Kehamilan
pertama bagi seorang wanita merupakan salah satu periode krisis dalam
kehidupannya. Pengalaman baru ini memberikan perasaan yang bercampur baur,
antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan
dialaminya semasa kehamilan. Kecemasan tersebut dapat muncul karena masa
panjang saat menanti kelahiran penuh ketidakpastian, selain itu bayangan
tentang hal-hal yang menakutkan saat proses persalinan walaupun apa yang
dibayangkannya belum tentu terjadi. Situasi ini menimbulkan perubahan
drastis, bukan hanya fisik tetapi juga psikologis (Kartono, 1992).
Bulan
September - November 2003, Seksi Pelayanan Khusus Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat bekerja sama dengan RS Jiwa Bandung, RS Jiwa Cimahi, dan Bagian Psikiatri
FKUP/ RSHS melakukan survei kesehatan jiwa pada ibu hamil dan menyusui di 112
puskesmas 24 kabupaten Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan,
798 orang atau (27%) dari 2.928 responden ibu hamil dan menyusui, menunjukkan
tanda gangguan psikiatri berupa kecemasan atau ansietas, (www.pikiranrakyatbandung.com).
Taylor
(1995) mengatakan bahwa kecemasan ialah suatu pengalaman subjektif mengenai
ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan
menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menyenangkan ini
umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat,
detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan gejala-gejala psikologis (seperti
panik, tegang, bingung, tak dapat berkonsentrasi, dan sebagainya).
Dengan
makin tuanya kehamilan, maka perhatian dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada
sesuatu yang dianggap klimaks, sehingga kegelisahan dan ketakutan yang dialami
ibu hamil akan semakin intensif saat menjelang persalinan (Kartono, 1992). Rasa
takut menjelang persalinan menduduki peringkat teratas yang paling sering
dialami ibu selama hamil (Lestaringsih, 2006).
Merujuk
pada teori Buffering Hipothesis yang berpandangan bahwa
dukungan sosial mempengaruhi kesehatan dengan cara melindungi individu dari
efek negatif stress. Perlindungan ini akan efektif hanya ketika individu
menghadapi stressor yang berat. Dukungan keluarga terutama dukungan yang
didapatkan dari suami akan meimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang
dalam diri isteri (Dagun, 1991).
Berdasarkan
paparan diatas, dukungan keluarga yang diberikan kepada wanita hamil dapat
menumbuhkan perasaan tenang, aman, dan nyaman sehingga dapat mempengaruhi
kecemasan ibu hamil.
Tinjauan
Pustaka
Kecemasan
Ibu Hamil Menghadapi Kelahiran Anak Pertama
Pada Masa Triwulan Ketiga
Pada Masa Triwulan Ketiga
Menurut
Lazarus (1976) kecemasan ialah suatu kondisi psikologis yang mengancam
keberadaan diri individu, dimana hal yang menyebabkan ancaman itu bersifat
tidak jelas sehingga individu merasa tidak tidak tahu, bingung, dan takut untuk
dapat menghadapi masa yang akan datang. Maramis (1980) mengatakan bahwa
kecemasan adalah suatu ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran, yang timbul
karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan. Menghadapi
kelahiran bayi merupakan suatu situasi atau kondisi konkrit yang mengancam diri
yang menyebabkan perasaan tegang, kuatir, takut, pada wanita hamil pertama
(Zanden, 1985).
Menurut
Heerdjan dan Hudono (Hermawati dkk, 1994) bahwa pada kehamilan triwulan ketiga,
kehidupan psikologi dan emosional wanita hamil dikuasai oleh perasaan dan
pikiran mengenai persalinan yang akan datang dan tanggung jawab sebagai ibu
yang akan mengurus anaknya. Wanita yang baru pertama kali mengandung, akan
merasa gelisah, was-was, dan takut menghadapi rasa sakit manjelang saat melahirkan.
Dari
uraian di atas, disimpulkan bahwa kecemasan yang dialami wanita selama
kehamilan itu akan semakin intensif pada saat minggu-minggu terakhir menjelang
persalinan. Dari berbagai macam definisi kecemasan ini, maka penulis mengambil
kesimpulan bahwa kecemasan ibu hamil menghadapi kelahiran anak pertama masa
triwulan ketiga adalah suatu kondisi psikologis atau perasaan-perasaan yang
tidak menyenangkan yang mengancam individu pada masa kandungan tujuh – sembilan
bulan dimana objek kecemasan itu tidak jelas atau samar-samar yang dikarenakan
adanya perubahan-perubahan fisiologis seperti perubahan bentuk tubuh ataupun
rahim yang semakin membesar dan perut menurun serta tekanan-tekanan yang
dirasakan dalam perut yang menyebabkan ketidakstabilan kondisi psikologis,
seperti merasa takut, kuatir, was-was dan tidak tahu apa yang akan terjadi dan
yang harus dia lakukan setelah anak pertamanya lahir.
Dukungan
Keluarga
Dukungan
keluarga didefinisi dari dukungan sosial. Definisi dukungan sosial sampai saat
ini masih diperdebatkan bahkan menimbulkan kontradiksi (Yanuasti, 2001).
Dukungan sosial sering dikenal dengan istilah lain yaitu dukungan emosi yang
berupa simpati, yang merupakan bukti kasih sayang, perhatian, dan keinginan
untuk mendengarkan keluh kesah orang lain. Sejumlah orang lain yang potensial
memberikan dukungan tersebut disebut sebagai significant other, misalnya
sebagai seorang istri significant other nya adalah suami,
anak, orang tua, mertua, dansaudara-saudara.
Sarafino
(1990) mengatakan bahwa kebutuhan, kemampuan, dan sumber dukungan mengalami
perubahan sepanjang kehidupan seseorang. Keluarga merupakan lingkungan pertama
yang dikenal oleh individu dalam proses sosialisasinya. Dukungan keluarga
merupakan bantuan yang dapat diberikan kepada keluarga lain berupa barang,
jasa, informasi dan nasehat, yang mana membuat penerima dukungan akan merasa
disayang, dihargai, dan tentram (Taylor, 1995).Rodi dan Salovey (Smet, 1994) mengungkapkan
bahwa keluarga dan perkawinan adalah sumber dukungan sosial yang paling penting.
Dari
definisi yang disebutkan, penulis mengambil kesimpulan bahwa dukungan keluarga
sangat bermanfaat dalam pengendalian seseorang terhadap tingkat kecemasan dan
dapat pula mengurangi tekanan-tekanan yang ada pada konflik yang terjadi pada
dirinya. Dukungan tersebut berupa dorongan, motivasi, empati, ataupun bantuan
yang dapat membuat individu yang lainnya merasa lebih tenang dan aman. Dukungan
didapatkan dari keluarga yang terdiri dari suami, orang tua, ataupun keluarga
dekat lainnya. Dukungan keluarga dapat mendatangkan rasa senang, rasa aman,
rasa puas, rasa nyaman dan membuat orang yang bersangkutan merasa mendapat
dukungan emosional yang akan mempengaruhi kesejahteraan jiwa manusia. Dukungan
keluarga berkaitan dengan pembentukan keseimbangan mental dan kepuasan
psikologis.
Hipotesis
Dalam
penelitian ini diajukan hipotesis yang berbunyi sebagai berikut: ada hubungan
negatif antara dukungan keluarga dengan kecemasan ibu hamil menghadapi
kelahiran anak pertama pada masa triwulan ketiga. Semakin tinggi dukungan
keluarga maka akan semakin rendah tingkat kecemasan ibu hamil menghadapi
kelahiran anak pertama pada masa triwulan ketiga.
D.
PEMBAHASAN
Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa koefisien korelasi r = -0,392 denganp = 0,006
(p<0,01).>
Diterimanya
hipotesis menunjukan bahwa dukungan keluarga berpengaruh terhadap kecemasan
menghadapi kelahiran anak pertama yang dialami oleh ibu hamil. Dukungan
keluarga terhadap ibu hamil dapat menyebabkan adanya ketenangan batin dan
perasaan senang dalam diri ibu hamil. Keluarga mempunyai peran utama dalam
memberi dorongan kepada istri sebelum pihak lain turut memberi dorongan (Dagun,
1990).
Zanden
(2007) mengatakan bahwa menghadapi masa persalinan merupakan suatu kondisi
konkrit yang mengancam diri ibu hamil yang menyebabkan perasaan tegang, kuatir,
dan takut. Untuk itu, ibu hamil berusaha untuk dapat berhasil dalam menghadapi
situasi tersebut sebaik-baiknya sampai masa persalinan tiba. Adanya perubahan
fisiologis yang menimbulkan ketidakstabilan kondisi psikologis selama hamil
menumbuhkan kekhawatiran yang terus menerus dalam menghadapi kelahiran bayi
pada wanita hamil pertama. Perasaan demikian akan terwujud dalam bentuk suatu
kecemasan. Kecemasan yang diikuti adanya perasaan bimbang, ada kalanya kurang
disadari oleh yang bersangkutan sehingga bertahan lama dalam dirinya yang
semakin lama akan memiliki frekuensi dan intensitas yang lebih tinggi.
Perubahan emosi tersebut tidak sama pada setiap wanita hamil. Perbedaan
tersebut tergantung pada kepribadian individu, tipe stres yang
pernah dialami, dan dukungan emosi yang didapat dari wanita tersebut (Effendi
& Tjahjono, 1999).
Beberapa
peneliti mengisyaratkan adanya peningkatan ketergantungan baik fisik dan
psikologis pada perempuan hamil. Penelitian Werner (2000) menyimpulkan bahwa
perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada wanita hamil meningkatkandependency
need. Penelitian tersebut juga menunjukan kebutuhan akan perhatian yang
lebih besar, keinginan memastikan bahwa bantuan yang dibutuhkan telah tersedia,
dan keinginan akan keterlibatan teman dan keluarga. Hal ini diperkuat dengan
penelitian Marks & Kumar (Oktavia, 2001) yang menunjukan bahwa kecemasan
yang dialami oleh wanita hamil lebih banyak terdapat pada mereka yang kurang
mendapat dukungan sosial. Faktor yang dapat mengurangi kecemasan yang terjadi
pada wanita yang akan melahirkan adalah adanya dukungan keluarga yang dapat
berupa dari suami, keluarga atau saudara lainnya, orang tua, dan mertua.
Dukungan
keluarga yang didapatkan calon ibu akan menimbulkan perasaan tenang, sikap
positif terhadap diri sendiri dan kehamilannya, maka diharapkan ibu dapat
menjaga kehamilannya dengan baik sampai saat persalinan. Dengan memiliki
dukungan keluarga diharapkan wanita hamil dapat mempertahankan kondisi
kesehatan psikologisnya dan lebih mudah menerima perubahan fisik serta
mengontrol gejolak emosi yang timbul. Dukungan keluarga terutama dukungan yang
didapatkan dari suami akan menimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang
dalam diri isteri (Dagun, 1991).
Hasil
penelitian menunjukan bahwa 52,5 % subjek ibu hamil menghadapi kelahiran anak
pertama berada pada kategori kecemasan rendah, 60% subjek menilai bahwa
dukungan yang diperoleh dari keluarganya sangat tinggi. Dukungan keluarga yang
tinggi disebabkan adanya dukungan emosional, dukungan insrumental, dukungan
informasional, dan penilaian yang baik yang diberikan dari keluarga kepada ibu
hamil, yang mampu menumbuhkan terjalinnya hubungan yang baik antara keluarga
dan ibu hamil dan mencegah kecemasan yang timbul akibat perubahan fisik yang
mempengaruhi kondisi psikologisnya. Wanita hamil dengan dukungan keluarga yang
tinggi tidak akan mudah menilai situasi dengan kecemasan, karena wanita hamil
dengan kondisi demikian tahu bahwa akan ada keluarganya yang membantu. Wanita
hamil dengan dukungan keluarga yang tinggi akan mengubah respon terhadap sumber
kecemasan dan pergi kepada keluarganya untuk mencurahkan isi hatinya. Sejalan
dengan penelitian ini, Sagrestano, dkk (1999) dalam penelitiannya menyebutkan
bahwa dukungan sosial yang ditunjukan memberikan efek yang bermanfaat pada
kesehtan fisik dan mental pada wanita hamil.
Pada
penelitian juga didapatkan sumbangan afektif dukungan keluarga terhadap
kecemasan ibu hamil menghadapi kelahiran anak pertama pada masa triwulan ketiga
yaitu sebesar15,4%. Hal ini menunjukan terdapat 84,6% variabel lain yang
mempengaruhi timbulnya kecemasan menghadapi kelahiran bayi pada wanita hamil
pertama. Kemungkinan variabel-variabel lain tersebut
antara lain adalah status sosial ekonomi dan dan tingkat pengetahuan tentang
kehamilan. Seorang wanita hamil pertama yang belum mapan sosial ekonominya akan
merasa kuatir, dan takut dalam memenuhi kebutuhan bayi yang akan dilahirkan,
dan sebaliknya. Kecemasan menghadapi kelahiran bayi juga dipengaruhi oleh
tingkat pengetahuan tentang kehamilan. Seorang wanita hamil pertama yang
mempunyai pengetahuan tentang kehamilan dengan baik memungkinkan dirinya mampu
mengantisipasi dan mempersiapkan diri untuk dapat mengatasi kecemasan dalam
menghadapi kelahiran bayinya begitupun juga sebaliknya.
Dalam
melakukan penelitian terdapat kelemahan metodologi yaitu proporsi dukungan
keluarga tidak eksplisit. Sumber dukungan keluarga yang terdiri dari suami,
orang tua, ataupun keluarga yang lainnya tidak memiliki pembagian presentase
yang jelas. Pada skala kecemasan ibu hamil yang dibuat sendiri oleh peneliti,
terdapat aitem yang mengandung social desirability sehingga
menyebabkan rendahnya validitas dan reabilitas pada alat ukur.
E.
KESIMPULAN
Hasil
analisis data dan pembahasan pada penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan
negatif yang sangat signifikan antara dukungan keluarga dengan kecemasan ibu
hamil menghadapi kelahiran anak pertama pada masa triwulan ketiga. Hasil
tersebut membuktikan bahwa semakin tinggi dukungan keluarga yang diterima ibu
hamil menghadapi kelahiran anak pertama pada masa triwulan ketiga maka akan
semakin rendah kecemasan yang dialami oleh ibu hamil tersebut, begitupun
sebaliknya semakin rendah dukungan keluarga yang diterima ibu hamil menghadapi
kelahiran anak pertamanya pada masa triwulan ketiga maka akan semakin tinggi
kecemasan yang dialami ibu hamil tersebut. Sumbangan afektif dukungan keluarga
terhadap kecemasan ibu hamil menghadapi kelahiran sebesar 15,4% dan 84,6%
lainnya merupakan sumbangan faktor-faktor lain diluar dukungan keluarga.
F. SARAN
1. Bagi
peneliti selanjutnya
Kecemasan
wanita pada masa kehamilan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain antara
lain keadaan pribadi ibu hamil, tingkat pengetahuan wanita hamil tentang
kelahiran dan persalinan, status pernikahan, status sosial ekonomi, kecemasan
terhadap bayi yang dikandung, dan sebagainya yang perlu diperhatikan pada
penelitian selanjutnya.
Selain
itu disarankan untuk lebih memperhatikan konten pada variabel-variabelnya. Pada
penelitian yang menggunakan sumber dukungan dari keluarga disarankan untuk
membagi dukungan secara proporsional dengan jelas sesuai dengan sumber-sumber
yang dituju. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan alat ukur yang sudah
teruji validitas dan reabilitas yang tinggi dan tidak mengandung social
desirability.
2. Bagi
Ibu Yang Menghadapi Kelahiran
Pada
kehamilan pertama, sangat perlu kiranya bagi ibu hamil untuk mempersiapkan diri
baik secara fisik maupun secara psikis. Secara fisik dapat dilakukan dengan
cara menjaga kesehatan dengan makanan yang bergizi, berolahraga yang
diperuntukan ibu hamil, memeriksakan kandungan secara berkesinambungan, dan
sebagainya. Secara psikis adalah usia yang cukup, bersikap positif dalam
menghadapi kehamilan, mampu mengendalikan emosi dalam rangka kesanggupan untuk
menyesuaikan diri dalam situasi tertentu dan menambah pengetahuan tentang
kehamilan dan persalinan. Semua hal itu ditunjukan untuk menjaga kesehatan ibu
dan anak dan menghindari munculnya kecemasan pada ibu hamil.
3. Bagi
Keluarga
Keluarga
diharapkan tetap terus memberikan dukungannya. Dengan adanya dukungan dari
keluarga maka akan membantu ibu hamil dalam mengatasi masalah yang dialaminya
selama masa kehamilan dan menjelang proses kelahiran yang akan menghindarkan
ibu hamil dari kecemasan. Keluarga dari wanita yang sedang hamil seyogyanya
mempunyai pengertian dan pengetahuan yang cukup tentang proses atau perubahan
yang dialami oleh para wanita hamil yang dapat menghindari atau mengatasi
kemungkinan terjadinya konflik dan akan mempermudah wanita hamil tersebut
menyesuaikan diri dalam menghadapi kehamilannya serta mengurangi kecemasan
selama menanti persalinan.
4. Bagi Lembaga
Kecemasan
menghadapi persalinan dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang
bersifat nyata ataupun yang bersifat tidak jelas pada kejadian yang akan
datang. Untuk mengantisipasi kecemasan pada ibu hamil, pihak rumah sakit yang
berkompeten menangani ibu hamil disarankan agar menyediakan jasa konsultasi
yang berguna bagi ibu hamil untuk dapat terhindar dari kecemasan yang timbul.
DAFTAR
PUSTAKA
Alif
Mu’arifah. 2005. Hubungan Kecemasan dan Agresivitas. Humanitas:
Indonesian Psychological Journal, Vol 2, 102-111
Alisjahbana,
A; Sidharta, M & Brouwer, M. A. W. 1984. Menuju
Kesehatan Jiwa. Jakarta: PT. Gramedia.
Arthur &
Coleman, L. 1980. Psikologi Untuk Wanita Hamil. (Terjemahan :
Mirianty. S). Jakarta: Indah Jaya
Atkitson,
R. L. 1983. Alih Bahasa Nurjdjanah Taufiq. Pengantar
Psikologi Jilid 2.Jakarta: Erlangga
Azwar,
S. 2001. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
_______.
2004. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar