Farmakodinamik
Mekanisme kerja obat ini sebenarnya belum diketahui
dengan pasti. Meskipun demikian yang saat ini sudah diketahui adalah bahwa
Ondansetron bekerja sebagai antagonis selektif dan bersifat kompetitif pada
reseptor 5HT3, dengan cara menghambat aktivasi aferen-aferen vagal sehingga
menekan terjadinya refleks muntah.
Deskripsi
Ondansetron
HCl berbentuk serbuk berwarna putih atau hampir putih yang larut dalam air dan
Normal Saline. Berat Molekulnya 365,86. Nama kimianya : (±)
2,3-Dihidro-9-metil-3-[(2-metilimidazol-1-il)metil]carbazol-4(1H0-on
monohidroklorida dihidrat
Pemberian
sitostatika (kemoterapi) dan radiasi dapat menyebabkan pelepasan 5HT dalam usus
halus yang merupakan awal terjadinya refleks muntah karena terjadi aktivasi
aferen-aferen vagal melalui reseptor 5 HT3. Aktivasi aferen-aferen vagal juga
dapat menyebabkan pelepasan 5HT pada daerah psotrema otak yang terdapat di
dasar ventrikel 4. Hal ini merangsang terjadinya efek muntah melalui
mekanisme sentral. Jadi efek ondansentron dalam pengelolaan mual muntah yang
disebabkan sitostatika (kemoterapi) dan radioterapi bekerja sebagai antagonis
reseptor 5HT3 pada neuron-neuron yang terdapat pada sistem syaraf pusat dan
sistem syaraf tepi.
Farmakokinetik
inamikSetelah pemberian per oral, Ondansetron yang
diberikan dengan dosis 8 mg akan diserap dengan cepat dan konsentrasi maksimum
(30 ng / ml) dalam plasma dicapai dalam waktu 1,5 jam. Konsentrasi yang sama
dapat dicapai dalam 10 menit dengan pemberian Ondansetron 4 mg i.v.
Bioavalibilitas oral absolut Ondansetron sekitar
60%. Kondisi sistemik yang setara juga dapat dicapai melalui pemberian secara
i.m atau i.v. Waktu paruhnya sekitar 3 jam.
Volume distribusi dalam keadaan statis sekitar 140
L. Ondansetron yang berikatan dengan protein plasma sekitar 70 – 76%.
Ondansetron dimetabolisme sanagt baik di sistem sirkulasi, sehingga hanya
kurang dari 5 % saja yang terdeteksi di urine.
Indikasi
-
Mencegah dan mengobati mual-muntah akut pasca bedah (PONV)
-
Mencegah dan mengobati mual-muntah pasca kemoterapi pada penderita
kanker
-
Mencagah dan mengobati mual-muntah pasca radioterapi pada
penderita kanker
Dosis dan Cara Pemberian
Dosis
|
Cara Pemberian
|
|
Pencegahan PONV
|
8 mg
|
p.o. ; 1 jam sebelum anestesi diikuti 8mg tiap 8jam dalam 16 jam
|
Pengobatan PONV
|
4 mg
|
i.v. perlahan, saat induksi anestesi
|
Kemoterapi sangat emetogenik
|
Awal : 8 mg
Diikuti : 1 mg/jam selama 24 jam atau
2 x 8 mg
Atau
Awal : 32 mg
Diikuti 2 x 8 mg
|
i.v. perlahan, sesaat sebelum kemoterapi
infus
i.v. dengan jarak waktu 2 – 4 jam
infus selama 15 menit sesaat sebelum keomterapi
p.o. selama 5 hari
|
Kemoterapi kurang emetogenik
|
Awal : 8 mg
Atau 8 mg
Dilanjutkan : 2 x 8 mg
|
i.v. perlahan, sesaat sebelem kemoterapi
p.o. 1 – 2 jam sebelum kemoterapi
p.o. sampai 5 hari
|
Kemoterapi pada anak > 4 tahun
|
Awal : 5 mg /m²
Dilanjutkan : 2 x 4 mg
|
Infus selama 15 menit, sesaat sebelum kemoterapi
p.o. selama 5 hari
|
Radioterapi
|
Awal : 8 mg
Dilanjutkan : 8 mg
|
p.o. 1 – 2 jam sebelum radioterapi
p.o. sampai 12 jam
|
Usia Lanjut
|
Dapat ditolerir dengan baik pada usia >65 tahun. Tidaka diperlukan
penyesuaian dosis, hanya perlu dipertimbangkan frekuensi dan cara
pemberiannya
|
|
Pasien dengan gangguan fungsi ginjal
|
Tidak diperlukan penyesuaian dosis harian, frekuensi dan cara
pemberian
|
|
Pasien dengan gangguan fungsi hepar
|
Total dosis harian tidak boleh lebih dari 8 mg
|
Kontra Indikasi
Pasien hipersensitif terhadap Ondansetron
Interaksi Obat
Karena Ondansetron dimetabolisme oleh enzim
metabolik sitokrom P-450, perangsangan dan penghambatan terhadap enzim ini
dapat mengubah klirens dan waktu paruhnya. Pada penderita yang sedang mendapat
pengobatan dengan obat-obat yang secara kuat merangsang enzim metabolisme
CYP3A4 (seperti Fenitoin, Karbamazepin dan Rifampisin), klirens Ondansetron
akan meningkat secara signifikan, sehingga konsentrasi dalam darah akan
menurun.
Peringatan dan Perhatian
Ondansetron sebaiknya tidak digunakan pada wanita
hamil, khususnya pada trimester I, kecuali jika terdapat resiko yang lebih
berat pada bayi akibat penurunan berat badan ibu. Ondansetron dieksresi pada
air susu ibu, sehingga dianjurkan untuk tidak diberikan pada ibu menyusui.
Efek Samping
Ondansetron pada umumnya dapat ditoleransi dengan
baik. Konstipasi merupakan efek samping yang paling sering ditemukan (11%).
Kadang dapat dijumpai sakit kepala, wajah ke merahan (flushing), rasa panas
atau hangat di kepala dan epigastrium yang bersifat sementara. Peningkatan
aminotransferase tanpa disertai gejala-gejala, Kadang juga dapat dijumpai
peningkatan serum transaminase (5%) dan ruam kulit (1%), sedasi dan diare,
karena meningkatnya waktu transfer di usus besar.
Pernah dilaporkan terjadinya reaksi hipersensitif
sampai kejadian anafilaksis dan gangguan visual sementara (pandangan kabur).
Juga pernah dilaporkan terjadinya gerakan-gerakan tanpa sadar, setelah
pemberian Ondansetron secara cepat, tetapi kasus ini sangat jarang dan tanpa
disertai gejala-gejala sisa