BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
Pengkajian
adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
a. Keluhan utama
- Demam
- Nyeri dada mirip angina
pectoris dan perikarditis
- Palpitasi
- Sesak napas
b.
Tanda Penting
- Takikardi
- Kardomegali (cepat terjadi)
- Bunyi jantung melemah
- Irama gallopTanda-tanda gagal
jantung, terutama gagal jantung kanan.
Pengkajian
pasien myocarditis (Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi :
Aktivitas
/ istirahat
Gejala
: kelelahan, kelemahan.
Tanda
: takikardia, penurunan tekanan darah, dispnea dengan
aktivitas.
Pernapasan
Gejala
:napas pendek (napas pendek kronis memburuk pada malam hari).
Tanda
:DNP (dispnea nocturnal paroxismal) ; batuk, inspirasi mengi ; takipnea,
krekels, dan ronkhi ; pernapasan dangkal.
Sirkulasi
Gejala
:riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital, bedah jantung, palpitasi,
jatuh pingsan.
Tanda
:takikardia, disritmia, perpindaha titik impuls maksimal, kardiomegali,
frivtion rub, murmur, irama gallop (S3 dan S4), edema, DVJ, petekie, hemoragi
splinter, nodus osler, lesi Janeway.
Eliminasi
Gejala
: riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal ; penurunan frekuensi/jumlsh urine.
Tanda : urin pekat gelap.
Nyeri
Gejala
:nyeri seperti tertimpa beban bert dan terasa
terbakar
Tanda
: perilaku distraksi, misalnya
gelisah.
Keamanan
Gejala
:riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis ; trauma dada ; penyakit
keganasan/iradiasi thorakal ; dalam penanganan gigi ; pemeriksaan endoskopik
terhadap sitem GI/GU), penurunan system immune, SLE atau penyakit kolagen
lainnya.
Tanda
:demam.
3.2
Pemeriksaan Khusus
a. Pemeriksaa
EKG :Tidak khas
- ST-T changes inferior
- Gangguan konduksi jantung
1.
Foto
Toraks :Tidak khas
- Pembesaran jantung dengan efusi
perikard atau pleura.
1.
Ekokardiografi
:
- Pembesaran jantung kiri
- Dapat di bedakan dengan
kardiomiopati hipertrofi dan mitral stenosis.
3.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999)
adalah
1. Nyeri
berhubungan dengan inflamasi miokardium, efek-efek sistemik dari infeksi,
iskemia jaringan.
2.
Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi
otot jantung, penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.
3. Infeksi
berhubungan dengan penyebaran agen infeksius
4.
Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penrunan cardiac output.
5.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel otot
miokard, penurunan curah jantung.
6. Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan
berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat, mis-intepretasi informasi,
keterbatasan kognitif, menyangkal
diagnosa.
3.4 Intervensi
Intervensi
adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan.
Intervensi
dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis
(Doenges, 1999).
1.
Nyeri
Tujuan
: Nyeri hilang atau terkontrol.
Kriteria
Hasil : - Nyeri berkurang atau
hilang
- Klien tampak
tenang.
Intervensi
:
- Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen nonsteroid : aspirin, indocin ; antipiretik ; steroid).R : dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi, menurunkan demam ; steroid diberikan untuk gejala yang lebih berat.
- Kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung
- Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, penggunaan kompres hangat/dingin, dukungan emosional.R : tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.
- Berikan teknik distraksi yang tepatR : mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu.
- Menitoring keluhan nyeri dada
dan faktor pemberat atau penurun. Perhatikan petunjuk nonverbal dari
ketidaknyamanan, misalnya ; berbaring dengan diam/gelisah, tegangan otot,
menangis.
R : pada
nyeri ini memburuk pada inspirasi dalam, gerakkan atau berbaring dan hilang
dengan duduk
tegak/membungkuk.
2. Risiko
tinggi terhadap penurunan curah
jantung
Tujuan
: Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
Kriteria
Hasil : -Melaporkan/menunjukkan penurunan
periode dispnea, angina, dan disritmia.
-Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung
stabil.
Intervensi
:
- Pertahankan tirah baring dalam posisi semi-Fowler.R : menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung.
- Memberikan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, dan aktivitas hiburan dalam tolerransi jantung.R : meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian.
- Kolaborasi pemberian obat
sesuai indikasi, seperti digitalis, diuretik.
R : dapat
diberikan untuk meningkatkan kontraktilitas miokard dan meurunkan beban kerja
jantung.
- Kolaborasi pemberian
antibiotik/antimikrobial intervena
R :
diberikan untuk mengatasi patogen yang teridentifikasi dan mencegah kerusakan
jantung yang lebih lanjut.
- Memantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.
- Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak/muffled tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4.R : memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi misalnya : GJK, tamponade jantung.
3.
Resiko infeksi b.d penyebaran agen infeksius
Tujuan:
Tidak terjadi penyebaran infeksi
Kriteria
hasil: -Suhu tubuh normal, 36,5-37 C
Nilai WBC
normal 3800–9800/mcl
Intervensi:
- Kolaborasi pemberian antibiotik
R/
Antibiotik untuk mengurangi agen infeksius
- Melakukan tes darah lengkap
memantau nilai granulosit dan WBC
R/ untuk
mengetahui nilai WBC dan granlosit sebagai indikator adanya infeksi
- Observasi tanda-tanda vital
R/
Memantau perkembangan kondisi pasien dan melakukan tindakan selanjutnya
4.
Intoleransi aktivitas
Tujuan
: pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
Kriteria
hasil
:- Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa
dibantu.
-Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
Intervensi
:
- Bantu pasien dalam program latihan progresif bertahap sesegera mungkin untuk turun dari tempat tidur, mencatat respons tanda vital dan toleransi pasien pada peningkatan aktivitas.R : saat inflamasi/kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktivitas yang diinginkan, kecuali kerusakan miokard permanen/terjadi komplikasi.
- Mengkaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya perubahan dan keluhan kelemahan, keletiahan, dan dispnea berkenaan dengan aktivitas.R : miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel-sel miokardial.
- Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi.R : meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut.
- Kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menmgimbangi konsumsi oksigen yang terjadi dengan aktifitas
- Meantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal.Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.
5.
Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan cardiac output.
Tujuan :
Gangguan perfusi jaringan teratasi dalam waktu 3x24 jam.
Kriteria
Hasil : - RR 30-60 x/mnt
-Nadi
120-140 x/mnt.
-Suhu
36,5-37 C
-Sianosis
(-)
-Ekstremitas
hangat
Intervensi:
- Beri oksigen sesuai kebutuhan
R/
Membantu meningkatkan cardiac output
- Observasi frekuensi dan bunyi
jantung
R/
Frekuensi dan bunyi jantung yang normal mengindikasikan aliran darah lancar
yang berarti perfusi jaringan kembali normal.
- Observasi adanya sianosis.
R/ adanya
sianosis atau kebiruan menunjukkan adanya gangguan perfusi jaringan.
- Observasi TTV.
R/
Memantau perkembangan kondisi pasien
- Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian therapy.
R/
Meningkatkan cardiac output
6. Kurang
pengetahuan
Tujuan :
menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
Kriteria
hasil : -Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang
perlu diperhatikan.
-Memperlihatan perubahan perilaku untuk mencegah
komplikasi.
Intervensi
:
- Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.R : Perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit.
- Jelaskan efek inflamasi pada jantung, secara individual pada pasien. Ajarakkn untuk memperhatikan gejala sehubungan dengan komplikasi/berulangnya dan gejala yang dilaporkan dengan segera pada pemberi perawatan, contoh ; demam, peningkatan nyeri dada yang tak biasanya, peningkatan berat badan, peningkatan toleransi terhadap aktivitas.R : untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri, pasien perlu memahami penyebab khusus, pengobatan dan efek jangka panjang yang diharapkan dari kondisi inflamasi, sesuai dengan tanda/gejala yang menunjukan kekambuhan/komplikasi.
- Anjurkan pasien/orang terdekat tentang dosis, tujuan dan efek samping obat; kebutuhan diet ; pertimbangan khusus ; aktivitas yang diijinkan/dibatasi.R : informasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri, peningkatan keterlibatan pada program terapeutik, mencegah komplikasi.
- Kaji ulang perlunya antibiotic jangka panjang/terapy antimicrobial.R : perawatan di rumah sakit lama/pemberian antibiotic IV/antimicrobial perlu sampai kultur darah negative/hasil darah lain menunjukkan tak ada infeksi.
3.5
Evaluasi
Evaluasi
addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan
atau intervensi keperawatan ditetapkan.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah
:
1. Nyeri
hilang atau
terkontrol
2. Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
3. Tidak
ada infeksi sistemik
4. Perfusi
jaringan perifer kembali normal
5. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
6.
Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Miokarditis jarang didapat pada saat puncak penyakit infeksinya karena akan
tertutup oleh manifestasi sistemis penyakit infeksi tersebut dan baru jelas
pada fase pemulihan. Bentuk ini umumnya sembuh dengan sendirinya, tetapi
sebagian berlanjut menjadi bentuk kardiomiopati dan ada juga yang menjadi
penyebab aritmia, gangguan konduksi atau payah jantung yang secara struktural
dianggap normal.
Sebagian
besar keluhan klien tidak khas, mungkin didapatkan rasa lemah, berdebar-debar,
sesak napas, dan rasa tidak enak di dada. Nyeri dada biasanya ada bila disertai
perikarditis. Kadang-kadang didapatkan rasa nyeri yang menyerupai angina
pektoris. Gejala yang paling sering ditemukan adalah takikardia yang
tidak sesuai dengan kenaikan suhu. Kadang-kadang didapatkan hipotensi dengan
nadi yang kecil atau dengan gangguan pulsasi.
4.2 Saran
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit myocarditis karena
akan menjadi fatal jika terlambat menanganinya. Selain itu perawat juga memberi
health education kepada klien dan keluarga agar mereka faham dengan myocarditis
dan bagaimana pengobatannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.2008.Inefective
Endocarditis. Diakses dari : www.satriaperwira.wordpress.com
Pada : 6 Desember 2010. Pukul: 11.00 WIB.
Baswin,Ade.2009.Endokarditis.
Diakses dari : www.one.indoskripsi.com Pada : 5 Desember 2010. Pukul : 19.00
WIB.
Doenges,
E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Wulandari,Veni.2009.Endokarditis.
Diakses dari : www.veniwulandari.blogspot.com Pada : 5 Desember 2010. Pukul :
20.00 WIB.
Medika,Yasir.2009.Askep
Endokarditis. Diakses dari: www.yasirblogspotcom.blogspot.com Pada : 8
Desember 2010. Jam : 19.30 WIB.
Muttaqin,
Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta:
Salemba Medika.
Patriani.2008.Askep
Miokasrditis. Diakses dari : www.asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com
Pada : 6 Desember 2010. Pukul 18.30 WIB.
Udjianti,
Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba.
Yuflihul-khair.2010.Endokarditis.
Diakses dari : www.yuflihul-khair.blogspot.com Pada : 8 Desember
2010. Pukul : 19.00 WIB.
Nonik.2010.All
About Nursing. Diakses dari : www.nerstitis.blogspot.com Pada : 13 Desember
2010. Pukul : 16.15 WIB.