pengkajian dan askep mastoiditis

2.6 Asuhan Keperawatan
      2.6.1 Pengkajian
  1. Keluhan utama
Rasa nyeri di telinga.
  1. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya diawali adanya otitis media akut setelah 2-3 minggu tanpa penanganan yang baik nanah dan infeksi menyebar ke sel udara mastoid. Dapat muncul atau keluar cairan yang berbau dari telinga, timbul nyeri di telinga dan demam hilang timbul.
  1. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya otitis media kronik karena adanya episode berulang.
  1. Pemeriksaan fisik
    1. Suhu tubuh meningkat, denyut nadi meningkat (takikardi)
    2. Kemerahan pada kompleks mastoid
    3. Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir dari telinga tengah ke auditory canal
    4. Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)
    5. Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)
    6. Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lain
    7. Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnya

  1. Pemeriksaan Penunjang
  2. Laboratorium
Spesimen dari sel mastoid diperoleh selama operasi dan myringotomy cairan. Specimen tersebut  harus dikirim untuk kultur  kedua bakteri aerobik dan anaerobic, Gram staining, dan asam-cepat staining.
b . CT Scan dan MRI
untuk mengetahui perubahan pada sel udara mastoid
c. Tympanocentesis dan myringotomy Myringotomy mungkin awalnya dilakukan, diikuti dengan terapi antibiotik.
d. Culturing cairan telinga tengah sebelum antimicrobial therapy adalah keharusan.
  1. Review Of System pada klien Mastoiditis
    1. B1 Breath              : -
    2. B2 Blood               : sekresi nanah
    3. B3 Brain                : pusing
    4. B4 Bladder            : -
    5. B5 Bowel              : mual
    6. B6 Bone                : nyeri  pada tulang mastoid
2.6.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada mastoiditis antara lain:
  1. Nyeri akut berhubungan dengan  peradangan pada tulang mastoid akibat infeksi
  2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
  3. Perubahan  persepsi/ sensori auditoris berhubungan dengan kerusakan pendengaran.
  4. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan.
  5. Resiko cedera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksi
  6. Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah.
2.6.3        Intervensi

  1. Nyeri akut berhubungan dengan  peradangan pada tulang mastoid akibat infeksi
Tujuan      : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri teratasi
Kriteria Hasil        : a. Pasien mengatakan nyeri berkurang
                           b. Skala nyeri turun
                           c. Wajah pasien tampak rileks
No Intervensi Rasional
1. Kaji ulang skala nyeri, lokasi, intensitas Mengetahui ketidakefektifan intervensi
2. Berikan posisi yang nyaman Mengurangi nyeri

3. Ajarkan teknik relaksasi dan ciptakan lingkungan yang tenang Mengalihkan perhatian pasien terhadap nyeri dan mengurangi nyeri
4. Kolaborasi pemberian analgesik, antibiotika, dan anti inflamasi sesuai indikasi Dapat mengurangi nyeri, membunuh kuman dan mengurangi peradangan sehingga mempercepat penyembuhan

  1. 2.      Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan      : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam suhu tubuh dapat normal (360-370C)
Kriteria Hasil        : a.  Suhu tubuh dalam rentang normal (360-370C)
                           b. Kulit tidak teraba hangat
                           c. Wajah tidak tampak merah
                           d. Tidak terjadi dehidrasi
No Intervensi Rasional
1. Pantau  input dan output Untuk mengetahui balance cairan pasien
2. Ukur suhu tiap 4-8 jam Untuk mengetahui perkembangan klien
3. Ajarkan kompres hangat dan banyak minum Untuk menurunkan panas tubuh dan mengganti cairan tubuh yang hilang
4. Kolaborasi dengan pemberian antipiretik Untuk menurunkan panas

  1. 3.      Perubahan sensori/ persepsi (auditoris) berhubungan dengan kerusakan pendengaran
Tujuan            : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien mampu mendengar dengan baik
Kriteria Hasil  : a. Pasien mengalami potensial pendengaran maksimum
                          b. Pasien menggunakan alat bantu dengar dengan tepat
No Intervensi Rasional
1. Kaji tentang ketajaman pendengaran Menentukan seberapa baik tingkat pendengaran klien
2. Diskusikan tipe alat bantu dengar dan perawatannya yang tepat Untuk menjamin keuntungan maksimal
3. Bantu pasien berfokus pada semua bunyi di lingkungan dan membicarakannya hal tersebut Untuk memaksimalkan pendengaran

  1. 4.      Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan  jaringan.
Tujuan            : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam risiko infeksi dapat hilang atau teratasi
Kriteria Hasil  :  Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
No Intervensi Rasional
1. Observasi keadaan umum pasien selama 24 jam Mengetahui keadaan umum pasien
2. Anjurkan pentingnya cuci tangan Mencegah penularan penyakit
3. Ajarkan prosedur mencuci telinga luar Mencegah infeksi berlanjut
4. Kolaborasi pemberian antibiotik profilaksis Agar dapat membunuh kuman, sehingga tidak menularkan penyakit terus-menerus

  1. Resiko cedera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksi
Tujuan            : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi cidera
Kriteria Hasil  : pasien tidak mengalami cidera fisik
No Intervensi Rasional
1. Cegah infeksi telinga berlebih Agar kerusakan penedengaran tidak meluas
2.


3.

4.
Meminimalkan tingkat kebisingan di unit perawatan intensif
Lakukan upaya keamanan seperti ambulasi terbimbing
Kolaborasi dengan pemberian obat antiemetika

Berhubungan dengan kehilangan pendengaran


Untuk mencegah pasien jatuh akibat gangguan keseimbangan
Mengurangi nyeri kepala sehingga terhindar dari jatuh







  1. 6.      Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah.
Tujuan            : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam ansietas berkurang
Kriteria Hasil  : a. Menunjukkan kontrol agresi, kontrol ansietas, koping, kontra impuls, penahanan mutilasi diri secara konsisten dan substansial
                          b.        Menunjukkan ketrampilan interaksi sosial yang efektif
No Intervensi Rasional
1. Informasikan pasien tentang peran advokat perawat intra operasi Kembangkan rasa percaya/ hubungan, turunkan rasa takut akan kehilangan kontrol pada lingkungan yang asing
2. Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukan penundaan prosedur pembedahan Rasa takut yang berlebihan/ terus-menerus akan mengakibatkan reaksi stress yang berlebihan, risiko potensial dari pembalikan reaksi terhadap prosedur/ zat-zat anestesi
3. Cegah pemajan tubuh yang tidak diperlukan selama pemindahan ataupun pada tulang operasi Pasien akan memperhatikan masalah kehilangan harga diri dan ketidakmampuan untuk melatih kontrol
4. Berikan petunjuk/ penjelasan yang sederhana pada pasien yang tenang Ketidakseimbangan dari proses pemikiran akan membuat pasien menemui kesulitan untuk memahami petunjuk-petunjuk yang panjang dan berbelit-belit
5. Kontrol stimulasi eksternal Suara gaduh dan keributan akan meningkatkan ansietas
6. Berikan obat sesuai petunjuk, misal; zat-zat sedatif, hipnotis Untuk meningkatkan tidur malam hari sebelum pembedahan; meningkatkan kemampuan koping



BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya berasal dari kavum timpani. Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang berulang ulang dapat menyebabkan timbulnya perubahan pada mastoid berupa penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat. Lama kelamaan terjadi peradangan tulang (osteitis) dan pengumpulan eksudat/nanah yang makin banyak,yang akhirnya mencari jalan keluar. Daerah yang lemah biasanya terletak di belakang telinga, menyebabkan abses superiosteum.
3.2 Saran
Penulis menghimbau kepada semua pembaca agar selalu menjaga kebersihan telinga dari virus agar kuman, sebaliknya apabila seorang terkena otitis harus diobati secara tuntas agar tidak terjadi infeksi pada prosesus mastoiditis yang dapat komplikasi yang lebih parah.

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J.  2001. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Latief, abdul dkk. 2007. Ilmu kesehatan anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesahatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Reeves, C.J.2001.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer, S. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC
Wilkinson, J. M. 2007. Buku Ajar Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
 

Link Kesehatan Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger