/kiri
  3. Melakukan perintah lisan dengan tangan kiri

D.                Ganglia Basalis
  1. Corpus Striatum, mengirim efferent proyeksi ke globus palidus
  2. Menerima impuls dari Lubus Frontalis
  3. Rigid dan spastik
  4. Kelengkapan Extrapyramidalis di ganglia adalah bagian-bagian cel pada ganglia basalis yang membentuk sirkuit pada sistem Extrapiramidalis, dalam mewujudkan gerakan koodinasi tubuh di otak

E.                 Sistem Extrapiramidalis
Secara fisiologis extrapiramidalis dipisahkan dengan pyramidalis, namun timbul masalah rumit. Dari segi fungsi pyramidalis dan extrapyramidalis sebaiknya dianggap satu kesatuan sistem saja, yakni satu kesatuan sistem gerak tubuh terdiri atas efferent dan koordinasi. Dalam bekerja sirkuit (I, II, III) sebagai berikut impuls dimulai dari Cortex, Nuclei Thalamic, Corpus Striatum, Globus Palidus, Corpus Luisy, Subtantia Nigra, Subthalamic Sistem Rubra ke Medulla Spinalis sesegment, Sistem Gamma Lop hingga trbentuk gerakan yang halus, terkoordinir dan bertujuan (sistem gerak). Fungsi utama adalah mengatur gerakan terutama sikap tubuh dan integrasi autonom.
F.                  Thalamus (Cortex Sensorik)
Berfungsi sebagai penentu persepsi beberapa tipe sensasi, kemudian diperinci oleh cortex lebih halus
G.                Hypothalamus
Fungsinya sangat banyak, jika terganggu dapat terjadi : Diabetes Insifidus, Obesitas, Distrofi Sexual dan pengendalian suhu terganggu
H.                Mesencephalon (bagian otak yang terpendek)
Terletak diantara Pons dan Hemisferium, jika teganggu dapat terjadi : Paralysis bola mata keatas (saraf cranialis III, IV) dan trganggu penglihatan satu sisi
I.                   Pons
Letaknya di ventral cerebellum, tanda-tanda gangguan : Pharesis m. Fascialis dan Rectus Ipsilateral, Hemiplegia contralateral kadang N. VII (Strabismus) kena dan Cerebral Ataxic Ipsilateral
J.                   Medulla Oblongata, merupakan bagian dari batang otak paling bawah
K.                Cerebellum (Otak Kecil)
Bila fungsi terganggu akan menimbulkan beberapa gejala tidak tahan dalam ruangan, terhuyung-huyung dan reflex regangan pada otot-otot penyokong
L.                 Fisiologi Peredaran Darah Cerebral
Aliran darah akan membawa O2, makanan dan substansi lain yang dibutuhkan ke otak. Kebutuhan O2 di otak sangat mendesak dan sangat vital, kekurangan O2 kurang lebih 6 menit saja akan mengakibatkan kematian sel otak, sementara tidak ada sistem regenerasi sel otak yang sudah mati, akan terjadi secara permanent, meskipun ada sistem pembantu pengambilan fungsi dari area yang lain terdekat melalui mekanisme adaptasi tetapi tidaklah sempurna. Karena itu sirkulasi darah ke otak haruslah cukup dan konstan. 
M.               Medulla Spinalis
Medulla Spinalis adalah massa jaringan saraf berbentuk silindris memanjang menempati 2/3 canalis vertebralis kurang lebih 42-45 cm dari C1-L1,2 ujung rostral diteruskan oleh Medulla Oblongata sedangkan ujung distal diteruskan oleh Conus Medullaris dari sana keluar serabut saraf berbentuk ekor kuda disebut Cauda Equina bersifat LMN.
Membran / pembungkus Medulla Spinalis yaitu :
1)      Duramater : brentuk tabung yang paling luar dari cranial sampai ke sacral sebagai kantong buntu
2)      Arachnoid : pembungkus bagian tengah
3)      Piamater : membungkus langsung Medulla Spinalis
Fungsi/Perjalanan Impuls saraf
a.      Sensorik
-          Sensorik Tepi: Receptor – serabut saraf sensorik perifer – ganglion pre spinale – PHC
-           Sensorik Pusat: PHC - tr spinothalamicus – thalamus – tr thalamo corticalis – cortex sensorik
b.      Motorik
-          Upper Motor Neuron (UMN)/Motorik Pusat: Cortex motorik – tr piramidal & extra piramidal (cortico spinalis) – AHC.
-          Lower Motor Neuron (LMN)/Motorik Tepi: AHC – serabut saraf motorik perifer – Otot
c.       Koordinasi (Prosesing, Integrating, fungsi luhur)
Fungsi ini hanya dimiliki oleh otak ( Cavalaro, 2009)

BAB III
PATOLOGI TERAPAN
A.    Pengetian
Stroke adalah gangguan peredaran darah di otak. Gangguan peredaran darah dapat berupa Iskemia, yaitu aliran darah berkurang atau terhenti pada sebagian daerah di otak dan perdarahan yang biasanya terjadi karena dinding pembuluh darah robek. Seperti bagian-bagian tubuh lainnya, otak mendapatkan suplai darah dari pembuluh darah agar dapat mempertahankan fungsinya secara normal. Gangguan peredaran darah ini mengakibatkan fungsi otak terganggu dan bila berat dapat mengakibatkan kematian sebagian sel-sel otak (disebut infark).
Otak membutuhkan sangat banyak oksigen. Bila suplai oksigen terputus selama 8-10 detik sudah terjadi gangguan fungsi otak. Bila suplai oksigen terputus lebih dari 6-8 menit, maka terjadi kerusakan otak yang tidak dapat pulih/menetap. Faktor yang mempengaruhi aliran darah di otak adalah: keadaan pembuluh darah, keadaan darah dan keadaan jantung. Gejala utama stroke adalah timbulnya gangguan saraf secara mendadak seperti yang telah disebutkan di atas. Derajat keparahan bervariasi dari yang ringan sampai berat. Gejala stroke yang mula-mula ringan saja dapat kemudian memberat dalam beberapa jam atau hari. Itulah sebabnya gejala stroke tidak boleh diabaikan walaupun pada awalnya ringan.
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskular.
Berdasarkan etiologinya, stroke dibedakan menjadi :
  1. Stroke perdarahan atau strok hemoragik
  2. Strok iskemik atau stroke non hemoragik

Pembedaan menjadi 2 macam stroke tersebut karena antara keduanya memang terdapat perbedaan dalam hal patologi, faktor resiko, cara pengobatan, dan prognosisnya.  Stroke non hemoragik atau yang disebut juga strok iskemik didefinisikan secara patologis, sebagai kematian jaringan otak karena pasokan darah yang tidak adekuat sedangkan stroke hemoragik merupakan
kematian jaringan otak di karenakan pecahnya pembuluh darah yang mengantarkan darah ke otak. ( Cavalaro, 2009)
                 

Iskemik otak terjadi akibat kelainan gangguan suplai darah ke otak yang membahayakan fungsi saraf tanpa memberi perubahan yang menetap.Infark pada otak timbul karena iskemia otak yang lama dan parah dengan perubahan fungsi dan struktur otak yang  ireversible. Gangguan aliran darah otak akan timbul perbedaan daerah jaringan otak :
  1. pada daerah yang mengalami hipoksia akan timbul edema sel otak dan bila berlangsung lebih lama, kemungkinan besar akan terjadi infark.
  2. daerah sekitar infark timbul daerah penumbra iskemik dimana sel masih hidup tetapi tidak berfungsi.
  3. daerah diluar penumbra akan timbul edema lokal atau hiperemis berarti sel masih hidup dan berfungsi.

Orang normal mempunyai suatu sistem autoregulasi arteri serebral. Bila tekanan darah sistemik meningkat, pembuluh serebral menjadi vasospasme (vasokonstriksi). Sebaliknya, bila tekanan darah sistemik menurun, pembuluh serebral akan menjadi vasodilatasi. Dengan demikian, aliran darah ke otak tetap konstan. Walaupun terjadi penurunan tekanan darah sistemik sampai 50 mmHg, autoregulasi arteri serebral masih mampu memelihara aliran darah ke otak tetap normal.Batas atas tekanan darah sistemik yang masih dapat ditanggulangi oleh autoregulasi ialah 200 mmHg untuk tekanan sistolik dan 110-120 mmHg untuk tekanan diastolik. Ketika tekanan darah sistemik meningkat, pembuluh serebral akan berkonstriksi. Derajat konstriksi tergantung pada peningkatan tekanan darah. Bila tekanan darah meningkat cukup tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, akan menyebabkan hialinisasi pada lapisan otot pembuluh serebral. Akibatnya, diameter lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi tetap. Hal ini berbahaya karena pembuluh serebral tidak dapat berdilatasi atau berkonstriksi dengan leluasa untuk mengatasi fluktuasi dari tekanan darah sistemik..(martin suzane, 2007 )
Bila terjadi penurunan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi ke jaringan otak tidak adekuat.Hal ini akan mengakibatkan iskemik serebral. Sebaliknya, bila terjadi kenaikan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi. Akibatnya, terjadi hiperemia, edema, dan kemungkinan perdarahan pada otak (Hariyono,2003 )
1.      Trombosis (penyakit trombo - oklusif)
Trombosis penyebab stroke yang paling sering. Arteriosclerosis selebral dan perlambatan sirkulasi selebral adalah penyebab utama trombosis selebral, yang adalah penyebab umum dari stroke. Trombosis terjadi biasanya ada kaitannya dengan kerusakan local dinding pembuluh darah akibat atrosklerosis. Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan intima arteria besar. Bagian intima arteria sereberi menjadi tipis dan berserabut, sedangkan sel – sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada percabangan atau tempat – tempat yang melengkung. Trombus juga dikaitkan dengan tempat – tempat khusus tersebut. Pembuluh – pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang makin jarang adalah sebagai berikut : arteria karotis interna, vertebralis bagian atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna.
2.      Embolisme
Embolisme sereberi termasuk urutan kedua dari berbagai penyebab utama stroke. Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan penderita trombosis. Kebanyakan emboli sereberi berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga masalah yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit jantung. Meskipun lebih jarang terjadi, embolus juga mungkin berasal dari plak ateromatosa sinus karotikus atau arteria karotis interna. Setiap bagian otak dapat mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya embolus akan menyumbat bagian – bagian yang sempit.. tempat yang paling sering terserang embolus sereberi adalah arteria sereberi media, terutama bagian atas.
3.      Perdarahan serebri
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus GPDO (Gangguan Pembuluh Darah Otak) dan merupakan sepersepuluh dari semua kasus penyakit ini. Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteri serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan /atau subaraknoid, sehingga jaringan yang terletakdi dekatnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteria di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisper otak dan sirkulus wilisi. Bekuan darah yang semula lunak menyerupai selai merah akhirnya akan larut dan mengecil. Dipandang dari sudut histologis otak yang terletak di sekitar tempat bekuan dapat membengkak dan mengalami nekrosis. Karena kerja enzim – enzim akan terjadi proses pencairan, sehingga terbentuk suatu rongga. Sesudah beberapa bulan semua jaringan nekrotik akan terganti oleh astrosit dan kapiler – kapiler baru sehingga terbentuk jalinan di sekitar rongga tadi. Akhirnya rongga terisi oleh serabut – serabut astroglia yang mengalami proliferasi. Perdarahan subaraknoid sering dikaitkan dengan pecahnya suatu aneurisme. Kebanyakan aneurisme mengenai sirkulus wilisi. Hipertensi atau gangguan perdarahan mempermudah kemungkinan ruptur. Sering terdapat lebih dari satu aneurisme.
Perdarahan intrakranial meliputi perdarahan di parenkim otak dan perdarahan subarachnoid. Insidens perdarahan intrakranial kurang lebih 20 % adalah stroke hemoragik, dimana masing-masing 10% adalah perdarahan subarachnoid dan perdarahan intraserebral (Caplan, 2000).
Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisma (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi di daerah subkortikal, serebelum, dan batang otak. Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola berdiameter 100 – 400 mikrometer mengalami perubahan patologi pada dinding pembuluh darah tersebut berupa lipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Pada kebanyakan pasien, peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba menyebabkan rupturnya penetrating arteri yang kecil. Keluarnya darah dari pembuluh darah kecil membuat efek penekanan pada arteriole dan pembuluh kapiler yang akhirnya membuat pembuluh ini pecah juga. Hal ini mengakibatkan volume perdarahan semakin besar (Caplan, 2000).
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di dearah yang terkena darah dan sekitarnya lebih tertekan lagi. Gejala neurologik timbul karena ekstravasasi darah ke jaringan otak yang menyebabkan nekrosis (Caplan, 2000).
Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah disekitar permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang subarachnoid. Perdarahan subarachnoid umumnya disebabkan oleh rupturnya aneurisma sakular atau perdarahan dari arteriovenous malformation (AVM).
Klasifikasi/jenis Stroke
a.       Transient ischaemic attack (TIA)
  • Gangguan pembuluh darah yang menyebabkan deficit neurologis akut yang berlangsung kurang dari 24 jam
  •  Tidak meninggalkan gejala sisa
  • TIA mrpk tanda peringatan akan serangan stroke

 b.      Reversible ischaemic neurological deficits (RIND)
  • Seperti TIA berlangsung lebih lama (maksimal 1 minggu) dan tak ada gejala sisa

c.       Complete stroke
  • Gangguan pembuluh darah yang menyebabkan deficit neurologis akut yang berlangsung lebih dari 24 jam
  • Meninggalkan gejala sisa
  • Sebab perdarahan atau infark
  • 3-6 bln setelah TIA/RIND 5-10% pasien akan mengalami stroke infark, tp tak semua stroke infark didahului TIA

d.      Stroke in evolution (progressive stroke)
a.       Labil, berubah-ubah, cenderung ke arah memburuk (martin suzane, 2007 )
B.     Tanda dan gejala klinis 
Gejala neuorologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah diotak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokalisasinya.Gejala utama stroke iskemik akibat trombosis serebri adalah timbulnya deficit neurologic secara mendadak/sub, didahului gejala prodormal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun.Komplikasi cacat akibat stroke berdasarkan gangguan neurology fokal otak dapat berupa :
  • Sangat bervariasi
  • Tanda kenaikan tekanan intra kranial: pusing, sakit kepala, mual, muntah, kaku kuduk
  •  Gangguan kesadaran: mulai ringan berupa bingung hingga koma
  •  Tanda-tanda focal sesuai dengan area otak yang terkena yang mempunyai fungsi-fungsi tertentu .Motorik: hemiplegia/hemiparesis, termasuk otot-otot wajah dgn segala gejala yang menyertai (ggn keseimbangan, koordinasi, kontrol motorik, spastisitas, pola sinergis, dll)Non motorik: ggn sensorik, ataxia, ggn visual, ggn visuo-spatial, aphasia, neglect, ggn kognitif, dysphagia, dysarthria, dyspraxia, ggn emosional & perilaku, pikun, incontinence, impotent dll
  • Tanda/gejala penyakit penyerta dan penyulit (komplikasi)
  • Gangguan aktivitas fungsional (Claudia B. 2009)

>>>>>>>selanjutnya klik di bawag<<<<<<<<

 

Link Kesehatan Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger