BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan
keperawatan keluarga yaitu suatu rangkaian kegitatan yang diberi via
praktek keperawatan pada keluarga. Asuhan keperawatan keluarga digunakan
untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan. Agar pelayanan kesehatan yang
diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka perawat : – Harus
mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga – Tahu tingkat pencapaian
keluarga dalam melakukan fungsinya. – Perlu paham setiap tahap
perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya Pengkajian dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangnya.
Pasangan baru (Keluarga baru menikah):
Saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk :
1. Keluarga via perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing.
2. Mempersiapkan keluarga yang baru.
3. Butuh penyesuaianan peran dan fungsi sehari-hari
4. Belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya.
Keluarga
adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah karena
adanya ikatan hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang saling
berinteraksi, memiliki peran masing masing dan menciptakan dan
mempertahankan suatu budaya (Bailon & Maglaya).
Asuhan
keperawatan keluarga yaitu suatu rangkaian kegitatan yang diberi via
praktek keperawatan pada keluarga. Asuhan keperawatan keluarga digunakan
untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan. Agar pelayanan kesehatan yang
diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka perawat :
- Harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga.
- Tahu tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya.
- Perlu paham setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya
Pengkajian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangnya.Tahun-tahun pertama menikah merupakan tahun-tahun adaptasi. Itu pendapat para pengamat dan komentator soal pernikahan dan keluarga. Orang umum menganggapnya sebagai masa bulan madu, menandakan romatisme, kesan akan manisnya hari-hari yang akan dilalui.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada keluarga pasangan baru menikah
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pengertian kelurga pasangan baru menikah, tugas perkembangan
keluarga pasangan baru menikah, pengkajian dan masalah pada keluarga pasangan baru
menikah.
keluarga pasangan baru menikah, pengkajian dan masalah pada keluarga pasangan baru
menikah.
BAB II
PEMBAHASAN
Asuhan Keperawatan Keluarga Pasangan Baru Menikah dengan Masalah KB
A. Pengertian
Whall
(1986) dalam analisis konsep tentang keluarga sebagai unit yang perlu
dirawat, ia mendefinisikan keluarga sebagai kelompok yang
mengidentifikasikan diri dengan anggotanya yang terdiri dari dua
individu atau lebih yang asosiasinya dicirikan oleh istilah-istilah
khusus, yang boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum,
tapi yang berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri
mereka sebagai sebuah keluarga.
Family
Service America (1984) mendefinisikan keluarga dalam suatu cara yang
komprehensif, yaitu sebagai ”dua orang atau lebih yang disatukan oleh
ikatan-ikatan kebersamaan dan keintiman”.
Hariyanto,
2005. keluarga menunjuk kepada dua orang atau lebih yang disatukan oleh
ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
Friedman
1998, Keluarga adalah kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dg
keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran
masing-masing. Sedangkan Pasangan baru menikah adalah ketika seorang
laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui pernikahan yang sah
dan meninggalkan keluarga masing-masing.
B. Tahap – tahap psangan baru menikah
Ø
Saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga via
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. Mempersiapkan
keluarga yang baru. Butuh penyesuaianan peran dan fungsi sehari-hari Belajar hidup
bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya. Anggota dari tiga
keluarga yaitu keluarga suami, istri dan keluarga sendiri. Masing-masing menghadapi
perpisahan dengan keluarga orangtuanya, mulai membina hubungan baru dengan keluarga
dan kelompok social pasangan
Saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga via
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. Mempersiapkan
keluarga yang baru. Butuh penyesuaianan peran dan fungsi sehari-hari Belajar hidup
bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya. Anggota dari tiga
keluarga yaitu keluarga suami, istri dan keluarga sendiri. Masing-masing menghadapi
perpisahan dengan keluarga orangtuanya, mulai membina hubungan baru dengan keluarga
dan kelompok social pasangan
Ø
Yang perlu diputuskan : kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan anak dan jumlah
yang diharapkan
Yang perlu diputuskan : kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan anak dan jumlah
yang diharapkan
C. Masalah yang biasa dilakukan oleh pasangan baru menikah
Ø Tidak menghadapi masalah utang
Ternyata, menurut data dari thenest.com, masalah keuangan adalah masalah paling utama yang dipermasalahkan oleh pasangan. Jika sudah menikah, maka ada baiknya Anda mengeluarkan dan mengutarakan semua masalah perutangan Anda, toh ia adalah pasangan Anda, tak ada yang perlu ditutup-tutupi, tetapi perlu dihadapi bersama. Kemudian, cobalah berhitung dan rencanakan keuangan Anda untuk ke depannya. Jika perlu, temui ahli perencana keuangan.
Ternyata, menurut data dari thenest.com, masalah keuangan adalah masalah paling utama yang dipermasalahkan oleh pasangan. Jika sudah menikah, maka ada baiknya Anda mengeluarkan dan mengutarakan semua masalah perutangan Anda, toh ia adalah pasangan Anda, tak ada yang perlu ditutup-tutupi, tetapi perlu dihadapi bersama. Kemudian, cobalah berhitung dan rencanakan keuangan Anda untuk ke depannya. Jika perlu, temui ahli perencana keuangan.
Ø Mengasingkan diri dari pertemanan
Teman-teman adalah kunci sukses dari pernikahan. Jadi, jangan
mengasingkan diri dari mereka. Jika teman-teman Anda yang lajang
berkumpul, pastikan segalanya sudah dalam keadaan aman di rumah, lalu
ikutlah pergi bersama mereka, tentu dengan seizin suami. Hanya karena
Anda tidak ikut-ikutan flirting bersama pria di klub bukan berarti Anda tidak bisa menjadi teman yang suportif.
Ø Tidak cukup seks
Sebanyak 60 persen pasangan baru menikah yang mengikuti survei
mengatakan bahwa kehidupan seks mereka berantakan. Alasan terbanyak,
sibuk, tentunya. Namun, itu bukan alasan yang cukup untuk memadu kasih
di atas ranjang bersama pasangan Anda, kan? Cobalah untuk
menginisiasikan acara berhubungan intim dengan pasangan. Bahkan, kalau
perlu, buat jadwalnya. Jika Anda mulai terbiasa untuk melakukannya, maka
Anda akan makin menginginkannya, tak tertutup kemungkinan akan makin
menyukainya juga.
Ø Tidak menjaga tubuh
Pernahkah Anda menyadari, biasanya orang-orang yang baru saja menikah
akan terlihat lebih "makmur" dalam hal berat badan? Ya, entah mengapa,
ini selalu terjadi. Mungkin karena kebiasaan minum atau makan di malam
hari atau karena sibuk berlelah-lelahan pada malam hari sehingga
pada
pagi harinya jadi lebih semangat untuk sarapan dalam jumlah banyak.
Wah, ini mesti diwaspadai. Sebaiknya Anda mulai memperbanyak agenda
untuk berolahraga bersama pasangan. Tak ingin, kan, si dia merasa Anda
tampil tak segar atau terlihat lebih tambun dari sebelum menikah?
Ø Mertua dan ipar
Lima puluh persen pasangan yang disurvei oleh thenest.com
memiliki masalah dengan mertua dan ipar mereka. Cobalah untuk mengatur
ekspektasi, seperti Anda akan datang berkunjung bersama
p```````````````` akhirnya, ini akan kembali menghantui Anda.
Ø Pertengkaran tak penting
Anda tahu, kadang hidup seatap dengan orang yang Anda pikir sudah Anda
kenal bisa jadi hal yang sangat memusingkan. Cobalah untuk tidak mudah
terpancing amarah. Namun, jika memang emosi marah sudah memuncak,
ucapkan permisi, bilang bahwa Anda butuh waktu untuk sendiri dulu.
Tenangkan diri Anda sejenak. Pastikan Anda dalam keadaan tenang dan
kepala dingin saat ingin menyelesaikan masalah tadi. Saat emosi, pikiran
Anda tidak tenang dan bisa saja mengucapkan hal-hal yang tak Anda
maksudkan yang bisa saja malah memperburuk masalah.
Ø Terobsesi dengan bayi
Tentu, ingin memiliki bayi adalah langkah besar berikut dalam hidup
setelah menikah. Namun, tenanglah, jangan terburu-buru dan menjadi
terobsesi untuk memilikinya segera. Rata-rata, pasangan memiliki bayi
dalam jangka waktu 3 tahun pernikahan mereka. Jadi, mengapa
terburu-buru? Nikmati waktu Anda bersama pasangan, berlibur bersama,
menikmati waktu tanpa perlu pusing memikirkan kerepotan akan keperluan
bayi, dan lainnya. Toh, ketika Anda dalam keadaan rileks, kemungkinan
untuk hadirnya momongan justru lebih besar.
D. Tugas Perkembangan
Anggota dari tiga keluarga yaitu keluarga suami, istri danü Masing-masing menghadapi perpisahan dengan keluargaükeluarga sendiri. orangtuanya, mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok social pasangan
Yang
perlu diputuskan : kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan anak dan
jumlah yang diharapkan Tugas perkembangan keluarga baru menikah :
1. Membina hubungan intim yang memuaskan.
- Akan menyiapkan kehidupan bersama yang baru
- Sumber- sumber dari dua orang yang digabungkan.
- Peran berubah.
- Fungsi baru diterima.
- Belajar hidup bersama sambil penuhi kebutuhan kepribadian yang mendasar.
- Saling mensesuaikan diri terhadap hal yang kecil yang bersifat rutinitas Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan terjadi apabila kedua pasangan saling menyesuaikan diri dan kecocokan dari kebutuhan dan minat pasangan.
Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
Pasangan
menghadapi tugas memisahkan diri dari keluarga asal dan mengupayakan
hubungan dengan orang tua pasangan dan keluarga besar lainnya. Loyalitas
utama harus dirubah untuk kepentingan perkawinannya.
3. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau memilih KB.
Masalah
kesehatan yaitu penyesuaian seksual dan peran perkawinan. Perawat
Perawat dalam Keluarga berencana Dalam keluarga berencana peran perawat
adalah membantu pasangan untuk memilih metoda kontrasepsi yang tepat
untuk digunakan sesuai dengan kondisi, kecendrungan, sosial budaya dan
kepercayaan yang dianut oleh pasangan tersebut, oleh karena itu proses
keperawatan lebih diarahkan kepada membantu pasangan memilih metode
kontrasepsi itu sendiri.
Kegagalan
penggunaan metode kontrasespsi terjadi disebabkan karena kurangnya
pengetahuan wanita tersebut terhadap alat kontrasespsi itu sendiri
sehingga memberikan pengaruh terhadap kondisi fisiologis, psikologis,
kehidupan sosilaL dan budaya terhadap kehamilan tersebut. maka disinilah
letak peran perawat untuk memberikan pengetahuan yang tepat, sehingga
hal di atas tidak terjadi. Pengkajian Karena masalah kontrasepsi
merupakan suatu hal yang sensitif bagi wanita, maka dalam mengkaji hal
ini perawat harus sangat memperhatikan privasi klien. Rendahkan suara
ketika mengkaji untuk menigkatkan rasa nyaman klien dan pertahankan rasa
percaya diri yang tinggi klien.
Selain pengkajian umum (Identitas klien, Riwayat kesehatan, Riwayat obgyn), pengkajian khusus yang perlu kita lakukan untuk memenuhi peran sebagai edukator dalam pemilihan metode kontrasepsi yang tepat adalah: Pengetahuan klien tentang macam-macam metoda kontrasepsi
Selain pengkajian umum (Identitas klien, Riwayat kesehatan, Riwayat obgyn), pengkajian khusus yang perlu kita lakukan untuk memenuhi peran sebagai edukator dalam pemilihan metode kontrasepsi yang tepat adalah: Pengetahuan klien tentang macam-macam metoda kontrasepsi
Pengkajian
ini dilakukan dengan menanyakan kapan wanita tersebut berencana untuk
memiliki anak. Kemudian tanyakan metoda apa yang sedang direncanakan
akan dipakai oleh klien. Bila klien menyatakan satu jenis/metoda,
perawat dapat menanyakan alasan penggunaan metoda tersebut.
pertanyaan-pertanyaan ini akan mengidentifikasi masalah-masalah yang
dihadapi klien terkait dengan kontrasepsi yang digunakannya.
2. Pengetahuan tentang teknik penggunaan metoda kontrasepsi
Dalam
melaksanakan perannya sebagai educator perawat harus dapat menentukan
tingkat pengetahuan klien tentang teknik penggunaan kontrasepsi.
Misalnya tanyakan tentang bagaimana klien tersebut memakai diafragma,
kapan dan di mana spermisida dioleskan atau berapa kali dalam sehari
klien tersebut harus mengkonsumsi pil KB dengan menggali tingkat
pengetahuan klien, perawat dapat menentukan bila ada kesalahan persepsi
dalam penggunaan yang akan menyebabkan tidak efektifnya alat kontrasepsi
yang dipakai dan akan menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak
direncanakan.
3. Kenyamanan klien terhadap metoda kontrasepsi yang sedang dipakai.
Dalam
mengkaji kenyamanan klien, dengarkan keluhan-keluhan klien terhadap
efek samping dari kontrasepsi yang digunakannya. Dengarkan juga
pernyataan klien tentang kenyamanannya menggunakan metoda kontrasepsi
bulanan seperti suntik hormone dari pada pil keluarga berencana yang
harus di konsumsi setiap hari. Keefektifan suatu metoda meningkat
seiring dengan peningkatan kenyamanan klien dalam menggunakan metoda
tersebut.
4. Faktor-faktor pendukung penggunaan metode yang tepat
Jika
klien berencana untuk mengganti metoda kontrasepsi diskusikan tentang
pilihan-pilihan yang cocok untuk digunakan. Kaji faktor-faktor yang
dapat membantu pemilihan metode terbaik seperti riwayat kesehatan dahulu
klien yang merupakan kontraindikasi dari metoda kontrasepsi, riwayat
obstetric, budaya dan kepercayaan serta keinginan untuk mencegah
kehamilan.
Adapun kontraindikasi penggunaan metoda kontrasepsi yang berkaitan dengan riwayat kesehatan adalah
a. Kontrasepsi oral
a. Kontrasepsi oral
1) Pil keluarga berencana terpadu
Riwayat
TBC, kejang, kanker payudara, benjolan payudara, telat haid, hamil,
pendarahan abnormal, hepatitis, penyakit jantung, tromboplebitis. Untuk
wanita perokok, usia lebih dari 35th, pengidap DM, epilepsy, dan
penderita hipertensi tidak dianjurkan menggunakan pil keluarga
berencana.
2) Mini Pil
Mini
pil ini sebaiknya tidak digunakan pada wanita yang harus menghindari
segala jenis metoda hormonal, atau yang mejalani pengobatan kejang
b. Kontrasepsi Hormonal
1) Hormone Implant
Kanker/benjolan
keras di payudara, terlambat haid, hamil, perdarahan yang tidak
diketahui penyebabnya, penyakit jantung dan keinginan untuk hamil kurang
dari lima tahun.
2) Hormone Injeksi
Suntikan terpadu tidak boleh diberikan pada wanita dalam masa menyusui.
c. Kontrasepsi Mekanik
1) Diafragma
dan kap servik Diafragma dan kap servik tidak dipakai pada wanita
dengan riwayat alergi lateks dan riwayat toksik shock syndrome.
2) IUD
Hamil atau kemungkinan hamil, resiko tinggi terkena penyakit yang
menular lewat hubungan seks, riwayat infeksi alat reproduksi, infeksi
sesudah persalinan/aborsi, kehamilan ektopik, metroragia dismenorhea,
anemia dan belum pernah hamil, mola.
d. Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi
ini tidak ada kontraindikasinya, karena sifatnya permanen. Digunakan
bagi pasangan yang sudah tidak ingin atau sudah tidak memungkinkan untuk
mempunyai anak Analisa Data Kurang pengetahuan tentang keluarga
berencana merupakan penyebab tersering dari gangguan fisik, psikologis
dan social dalam kaitannya dengan kehamilan yang tidak direncanakan.
E. Pengkajian Keperawatan
Tahap yg perlu dilakukan :
- Bhsp
- Perkenalkan
- Jelaskan tujuan kunjungan
- Berfokus terhadap siklus kehidupan keluarga
- Riwayat keluarga sejak lahir
- Kaji stress yang menimpa keluarga dan masalah yang actual potensial
- Perkembangan keluarga saat ini
- Tanyakan pengalaman-pengalaman dan tugas-tugas umum, bagaimana hasil tersebut
- dicapai, dirasakan.
- Tanyakan hubungan di masa lalu dan sekarang dengan orientasi keluarga mereka dan bentuk kehidupannya àMmemberi Perawat : pemahaman tentang mereka selama tahun-tahun pertumbuhan mereka.
- Sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangannya
- Gali riwayat keluarga : pertemuan pertama pasangan, hubungan sebelum menikah, halangan-halangan terhadap perkawinannya, respon terhadap perkawinannya,
F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin berdasarkan pengkajian dan data adalah
Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan kurang
Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi.
Sedangkan diagnosa keperawatan lain yang dapat timbul yaitu:
- Resiko konflik pengambilan keputusan b.d alternatif kontrasepsi
- Rasa takut b.d efek samping kontrasepsi
- Resiko tinggi infeksi b.d kondisi aktif secara seksual dan penggunaan metoda kontrasepsi
- Resiko tinggi perubahan pola seksualitas b.d takut hamil
- Distress spiritual b.d ketidakcocokan keyakinan agama atau budaya dengan metoda kontrasepsi yang dipilih Rencana Intervensi
G. Intervensi Keperawatan
1. Resiko
Perubahan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan Kurang Pengetahuan
Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi.
- Kriteria hasil
- Menjabarkan dengan benar tentang cara penggunaan metoda kontrasepsi yang dipilih dan pemecahan masalahnya
- Dapat menjelaskan tentang efek samping dan komplikasi dari metoda kontrasepsi yang dipilih.
- Melaporkan adanya kepuasan terhadap metoda kontrasepsi yang dipilih.
- Menggambarkan metoda lain yang dapat dipakai dan memilih salah satu dari metoda tersebut bila pasangan inggin mengganti metode kontrasepsi.
b. Intervensi
1) Menstimulasi
kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan dengan cara memberika informasi, mengidentifikasi kebutuhan
dan harapan tentang kesehatan, dan mendorong sikap emosi yang sehat
terhadap masalah.
2) Menstimulasi
keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara
mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan, mengidentfikasi
sumber – sumber yang dimiliki keluarga dan mendiskusikan tentang
konsukensi tiap tindakan.
3) Memberikan
kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakait dengan cara
mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang
ada di rumah dan mengawasi keluarga melakukan perawatan
Intervensi secara umum yang bias dilakukan perawat
· Tujuannya
adalah untuk membantu keluarga dan anggotanya bergerak ke arah
penyelesaian tugas-tugas perkembangan individu dan keluarga.
· Penguasaan
satu kumpulan tugas-tugas perkembangan keluarga memunginkan keluarga
bergerak maju ke arah tahap perkembangan berikutnya.
· Jika tugas-tugas perkembang keluarga tidak terpenuhi maka keluarga disfungsional.
· Memberikan penyuluhan kepada keluarga mengenai proses perkembangan keluarga.
· Membantu
keluarga mencapai dan mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan dan
pertumbuhan pribadi dari anggota keluarga secara individual dan fungsi
yang optimum ( kebutuhan pertumbuhan keluarga).
· Membimbing antisipasi & penyuluhan untuk mencapai tujuan prevensi primer.
· Membantu keluarga mengantisipasi dan melewati transisi normatif yang beda dalam kehidupan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiansyah Tri Aan. 2009.Asuhan Keperawatan Keluarga Pasangan Baru Menikah dengan Masalah KB. Nursing is a perfect Proffesion. ( http://ners86.wordpress.com di akses pada 24 Oktober 2010)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan
seksual merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas
kehidupan seksual ikut menentukan kualitas hidup. Hubungan seksual yang
sehat adalah hubungan seksual yang dikehendaki, dapat dinikmati bersama
pasangan suami dan istri dan tidak menimbulkan akibat buruk baik fisik
maupun psikis termasuk dalam hal ini pasangan lansia.
Dewasa lanjut (Late adult hood)
atau lebih dikenal dengan istilah lansia adalah periode dimana
seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun. Pada periode ini masalah
seksual masih mendatangkan pandangan bias terutama pada wanita yang
menikah, termasuk didalamnya aspek sosio-ekonomi. Pada pria lansia
masalah terbesar adalah masalah psikis dan jasmani, sedangkan pada
wanita lansia lebih didominasi oleh perasaan usia tua atau merasa tua.
Pada
penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat.
Penelitian Kinsey yang mengambil sampel ribuan orang, ternyata hanya
mengambil 31 wanita dan 48 pria yang berusia diatas 65 tahun. Penelitian
Masters-Jonhson juga terutama mengambil sampel mereka yang berusia
antara 50-70 tahun, sedang penelitian Hite dengan 1066 sampel hanya
memasukkan 6 orang wanita berusia di atas 70 tahun (Alexander and
Allison,1995).
BAB II
PEMBAHASAN
I. Perubahan anatomik pada sistem genetalia pada lansia
A. Wanita
Dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna dan eksterna berangsur-angsur mengalami atrofi.
1. Vagina
· Vagina mengalami kontraktur, panjang dan lebar vagina mengalami pengecilan.
· Fornises
menjadi dangkal, begitu pula serviks tidak lagi menonjol ke dalam
vagina. Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi,
meskipun pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan
ber¬henti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan
sub-mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitas¬nya akibat fibrosis.
· Perubahan
ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keber¬langsungan koitus,
artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan
atau pengecilan genitalia eksterna.
2. Uterus
Setelah
klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan dindingnya
menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik.
Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan lama-lama akan merata dengan
dinding jaringan.
3. Ovarium
Setelah
menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi “keriput”
sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari ovulasi yang
berulang sebelumnya, permukaan ovarium menjadi rata lagi seperti anak
oleh karena tidak terdapat folikel. Secara umum, perubahan fisik
genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila
ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi
inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan
progesteron.
4. Payudara (Glandula Mamae)
Payudara
akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk, dimana
payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan ini disebabkan oleh
karena atrofi hanya mempengaruhi kelenjar payudara saja.
Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa akromegali ringan. Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang. Kadang timbul pertumbuhan rambut pada wajah. Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium. Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.
Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa akromegali ringan. Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang. Kadang timbul pertumbuhan rambut pada wajah. Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium. Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.
B. Pria
1. Prostat
Pembesaran prostat merupakan kejadian yang sering pada pria lansia, gejala yang timbul merupakan efek mekanik akibat pembesaran lobus medius yang kemudian seolah-olah bertindak sebagai katup yang berbentuk bola (Ball Valve Effect). Disamping itu terdapat efek dinamik dari otot polos yang merupakan 40% dari komponen kelenjar, kapsul dan leher kantong kemih, otot polos ini dibawah pengaruh sistem alfa adrenergik. Timbulnya nodul mikros¬kopik sudah terlihat pada usia 25-30 tahun dan terdapat pada 60% pria berusia 60 tahun, 90% pada pria berusia 85 tahun, tetapi hanya 50% yang menjadi BPH Makroskopik dan dari itu hanya 50% berkembang menjadi BPH klinik yang menimbulkan problem medik.
Pembesaran prostat merupakan kejadian yang sering pada pria lansia, gejala yang timbul merupakan efek mekanik akibat pembesaran lobus medius yang kemudian seolah-olah bertindak sebagai katup yang berbentuk bola (Ball Valve Effect). Disamping itu terdapat efek dinamik dari otot polos yang merupakan 40% dari komponen kelenjar, kapsul dan leher kantong kemih, otot polos ini dibawah pengaruh sistem alfa adrenergik. Timbulnya nodul mikros¬kopik sudah terlihat pada usia 25-30 tahun dan terdapat pada 60% pria berusia 60 tahun, 90% pada pria berusia 85 tahun, tetapi hanya 50% yang menjadi BPH Makroskopik dan dari itu hanya 50% berkembang menjadi BPH klinik yang menimbulkan problem medik.
Kadar
dehidrosteron pada orang tua meningkat karena meningkatnya enzim 5 alfa
reduktase yang mengkonfersi tetosteron menjadi dehidro steron. Ini yang
dianggap menjadi pendorong hiperplasi kelenjar, otot dan stroma
prostat. Sebenarnya selain proses menua rangsangan androgen ikut
berperan timbulnya BPH ini dapat dibuktikan pada pria yang di kastrasi
menjelang pubertas tidak akan menderita BPH pada usia lanjut.
2. Testis
Penuaan pada pria tidak menyebabkan berkurangnya ukuran dan berat testis tetapi sel yang memproduksi dan memberi nutrisi (sel Leydic) pada sperma berkurang jumlah dan aktifitasnya sehingga sperma berkurang sampai 50% dan testoteron juga menurun. Hal ini menyebabkan penuruna libido dan kegiatan sex yang jelas menurun adalah multipel ejakulasi dan perpanjangan periode refrakter. Tetapi banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas sexsual sampai umur lanjut.
Penuaan pada pria tidak menyebabkan berkurangnya ukuran dan berat testis tetapi sel yang memproduksi dan memberi nutrisi (sel Leydic) pada sperma berkurang jumlah dan aktifitasnya sehingga sperma berkurang sampai 50% dan testoteron juga menurun. Hal ini menyebabkan penuruna libido dan kegiatan sex yang jelas menurun adalah multipel ejakulasi dan perpanjangan periode refrakter. Tetapi banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas sexsual sampai umur lanjut.
II. Perubahan
fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari
pembagian tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini :
1. Fase desire
Dipengaruhi
oleh penyakit, masalah hubungan dengan pasangan, harapan kultural,
kecemasan akan kemampuan seks. Hasrat pada lansia wanita mungkin menurun
seiring makin lanjutnya usia, tetapi bias bervariasi.Interval untuk
meningkatkan hasrat seksual pada lansia pria meningkat serta testoteron
menurun secara bertahap sejak usia 55 tahun akan mempengaruhi libido.
2. Fase arousal
· Lansia wanita:
pembesaran payudara berkurang; terjadi penurunan flushing, elastisitas
dinding vagina, lubrikasi vagina dan peregangan otot-otot; iritasi
uretra dan kandung kemih.
· Lansia pria
: ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu kuat;
penurunan produksi sperma sejak usia 40tahun akibat penurunan
testoteron; elevasi testis ke perineum lebih lambat.
3. Fase orgasmik
· Lansia wanita : tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit konstraksil kemampuan mendapatkan orgasme multipel berkurang.
· Lansia pria : kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan dan jumlah konstraksi otot berkurang; volume ejakulat menurun.
4. Fase pasca orgasmik
Mungkin
terdapat periode refrakter dimana pembangkitan gairah sampai timbulnya
fase orgasme berikutnya lebih sukar terjadi. Disfungsi seksual pada
lansia tidak hanya disebabkan oleh perubahan fisiologik saja, terdapat
banyak penyebab lainnya seperti:
· Penyebab iatrogenik
Tingkah
laku buruk beberapa klinisi, dokter, suster dan orang lain yang mungkin
membuat inadekuat konseling tentang efek prosedur operasi terhadap
fungsi seksual.
· Penyebab biologik dan kasus medis
Hampir
semua kondisi kronis melemahkan baik itu berhubungan langsung atau
tidak dengan seks dan system reproduksi mungkin memacu disfungsi seksual
psikogenik.
III. Di
samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali
menyebabkan penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia
seperti :
1. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.
2. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya.
3. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
4. Pasangan hidup telah meninggal.
5. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
IV. Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan sosial antara lain :
1. Infark miokard
Mungkin
mempunyai efek yang kecil pada fungsi seksual. Banyak pasien segan
untuk terlibat dalam hubungan seksual karena takut menyebabkan infark.
2. Pasca stroke
Masalah
seksual mungkin timbul setelah perawatan di rumah sakit karena pasien
mengalami anxietas akibat perubahan gambaran diri, hilangnya kapasitas,
takut akan kehilangan cinta atau dukungan relasi serta pekerjaan atau
rasa bersalah dan malu atas situasi. Pola seksual termasuk kuantitas dan
kualitas aktivitas seksual sebelum stroke sangat penting untuk
diketahui sebelum nasehat spesifik tentang aktivitas seksual ditawarkan.
Karena sistem saraf otonomik jarang mengalami kerusakan pada stroke,
maka respon seksual mungkin tidak terpengaruh.
Libido
biasanya tidak terpengaruh secara langsung. Jika terjadi hemiplegi
permanent maka diperlukan penyesuaian pada aktivitas seksual. Perubahan
penglihatan mungkin membatasi pengenalan orang atau benda-benda, dalam
beberapa kasus, pasien dan pasangannya mungkin perlu belajar untuk
menggunakan area yang tidak mengalami kerusakan. Kelemahan motorik dapat
menimbulkan kesulitan mekanik, namun dapat diatasi dengan bantuan fisik
atau tehnik “bercinta” alternatif. Kehilangan kemampuan berbicara
mungkin memerlukan sistem non-verbal untuk berkomunikasi.
3. Kanker
Masalah
seksual tidak terbatas pada kanker yang mengenai organ-organ seksual.
Baik operasi maupun pengobatan mengubah citra diri dan dapat menyebabkan
disfungsi seksual (kekuatan dan libido) untuk sementara waktu saja,
walaupun tidak ada kerusakan saraf.
4. Diabetes mellitus
Diabetes
menyebabkan arteriosklerosis dan pada banyak kasus menyebabkan
neuropati autonomik. Hal ini mungkin menyebabkan disfungsi ereksi dan
disfungsi vasokonstriksi yang memberikan kontribusi untuk terjadinya
disfungsi seksual.
5. Arthritis
Beberapa
posisi bersenggama adalah menyakitkan dan kelemahan atau kontraktur
fleksi mungkin mengganggu apabila distimulasi secara memadai. Nyeri dan
kaku mungkin berkurang dengan pemanasan, latihan, analgetik sebelum
aktivitas seksual.
6. Rokok dan alcohol
Pengkonsumsian
alkohol dan rokok tembakau mengurangi fungsi seksual, khususnya bila
terjadi kerusakan hepar yang akan mempengaruhi metabolisme testoteron.
Merokok juga mungkin mengurangi vasokongesti respon seksual dan
mempengaruhi kemampuan untuk mengalami kenikmatan.
7. Penyakit paru obstruktif kronik
Ada
penyakit paru obstruktif kronik, libido mungkin terpengaruh karena
adanya kelelahan umum, kebutuhan pernafasan selama aktivitas seksual
mungkin dapat menyebabkan dispnoe, yang mungkin dapat membahayakan jiwa.
8. Obat-obatan
Beberapa
obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual, antara lain
beberapa obat anti hipertensi, estrogen, anti psikotik, sedatif, dan
lain-lain.
V. Upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia
Untuk
mengatasi beberapa gangguan baik fisik maupun psikis termasuk masalah
seksual diperlukan penanganan yang serius dan terpadu. Proses penanganan
ini memerlukan waktu yang cukup lama tergantung dari keluhan dan
kerjasama antara pasien dengan konselor. Dari ketiga gangguan tersebut,
masalah seksual merupakan masalah yang penanganannya memerlukan
kesabaran dan kehati-hatian, karena pada beberapa masyarakat Indonesia
terutama masyarakat pedesaan membicarakan masalah seksual adalah masalah
yang tabu.
Manajemen yang dilakukan tenaga kesehatan untuk mengatasi gangguan seksual pada lansia adalah sebagai berikut :
1. Anamnesa Riwayat Seks
· Gunakan bahasa yang saling menguntungkan dan memuaskan
· Gunakan pertanyaan campuran antara terbuka dan teutup
· Mendapatkan gambaran yang akurat tentang apa yang sebenarnya salah
· Uraikan dengan panjang lebar permasaIahanya
· Dapatkan latar belakang medis mencakup daftar lengkap tentang obat-obatan yang dikonsumsi oieh pasien.
Pemeriksaan
sebaiknya dilakukan dihadapan pasangannya. Anamnese harus rinci,
meliputi awitan, jenis maupun intensitas gangguan yang dirasakan. Juga
anamnese tentang ganguan sistemik maupun organik yang dirasakan.
Penelaahan tentang gangguan psikologik, kognitif harus dilakukan. Juga
anamneses tentang obat-obatan. Pemeriksaan fisik meliputi head to toe.
Pemeriksaan
tambahan yang dilakukan meliputi keadaan jantung, haati, ginjal dan
paru-paru. Status endokrin dan metaboliuk meliputi keadaan gula darah,
status gizi dan status hormonal tertentu. Apabila keluhan mengenai
disfungsi ereks pada pria, pemeriksaan khas juga meliputi a.l
pemeriksaan dengan snap gauge atau nocturnal penile tumescence testing.
(Hadi-Martono, 1996)
2. Pengobatan yang diberikan mencakup :
· Konseling Psikoseksual
· Therapi Hormon
· Penyembuhan dengan obat-obatan
· Peralatan Mekanis
· Bedah Pembuluh
3. Bimbingan Psikososial
Bimbingan
dan konseling sangat dipentingkan dalam rencana manajemen gangguan
seks dan dikombinasikan dengan penyembuhan pharmakologi.
4. Penyembuhan Hormon
· Pada pria lansia : Penggunaan suplemen testosteron untuk menyembuhkan viropause/andropause pada pria (pemanasan dan ejakulasi).
· Pada wanita lansia : Terapi pengganti hormon (HRT) dengan pemberian estrogen pada klimakterium.
5. Penyembuhan dengan Obat
· Yohimbine, Pemakaian Krim vasoaktif
· Oral phentholamin
· Tablet apomorphine sublingual
· Sildenafil, suntik intra-carporal obat vasoaktif
· Penempatan intra-uretral prostaglandin
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN MASALAH FUNGSI SEKSUAL
- Pengkajian
a. Identitas Klien
1. Nama Klien
2. Umur
3. Agama
4. Suku
5. Pendidikan
6. Alamat
7. Pekerjaan
8. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
9. Status social ekonomi keluarga
b. Dapatkan riwayat seksual:
· Pola seksual biasanya
· Kepuasan (individu, pasangan)
· Pengetahuan seksual
· Masalah (seksual, kesehatan)
· Harapan
· Suasana hati, tingkat energi
- Diagnosa Keperawatan
1. Disfungsi
seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang
ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.
Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan struktur tubuh terutama pada fungsi seksual yang dialaminya
Kriteria hasil:
1. Mengekspresikan kenyamanan
2. Mengekspresikan kepercayaan diri
Intervensi:
1. Bantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi tubuh termasuk organ seksual seiring dengan bertambahnya usia.
2. Diskusikan beberapa pilihan agar dicapai kenyamanan.
3. Berikan pendidikan kesehatan tentang penurunan fungsi seksual.
4. Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak, rendah kolestrol, dan berupa diet vegetarian
5. Anjurkan
klien untuk menggunakan krim vagina dan gel untuk mengurangi kekeringan
dan rasa gatal pada vagina, serta untuk megurangi rasa sakit pada saat
berhubungan seksual
2. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu angota tubuhnya secara positif
Kriteria hasil:
1. Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan tanpa rasa malu dan rendah diri
2. Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki
Intervensi:
1. Kaji
perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan
dengan keadaan angota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal
2. Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien
3. Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien
4. Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain
5. Beri kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan
6. Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan hargai pemecahan masalah yang konstruktif dari pasien.
3. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan efek penyakit akut dan kronis
Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan pola seksualitas yang disebabkan masalah kesehatannya.
Kriteria Hasil :
1. Mengidentifikasi keterbatasannya pada aktivitas seksual yang disebabkan masalah kesehatan
2. Mengidentifikasi modifikasi kegiatan seksual yang pantas dalam respon terhadap keterbatasannya
Interversi :
1. Kaji factor-faktor penyebab dan penunjang, yang meliputi
· Kelelahan
· Nyeri
· Nafas pendek
· Keterbatasan suplai oksigen
· Imobilisasi
· Kerusakan inervasi saraf
· Perubahan hormone
· Depresi
· Kurangnya informasi yang tepat
2. Hilangkan
atau kurangi factor-faktor penyebab bila mungkin. Ajarkan pentingnya
mentaati aturan medis yang dibuat untuk mengontrol gejala penyakit
3. Berikan informasi terbatas dan saran khusus
· Berikan informasi yang tepat pada pasien dan pasangannya tentang keterbatasan fungsi seksual yang disebabkan oleh keadaan sakit
· Ajarkan
modifikasi yang mungkin dalam kegiatan seksual untuk membantu
penyesuaian dengan keterbatasan akibat sakit (saran khusus)
DAFTAR PUSTAKA
http://abhique.blogspot.com/2009/10/konsep-keperawatan pada lnjut usia (lansia).html
http://abhique.blogspot.com/2009/10/rencana asuhan keperawatan pada lansia.html
Carpenito,Lynda Juall.2000.Diagnosa Keperawatan.EGC.Jakarta
Aspiani Reny Yuli,S.Kep.Ns.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik.2008.