- Pengertian Kromosom
Kromosom adalah kromatin yang merapat,
memendek dan membesar pada waktu terjadi proses pembelahan dalam inti sel (nucleus), sehingga bagian-bagiannya
dapat terlihat dengan jelas di bawah mikroskop biasa. Kromosom berasal dari
kata chroma = berwarna, dan soma = badan. Terdapat di dalam plasma
nucleus, berupa benda-benda berbentuk lurus seperti batang atau bengkok, dan
terdiri dari bahan yang mudah mengikat zat warna.
Istilah kromosom pertama kali
diperkenalkan oleh W. Waldeyer pada
tahun 1888, walaupun Flemming (1879) telah melihat
pembelahan kromosom di dalam inti sel. Ahli yang mula-mula menduga bahwa
benda-benda tersebut terlibat dalam mekanisme keturunan ialah Roux (1887) melaporkan bahwa
banyaknya benda itu di dalam nucleus dari mahkluk yang berbeda adalah
berlainan, dan jumlahnya tetap selama hidupnya. Morgan (1993), menemukan fungsi kromosom dalam pemindahan
sifat- sifat genetik. Beberapa ahli lainnya seperti Heitz (1935), Kuwanda
(1939), Gritter (1940)
dan Kauffmann (1948),
kemudian menyusul memberi keterangan lebih banyak tentang morfologi kromosom.
2.
Morfologi kromosom
Kebanyakan makhluk di dalam nukleusnya terdapat benda-benda halus
berbentuk lurus seperti batang atau bengkok dan terdiri dari zat yang mudah mengikat zat warna. Benda-benda tersebut
dinamakan kromosom dan zat yang
menyusunnya disebut kromatin (Suryo, 1990 : 6). Kromosom dapat dilihat dengan
mudah, apabila menggunakan teknik pewarnaan khusus selama nukleus membelah. Hal
ini karena pada saat itu kromosom mengadakan kontraksi sehingga menjadi lebih
tebal, dan dapat mengisap zat warna lebih baik. Dalam arti lain, kromosom tampak jelas
pada saat sel sedang membelah karena mengalami pemadatan dan penggandaan. Ukuran kromosom bervariasi
bagi setiap species. Panjangnya berkisar antara 0,2-50 mikron,
diameternya antara 0,2-20 mikron dan pada manusia mempunyai panjang 6 mikron.
Suatu kromosom terdiri dari
lengan kromosom dan sentromer. Adapun strukturnya digambarkan seperti berikut :
Struktur
kromosom
Satu kromosom terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu :
a.
Sentromer
disebut juga kinetochore, merupakan
bagian kepala kromosom. Sentromer
adalah daerah yang mengerut dari kromosom saat proses mitosis atau meiosis dan merupakan
tempat melekatnya benang-benang gelendong. Fungsinya adalah sebagai tempat
berpegangan benang plasma dari gelendong inti (spindle) pada stadium anafase.
Sentromer tidak mengandung kromonema dan gen. Berdasarkan letak dan panjangnya
lengan, sentromer dapat dibedakan dalam beberapa bentuk kromosom, yaitu :
1)
Metasentris,
apabila sentromer terletak di median (kira-kira di tengah kromosom), sehingga
kromosom terbagi menjadi dua lengan sama panjang dan mempunyai bentuk seperti
huruf V.
2)
Submetasentris,
apabila sentromer terletak di submedian (ke arah salah satu ujung kromosom),
sehingga kromosom terbagi menjadi dua lengan tak sama panjang dan mempunyai
bentuk seperti huruf J.
3)
Akrosentris,
apabila sentromen terletak di subterminal (di dekat ujung kromosom), sehingga
kromosom tidak membengkok melainkan tetap lurus seperti batang. Satu lengan
kromosom sangat pendek, sedang lengan lainnya sangat panjang.
4)
Telosentris,
apabila sentromen terletak di ujung kromosom, sehingga kromosom hanya terdiri
dari sebuah lengan saja dan berbentuk lurus seperti batang. Kromosom manusia
tidak ada yang telosentris.
b.
Lengan
ialah badan kromosom sendiri. Mengandung kromonema dan gen. Lengan memiliki
3 daerah :
- Selaput, ialah lapisan tipis yang menyelimuti badan kromosom
- Kandung / matrix, mengisi seluruh lengan, terdiri dari cairan bening
- Kromonema, ialah benang halus berpilin-pilin yang terendam dalam kandung, dan berasal dari kromonema kromatin sendiri. Di dalam kromonema terdapat kromomer (pada manusia tidak jelas).
Melihat pada perbedaan banyaknya mengisap
zat warna teknik mikroskopik, kromatin (kromosom yang sedang tidak mengalami
proses pembelahan) bagian lengan kromosom dibedakan oleh E. Hertz (1928) atas :
1. Heterokromatin, ialah daerah
kromatin yang relatif lebih banyak dan lebih mudah mengisap zat warna
dibandingkan dengan bagian lain dari lengan.
2. Eukromatin, ialah daerah kromatin
yang terang dan mengandung gen-gen yang sedang aktif.
Pada satu kromatin, daerah hetero
tersebar di antara eukromatin, paling banyak dekat sentromer. Daerah heterokromatin
sewaktu waktu dapat berubah menjadi eukromatin, bilamana gen-gennya berubah
menjadi aktif. Sebaliknya daerah eukromatin dapat pula berubah menjadi
heterokromatin, pada saat gen-gennya tidak aktif atau beristirahat. Dengan
demikian dapatlah kita ketahui, bahwa suatu gen tidak selalu giat melakukan
transkripsi, bergantung pada kebutuhan sel pada waktu bermetabolisme.
3.
Tipe Kromosom
Menjelang abad ke-20, banyak peneliti
telah mencoba untuk mengetahui jumlah kromosom yang terdapat di dalam nukleus
sel tubuh manusia, tetapi selalu menghasilkan data-data yang berbeda karena
pada waktu itu teknik pemeriksaan kromosom masih terlalu sederhana. Dalam tahun
1912, Winiwater menyatakan bahwa di dalam sel tubuh manusia terdapat 47
kromosom. Tetapi kemudian pada tahun 1920 Painter menegaskan penemuannya, bahwa
manusia memiliki 48 kromosom. Pendapat ini bertahan sampai 30 tahun lamanya,
sampai akhirnya Tjio dan Levan dalam tahun 1956 berhasil membuktikan
melalui teknik pemeriksaan kromosom yang lebih sempurna, bahwa nucleus sel
tubuh manusia mengandung 46 kromosom.
Kromosom manusia dibedakan atas 2 tipe
:
1. Autosom, ialah kromosom biasa, yang tidak berperan
menentukan dalam mengatur jenis kelamin. Dari 46 krmosom di dalam nucleus sel
tubuh manusia, maka yang 44 buah (22 pasang) merupakan autosom
2. Gonosom, ialah seks kromosom (kromosom kelamin), yang
berperan dalam menentukan jenis kelamin. Biasanya terdapat sepasang kromosom.
Melihat macamnya dapat dibedakan atas Kromosom
X dan Kromosom Y.
B.
KAJIAN TEORITIS TENTANG GEN DAN ALEL
Gen adalah unit terkecil bahan sifat
menurun atau dapat diturunkan (hereditas). Besarnya diperkirakan 4-50mm.
Istilah gen pertama kali
diperkenalakan oleh W.Johansen (1909), sebagai pengganti istilah faktor
keturunan atau elemen yang
dikemukakan oleh Gregor Mendel. Gregor
Mendel telah berasumsi tentang adanya suatu bahan yang terkait dengan suatu
sifat atau karakter yang dapat
diwariskan. Ia menyebutnya 'faktor'. Pada 1910, Thomas Hunt Morgan menunjukkan bahwa gen terletak di
kromosom. Selanjutnya, terjadi 'perlombaan' seru untuk menemukan substansi yang merupakan gen. Banyak penghargaan Nobel
yang kemudian jatuh pada peneliti
yang terlibat dalam subjek ini.
Gen menumbuhkan serta mengatur
berbagai jenis karakter dalam tubuh baik fisik maupun psikis. Pengaturan karakteristik ini melalui proses sintesa
protein, seperti: kulit dibentuk oleh keratin, otot dari aktin dan miosin, darah dari Hb, globulin, dan
fibrinogen, jaringan pengikat dari kolagen
dan elastin, tulang dari Ossein, tulang rawan dari kondrin.
Gen sebagai faktor keturunan tersimpan
di dalam kromosom, yaitu di dalam manik-manik yang disebut kromomer atau nukleusom dari kromonema. Morgan
seorang ahli genetika dari Amerika Serikat
menyebut kromomer itu dengan lokus. Lokus adalah lokasi yang diperuntukan bagi
gen dalam kromosom. Jadi menurut
Morgan, gen tersebut tersimpan di dalam setiap lokus yang khas dalam kromosom.
Gen sebagai zarah kompak yang
mengandung satuan informasi genetik dan mengatur sifat-sifat menurun tertentu memenuhi lokus suatu kromosom. Setiap
kromosom mengandung banyak gen. Oleh sebab itu, dalam setiap kromosom khususnya
di dalam kromonema terdapat deretan lokus.
Batas antar lokus yang satu
dengan lokus yang lain tidak jelas seperti deretan kotak-kotak.
Pada saat itu DNA yang sudah ditemukan dan diketahui hanya berada pada kromosom
(1869), tetapi orang belum menyadari
bahwa DNA terkait dengan gen. Melalui penelitian Oswald Avery terhadap bakteri Pneumococcus (1943), serta
Alfred Hershey dan Martha Chase (publikasi 1953) dengan virus bakteriofag T2, barulah orang
mengetahui bahwa DNA adalah bahan genetik.
Gen terdiri dari DNA yang
diselaputi dan diikat oleh protein. Jadi secara kimia dapat disebut bahwa bahan
genetis itu adalah DNA.
Sebagai substansi hereditas, gen
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a)
Mengatur
perkembangan dan proses metabolisme individu
b)
Menyampaikan
informasi genetis dari generasi ke generasi berikutnya
c)
Sebagai
zarah tersendiri dalam kromosom. Zarah adalah zat terkecil yang tidak dapat
dibagi-bagi lagi.
d)
Setiap
gen mendapat tempat khusus dalam kromosom.
Gen bersifat antara lain :
a)
Sebagai
materi tersendiri yang terdapat dalam kromosom
b)
Mengandung
informasi genetika
c)
Dapat
menduplikasikan diri pada peristiwa pembelahan sel
Alel berasal dari kata allelon singkatan dari allelomorf yang artinya bentuk lain.
Alel merupakan sepasang gen yang
terletak pada lokus yang sama pada kromosom yang homolog, yang bertugas membawa
suatu sifat/karakter. Tidak semua gen mempunyai 2 alel ada juga yang lebih dari
2 disebut beralel banyak (alel ganda), misalnya : gen yang mengatur protein
darah.
Contoh alel ganda:
- Homozygot : alel dengan pasangan kedua gen pada suatu individu sama (simbolnya sam /genotipenya sama)
- Heterozygot : alel dengan pasangan kedua gen tidak sama ( simbolnya berbeda/genotipenya sama).
Dari sudut pandang genetika klasik, alel (dari bahasa Inggris allele)
merupakan bentuk alternatif dari gen
dalam kaitan dengan ekspresi suatu sifat (fenotipe). Sebagai ilustrasi, suatu
lokus dapat ditempati gen yang
mengatur warna kelopak bunga merah (alel untuk bunga merah) dan juga alel untuk warna kelopak bunga putih (alel
untuk bunga putih). Pada individu, pasangan alel menentukan genotipe dari individu yang bersangkutan.
Sejalan dengan perkembangan genetika,
pengertian alel menjadi lebih luas dan umum. Dalam arti modern, alel adalah berbagai ekspresi alternatif dari gen
atau seberkas DNA, tergantung tingkat ekspresi
genetik yang diamati.
- Pada tingkat fenotipe, pengertian alel adalah seperti yang dikemukakan di atas.
- Pada tingkat enzim (dalam analisis isoenzim), alel sama dengan isoenzim.
- Pada tingkat genom, alel merupakan variasi-variasi yang diperoleh pada panjang berkas DNA (polimorfisme DNA).
- Pada tingkat transkriptom, alel adalah bentuk-bentuk alternatif dari RNA yang dihasilkan oleh suatu oligo.
- Pada tingkat proteom, alel merupakan variasi-variasi yang bisa dihasilkan dalam suatu keluarga gen.
C.
KARIOTYPE
Kariotype berasal dari dua kata karyon
= inti dan typhos = bentuk. Kariotype adalah susunan kromosom yang
berurutan menurut panjang, jumlah dan bentuk dari sel somatis suatu individu.
Untuk mempelajari kromosom ini telah digunakan bermacam-macam jaringan, tetapi
yang paling umum digunakan adalah kulit, sumsum tulang atau darah perifer.
Penemuan penting dan mutakhir adalah dengan pembuatan kultur jaringan. Bahan
untuk penelitian adalah darah vena.
Cara kerja :
1.
Darah
vena diambil sebanyak 5 cc.
2.
Sel-sel
darah dipisahkan dan dicampur dengan medium kultur yang mengandung zat phytohaemaglutinin (PHA):
a.
Sel-sel
darah merah menggumpal, dan sel – sel darah putih dapat terpisah
b.
Sel-sel
darah putih terpacu untuk membelah
3.
Sel-sel
darah putih dipelihara dalam keadaan steril pada suhu 370C untuk
kira-kira 3 hari.
4.
Setelah
terjadi pembelahan, dibutuhkan zat kolkhisin sedikit, sehingga pembelahan terhenti
pada stadium metaphase (kromosom mengalami kontraksi maksimal dan terlihat
jelas).
5.
Satu
jam kemudian ditambah larutan hipotonik salin, sehingga sel-sel membesar dan
kromosom kromosom menyebar letaknya pada satu bidang datar.
6.
Kromosom-kromosom
dipotret dengan sebuah kamera yang dipasang pada mikroskop.
7.
Kromosom
hasil pemotretan kemudian digunting, diatur dalam pasangan homolog, mulai dari
yang paling besar sampai ke yang paling kecil.
8.
Terdapat
22 pasang autosom dan sepasang kromosom kelamin. Seringkali sulit membedakan
kromosom satu dengan yang lain. Karenanya kromosom dikelompokkan menjadi
kelompok A – G berdasarkan ukuran kromosom serta letak dari sentromer.
Sedangkan untuk membedakan kromosom
perempuan dan laki- laki terlihat pada kromosom X dan Y. Pada perempuan
kromosom ke 23 merupakan pasangan XX dan laki-laki XY. Kromosom-X mirip dengan
kromosom-kromosom pada kelompok C, dan kromosom-Y mirip dengan kromosom-kromosom
dari kelompok G.
Setiap species mahkluk hidup memiliki
bentuk dan jumlah kromosom sendiri-sendiri, dengan demikian kariotypenya pun
tentu sendiri-sendiri pula. Peranan kariotype dalam pengamatan sifat keturunan
besar sekali. Dengan kariotype dapat diketahui kelainan kromosom pada manusia.
D. GOLONGAN DARAH
- Alel-Alel Berganda
Sebagian besar gen yang ada dalam
populasi sebenarnya terdiri lebih dari dua bentuk alel. Golongan darah A B O
pada manusia merupakan satu contoh dari alel berganda dari sebuah gen tunggal.
Ada empat kemungkinan fenotip untuk
karakter ini:
a.
Golongan
darah seseorang mungkin A, B, AB atau O. Huruf-huruf ini menunjukkan dua
karbohidrat, substansi A dan substansi B, yang mungkin ditemukan pada permukaan
sel darah merah.
b.
Sel
darah seseorang mungkin mempunyai sebuah substansi (tipe A atau B),
kedua-duanya (tipe AB), atau tidak sama sekali (tipe O).
c.
Kesesuaian
golongan darah sangatlah penting dalam transfusi darah. Jika darah donor
mempunyai faktor (A atau B) yang dianggap asing oleh resipien, protein spesifik
yang disebut antibodi yang diproduksi oleh resipien akan mengikatkan diri pada
molekul asing tersebut sehingga menyebabkan sel-sel darah yang disumbangkan
menggumpal. Penggumpalan ini dapat membunuh resipien.
d.
Keempat
golongan darah dihasilkan dari berbagai kombinasi antara tiga alel yang berbeda
dari satu gen, disimbolkan sebagai IA (untuk karbohidrat A), IB (untuk
karbohidrat B) dan i (menghasilkan karbohidrat yang bukan A maupun B). Ada enam
genotip yang mungkin. Alel IA dan IB kedua-duanya dominan terhadap alel i.
Jadi, individu IA IA dan IA i mempunyai golongan darah tipe A, dan IB IB dan IB
i mempunyai tipe B. Homozigot resesif, ii, mempunyai golongan darah tipe O,
sebab tidak ada substansi A maupun B yang diproduksi. Alel IA dan IB adalah
kodominan; keduanya diekspresikan dalam fenotip dari heterozigot IA IB, yang memiliki
golongan darah tipe AB.
2. Golongan Darah O-A-B
a.
Antigen A dan B (Aglutinogen)
Dua antigen tipe A dan tipe B terdapat
pada permukaan sel darah merah pada sebagian besar populasi. Antigen-antigen (sebuah
zat yang merangsang respon imun, terutama dalam menghasilkan antibodi) inilah
(yang disebut juga aglutinogen karena mereka seringkali menyebabkan
aglutinasi/pembekuan sel darah) yang menyebabkan reaksi transfusi. Karena
antigen-antigen ini diturunkan, orang dapat tidak mempunyai antigen tersebut di
dalam selnya, atau hanya satu, atau sekaligus mempunyai keduanya.
b.
Golongan Darah O-A-B yang Utama
Pada transfusi darah dari orang ke
orang, donor darah dan darah resipien normalnya diklasifikasikan ke dalam empat
tipe O-A-B utama, bergantung pada ada atau tidaknya kedua aglutinogen, yaitu
aglutinogen A dan B. Bila tidak terdapat aglutinogen A ataupun B, golongan
darahnya adalah golongan O. Bila hanya terdapat aglutinogen tipe A, darahnya
adalah golongan A. Bila hanya terdapat aglutinogen tipe B, darahnya adalah golongan
B. Dan bila terdapat aglutinogen A dan B, darahnya adalah golongan AB.
c.
Penentuan Genetik dari Aglutinogen
Dua gen, satu pada setiap dua kromosom
yang berpasangan, akan menentukan golongan darah O-A-B. Kedua gen ini bersifat
alelomorfik yang dapat menjadi salah satu dari ketiga golongan, tetapi hanya
satu tipe saja pada setiap kromosom: tipe O, tipe A, atau tipe B. Gen tipe O
tidak berfungsi atau hampir tidak berfungsi, sehingga tipe ini menghasilkan
aglutinogen tipe O yang tidak khas dalam sel. Sebaliknya, gen tipe A dan B
menghasilkan aglutinogen yang kuat dalam sel. Enam
kemungkinan kombinasi dari gen-gen ini, yaitu OO,OA,OB,AA,BB, dan AB. Kombinasi
gen-gen ini dikenal sebagai genotip, dan setiap orang merupakan salah satu dari
keenam genotip tersebut. Orang dengan genotip OO tidak
menghasilkan aglutinogen, dan karena tiu, golongan darahnya adalah O. Orang
dengan genotip OA atau AA menghasilkan aglutinogen tipe A, dan karena itu,
mempunyai golongan darah A. Genotip OB dan BB menghasilkan golongan darah B,
dan genotip AB menghasilkan golongan darah AB.
d.
Aglutinin
Bila tidak terdapat aglutinogen tipe A
dalam sel darah merah seseorang, maka dalam plasmanya akan terbentuk antibodi
yag dikenal sebagai aglutinin anti A. Demikian pula, bila tidak terdapat aglutinogen
tipe B di dalam sel darah merah, maka dalam plasmanya terbentuk antibodi yang
dikenal sebagai aglutini anti-B. Jadi, golongan darah O, meskipun tidak
mengandung aglutinogen, tetapi mengandung aglutinin anti-A dan anti-B; golongan
darah A mengandung aglutinogen tipe A dan aglutinin anti-B; dan golongan darah
B mengandung aglutinogen tipe B dan aglutinin anti-A. Akhirnya, golongan darah
AB mengandung kedua aglutinogen A dan B tetapi tidak mengandung aglutinin sama
sekali. Golongan darah dengan genotipnya dan unsur pokok aglutinogen serta
aglutininnya.
e.
Pewarisan Antigen A dan B
Antigen A dan B diwariskan sebagai
alelomorf Mendel, A dan B adalah dominan. Misalnya, seseorang yang bergolongan
darah B mendapatkan turunan satu antigen B dari setiap ayah dan ibu atau satu
antigen dari salah satu orang tua dan satu O dari orang tua lain; jadi, seorang
individu yang berfenotip B dapat mempunyai genotip BB (homozigot) atau BO
(heterozigot).
Kalau golongan darah orang tua
diketahui, kemungkinan genotip pada anak-anak mereka dapat ditetapkan. Kalau
kedua orang tuanya bergolongan B, mereka dapat mempunyai anak bergenotip BB
(antigen B dari kedua orang tua), BO (antigen B dari salah satu orang tua, O
dari orang tua lain yang heterozigot), atau OO (antigen O dari kedua orang
tuanya, yang keduanya heterozigot). Kalau golongan darah seorang ibu dan
anaknya diketahui, penggolongan darah dapat membuktikan bahwa seseorang adalah
bukan ayahnya, meskipun tidak dapat membuktikan bahwa ia adalah ayahnya.
Manfaat prediktif semakin besar kalau
penggolongan darah kelompok orang yang bersangkutan ini meliputi pula
identifikasi antigen lain selain aglutinogen ABO. Dengan menggunakan sidik DNA,
angka penyingkiran paternal meningkat hampir mendekati 100%.
3. Golongan Darah Rh
Bersama dengan sistem golongan darah
O-A-B, sistem Rh juga penting dalam transfusi darah. Perbedaan utama antara
sistem O-A-B dan sistem Rh adalah sebagai berikut: Pada sistem O-A-B, aglutinin
bertanggung jawab atas timbulnya reaksi transfusi yang terjadi secara spontan,
sedangkan pada sistem Rh, reaksi aglutinin spontan hampir tak penah terjadi.
Malahan, orang mula-mula harus terpajan secara masif dengan antigen Rh,
biasanya melalui transfusi darah atau melalui ibu yang memiliki bayi dengan
antigen, sebelum terdapat cukup aglutinin untuk menyebabkan reaksi transfusi
yang bermakna.
a.
Antigen Rh
Terdapat enam tipe antigen Rh yang
biasa, salah satunya disebut faktor Rh. Tipe-tipe ini ditandai dengan C, D, E,
c, d dan e. Orang yang memiliki antigen C tidak mempunyai antigen c, tetapi
orang yang kehilangan antigen C selalu mempunyai antigen c. Keadaan ini sama
halnya untuk antigen D-d dan E-e. Juga, akibat cara penurunan faktor-faktor
ini, maka setiap orang hanya mempunyai satu dari ketiga pasang antigen
tersebut.
Tipe antigen D dijumpai secara luas di
masyarakat dan bersifat lebih antigenik daripada antigen Rh lain. Oleh karena
itu, seseorang yang mempunyai tipe antigen ini dikatakan Rh-positif, sedangkan
mereka yang tidak mempunyai tipe antigen D dikatakan Rh-negatif. Meskipun
demikian, perlu diperhatikan bahwa bahkan pada orang-orang dengan Rh-negatif,
beberapa antigen Rh lainnya masih dapat menimbulkan reaksi transfusi, walaupun
biasanya jauh lebih ringan.
Kira-kira 85 persen dari seluruh orang
kulit putih adalah Rh-positif dan 15 persennya Rhnegatif.
Pada orang kulit hitam Amerika,
persentase Rh positifnya kira-kira 95%, sedangkan pada orang kulit hitam
afrika, betul-betul 100%.
b.
Pembentukan Aglutinin Anti-Rh
Bila sel darah merah yang mengandung
faktor Rh, atau protein sebagai hasil pemecahan sel darah merah, disuntikkan ke
tubuh orang yang darahnya tidak memiliki faktor yang sama –artinya, pada orang
yang Rh negatif- akan terbentuk aglutinin anti-Rh dengan sangat lambat,
konsentrasi maksimum aglutinin akan tercapai kira-kira 2 sampai 4 bulan
kemudian. Respon imun ini untuk sebagian besar timbul pada orang-orang tertentu
daripada yang lain. Bila berkali-kali terpajan dengan faktor Rh, maka orang dengan Rh negatif akhirnya menjadi
sangat ”peka” terhadap faktor Rh.
c.
Gambaran Khas Reaksi Transfusi Rh
Bila orang dengan Rh-negatif
sebelumnya tidak pernah terpajan dengan darah Rh-positif, maka transfusi darah
Rh-positif ke tubuh orang tersebut tidak segera menyebabkan reaksi. Meskipun
demikian, pada beberapa orang, terbentuklah antibodi anti-Rh dalam jumlah yang
cukup selama 2 sampai 4 minggu berikutnya, yang menimbulkan aglutinasi pada
sel-sel transfusi yang masih terdapat dalam darah sirkulasi. Sel-sel ini
kemudian dihemolisis oleh sistem makrofag jaringan. Jadi, timbul reaksi transfusi
lambat, walaupun biasanya ringan. Pada transfusi darah Rh-positif selanjutnya
pada orang yang sama, dimana ia sekarang sudah terimunisasi terhadap faktor Rh,
maka reaksi transfusi menjadi sangat kuat dan dapat menjadi berat seperti
reaksi transfusi akibat golongan darah A atau B.
4. Golongan Darah M, N, dan MN
Pengelompokan ini didasarkan pada dua
molekul spesifik yang terletak pada permukaan sel darah merah. Orang-orang
dengan golongan darah M mempunyai satu dari kedua tipe molekul ini dan orang
dengan golongan darah N mempunyai tipe yang lainnya. Golongan MN
dikarakterisasi oleh adanya kedua molekul pada sel darah merah.
Sebuah lokus gen tunggal, dimana dua
variasi alel bisa berada, menentukan golongan-golongan darah ini. Individu M
adalah homozigot untuk satu alel; individu N adalah homozigot untuk alel yang
lainnya. Kondisi heterozigot terdapat pada golongan MN. Perlu diperhatikan
bahwa fenotip MN bukanlah intermediet antara fenotip M dan N, tetapi kedua
fenotip tersebut secara sendiri-sendiri terekspresikan oleh adanya kedua tipe
molekul ini pada sel darah merah.