Human Immunodefeciency
Virus dapat di isolasi dari cairan-cairan yang berperan dalam penularan AIDS
seperti darah, semen dan cairan serviks atau vagina. Diagnosa adanya infeksi
dengan HIV ditegakkan di laboratoruim dengan ditemukannya antibodi yang khusus terhadap
virus tersebut.
a. Untuk pemeriksaan pertama biasanya
digunakan Rapid tes untuk melakukan uji tapis. Saat ini tes yang cukup sensitif
dan juga memiliki spesifitas yang tinggi. Hasil yang positif akan diperiksa
ulang dengan menggunakan tes yang memiliki prinsip dasar tes yang berbeda untuk
meminimalkan adanya hasil positif palsu yaitu ELISA. Rapid Tes hasilnya
bisa dilihat dalam waktu kurang lebih 20 menit.
b. Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA),
bereaksi terhadap adanya antibody dalam serum dengan memperlihatkan warna yang
lebih jelas apabila terdeteksi jumlah virus yang lebih besar. Biasanya hasil
uji ELISA mungkin masih akan negatif 6 sampai 12 minggu setela pasien
terinfeksi. Karena hasil positif palsu dapat menimbulkan dampak psikologis yang
besar, maka hasil uji ELISA yang positif diulang dan apabila keduanya positif
maka dilakukan uji yang lebih spesifik yaitu Western Blot.
c. Western Blot merupakan elektroporesis gel
poliakrilamid yang digunakan untuk mendeteksi rantai protein yang spesifik
terhadap DNA. Jika tidak ada rantai protein yang ditemukan berarti tes negatif.
Sedangkan bila hampir atau semua rantai protein ditemukan berarti western blot
positif. Tes ini harus diulangi lagi setelah 2 minggu dengan sampel yang sama.
Jika western blot tetap tidak bisa disimpulkan maka tes western blot
harus diulangi lagi setelah 6 bulan. Jika tes tetap negatif maka pasien
dianggap HIV negatif.
d. PCR (Polymerase Chain Reaction) Untuk DNA
dan RNA virus HIV sangat sensitive dan spesifik untuk infeksi HIV. Tes ini
sering digunakan bila tes yang lain tidak jelas.