seputar penyakit campak

Penyakit campak dapat menyerang semua anak-anak yang tidak kebal. 

Di negara berkembang menyerang anak-anak usia di  bawah 2 tahun sedangkan di negara maju sering menyerang anak-anak prasekolah. Di daerah dengan kepadatan penduduknya tinggi. Penyakit ini dapat bersifat endemik, sedangkan di daerah dengan kepadatan penduduk yang rendah sering terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) (Sudarjat Suraatmaja, 1995 : 36).

Pada anak-anak dengan gizi baik, penyakit ini jarang menyebabkan kematian. Sebaliknya pada anak-anak golongan gizi buruk, penyakit ini sering menyebabkan kematian karena terjadi penyulit radang paru-paru (Sudarjat Suraatmaja, 1995 : 36).

1) Penyebab Campak
Penyakit campak adalah suatu penyakit akut dan sangat menular. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus campak (Sudarjat Suraatmaja, 1997 : 35).

2) Penularan Campak
Cara penularan campak adalah melalui droplet atau percikan lendir saat batuk (sekresi hidung), kontak langsung dengan cairan lendir hidung dan mulut dari orang yang terinfeksi (Sudarjat Suraatmaja, 1997 : 35).
Penyakit campak sangat menular, masa penularan sudah terjadi sebelum gejala yang khas berupa ruam-ruam pada kulit timbul sampai lebih kurang 7 hari setelah timbulnya ruam-ruam pada kulit.

3) Masa Inkubasi Campak
Rata-rata 10 hari, bervariasi 7-18 hari mulai terpapar sampai timbul demam, pada umumnya 14 hari sampai timbul rash (Sudarjat Suraatmaja, 1997: 35).

4) Gambaran Klinis Campak
Gejala pertama yang timbul menyerupai penyakit influenza, seperti panas, batuk, pilek serta peradangan pada mata (konjungtivitis) selama 3-7 hari. Kemudian timbul ruam-ruam pada kulit mulai dari leher atau belakang telinga yang selanjutnya  menyebar keseluruh tubuh yang berlangsung selama 4-6 hari
(Sudarjat Suraatmaja, 1997 : 35).

5) Gejala dan Tanda-tanda Penyakit Campak
Ada 3 gejala dan tanda-tanda penyakit campak antara lain stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalensi. Stadium kataral dengan gejala panas, lesu (malaise), batuk, takut cahaya (fotofobia), mata merah (conjuctivitis), hidung mampat mendadak (coriza), bercak koplik di mukosa bucalis. Stadium erupsi dengan gejala coriza dan batuk bertambah. Timbul titik merah di palatum durum dan platum mole atau langit-langit mulut, bercak koplik, kemerahan (rash) yang dimulai dari belakang telinga dan
atas lateral tengkuk sepanjang rambut menjalar ke muka. Suhu badan semakin tinggi, bibir pecah-pecah, mata merah dan berair.
Kadang ada perdarahan ringan pada kulit, muka, hidung, saluran pencernaan. Rasa gatal, muka bengkak, pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran limpa (splenomegali), diare dan muntah.
Sedangkan stadium konvalesensi memiliki gejala erupsi berkurang, timbul hiperpigmentasi, radang kulit bersisik (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2005 : 89).

6) Pencegahan Penyakit Campak
Penyakit campak dapat dicegah dengan imunisasi campak di daerah sekitar lokasi Kejadian Luar Biasa (KLB); meningkatkan gizi penderita; mencegah kontak dengan penderita (tidak keluar rumah, sekolah, bermain selama tujuh hari), menutup hidung dan mulut saat penderita bersin (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2005 : 89).

Vaksin Campak
Imunisasi campak diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit campak secara aktif. Vaksin campak mengandung virus campak hidup yang telah dilemahkan. Vaksin campak yang beredar di Indonesia dapat diperoleh dalam bentuk kemasan kering tunggal atau dalam kemasan kering dikombinasikan dengan vaksin gondong dan rubella (campak Jerman) (A.H. Markum, 2002 : 26).

Untuk menentukan minimal pemberian imunisasi dan jadwal
imunisasi, ada 2 hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1). Distribusi umur mengenai anak yang terserang dan kematiannya.
2). Respon imunologis sehubungan dengan adanya kekebalan bawaan.
Di Indonesia penyakit ini sering menyerang bayi atau anak kecil, imunisasi dianjurkan diberikan pada umur 12-15 bulan (Sudarjat Suraatmaja, 1997 : 39).

referensi

A.H. Markum. 2002. Imunisasi. Jakarta : FKUI.

Departemen Kesehatan RI. 1999. Status Gizi dan Imunisasi Ibu dan Anak di
Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan.

Dick, George. 1995. Imunisasi dalam Praktek. Jakarta : Hipokrates.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. 2005. Prosedur Tetap Penanganan KLB
dan Bencana Propinsi Jawa Tengah. Semarang : Dinas Kesehatan
Propinsi Jawa Tengah.
. 2005. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Semarang : Dinas
Kesehatan Propinsi Jawa Tengah.

Endah Widiarti. 2001. Faktor yang Berhubungan dengan Cakupan Imunisasi di
Kecamatan Uluagung Kabupaten Magelang. Skripsi S-1. Universitas
Diponegoro Semarang.
I.G.N. Ranuh, dkk. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Ikatan
Dokter Anak Indonesia.

Sri Mumpuni. 2002. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi di
Kecamatan Kendal Kota Kabupaten Kendal. Skripsi S-1. Universitas
Diponegoro Semarang.
Sudarjat Suraatmaja. 1995. Imunisasi. Jakarta : Arcan.
Sugeng Hariyadi. 2003. Psikologi Perkembangan. Semarang : UPT UNNES
Press.
Sugiarti. 2002. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi bagi
Bayi di Puskesmas Gunung Jati Kabupaten Magelang. Skripsi S-1.
Universitas Diponegoro Semarang.

Sunarti. 2000. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi
Campak Anak Usia 9-35 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Platungan
dan Sukorejo 1 Kabupaten Kendal. Skripsi S-1. Universitas Diponegoro
Semarang.
 

Link Kesehatan Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger