ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN RDS
I.DEFINISI
Adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda takipnue lebih 60 x/mnt, retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA (Stark 1986).
II.PATOFISIOLOGI
Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid 75% dan protein 10%. Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis.
Hipoksia akan menyebabkan terjadinya :
1. Oksigenasi jaringan menurun metabolisme anerobik dengan penimbunan asam
laktat asam organic asidosis metabolic.
2. Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris transudasi kedalam
alveoli terbentuk fibrinfibrin dan jaringan epitel yang nekrotik krlapisan
membrane hialin.
Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantun, penurunan aliran darah keparum, dan mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan, yang menyebabkan terjadinya atelektasis.
Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang pada bayi dengan asfiksia pada periode perinatal, dan kematangannya dipacu dengan adanya stress intrauterine seperti hipertensi, IUGR dan kehamilan kembar.
GAMBARAN KLINIS
RDS mungkin terjadi pada bayi premature dengan berat badan 1000
Tanda-tanda gangguan pernafasan berupa :
-Dispnue/hipernue.
-Sianosis.
-Retraksi suprasternal / epigastrik / intercostals Grunting expirasi
Didapatkan gejala lain seperti :
-Bradikardi.
-Hipotensi.
-Kardiomegali
-Edema terutama didaerah dorsal tangan atau kaki
-Hipotermi
-Tonus otot yang menurun
Gambaran radiology : bercak-bercak difus berupa infiltrate retikulogranular disertai dengan air bronkogram.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Inefektif pola nafas b.d adanya penumpukan lendir pada jalan nafas.
2. Gangguan perfusi jaringan b.d kurangnya oksigenasi keotak
3. Defisit volume cairan b.d meningkatnya metabolisme
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat
5. Resiko terjadinya infeksi pada tali pusat b.d invasi kuman patogen kedalam
tubuh
6. Kecemasan ortu b.d kurang pengetahuan ortu tentang kondisi bayi.
Diagnosa Keperawatan
1. Inefektif pola nafas b.d akumulasi secret.
TUJUAN
Pola nafas efektif Kriteria hasil :
-RR 30-60 x/mnt
-Sianosis tidak ada
-Sesak tidak ada
-Ronchi tidak ada
-Whezing tidak ada
PERENCANAAN
-Observasi pola nafas
-Observasi frekuensi bunyi nafas
-Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.
-Observasi adanya sianoIsis.
-Lakukan suction.
-Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.
-Beri O2 sesuai program.
-Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
-Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.
-Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya.
-Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.
-Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya.
INTERVENSI KEPERAWATAN
-Mengobservasi pola nafas
-Mengbservasi frekuensi bunyi nafas
-Menempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.
-Mengobservasi adanya sianosis.
-MeLakukan suction.
-MeMonitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.
-Menberi O2 sesuai program.
-MengAtur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
-MengObservasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.
-Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya
2. Gangguan perfusi jaringan b.d kurangnya oksigenasi ke otak.
TUJUAN
Gangguan perfusi jaringan teratasi Kriteria hasil :
-RR 30-60 x/mnt.
-Nadi 120-140 x/mnt.
-Suhu 36,5-37 C
-Sianosis tidak ada
-Ekstremitas hangat
PERENCANAAN
-Observasi frekwensi dan bunyi jantung.
-Observasi adanya sianosis.
-Beri oksigen sesuai kebutuhan
-Kaji kesadaran bayi
-Observasi TTV
-Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.
-MengObservasi frekwensi dan bunyi jantung.
-MengObservasi adanya sianosis.
-MengBeri oksigen sesuai kebutuhan
-MengKaji kesadaran bayi
-MengObservasi TTV
-MengKolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.
3.Resiko Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. intake yang tidak adekuat.
TUJUAN
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
-Tidak terjadi penurunan BB lebih 15 %.
-Muntah tidak ada
-Bayi dapat minum dengan baik
PERENCANAAN
-Observasi intake dan output.
-Observasi reflek menghisap dan menelan bayi.
-Kaji adanya sianosis pada saat bayi minum.
-Pasang NGT bila diperlukan
-Beri nutrisi sesuai kebutuhan bayi.
-Timbang BB tiap hari.
-Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.
-Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diit bayi
4. Kecemasan Ortu b.d kurang pengetahuan tentang kondisi bayinya.
TUJUAN
Kecemasan berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria hasil :
-Orang tua mengerti tujuan yang dilakukan dalam pengobatan therapy.
-Orang tua tampak tenang.
-Orang tua berpartisipasi dalam pengobatan.
PERENCANAAN
-Jelaskan tentang kondisi bayi.
-Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan penjelasan tentang penyakit dan tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan penyakit yang diderita bayi.
-Libatkan orang tua dalam perawatan bayi.
-Berikan support mental.
-Berikan reinforcement atas pengertian orang tua.
5. Resiko infeksi tali pusat b.d invasi kuman patogen.
TUJUAN
-Infeksi tali pusat tidak terjadi.
-Kriteria hasil :
-Suhu 36-37 C
-Tali pusat kering dan tidak berbau.
-Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
PERENCANAAN
-Lakukan tehnik aseptic dan antiseptic pada saat memotong tali pusat.
-Jaga kebersihan daerah tali pusat dan sekitarnya.
-Mandikan bayi dengan air bersih dan hangat.
-Observasi adanya perdarahan pada tali pusat.
-Cuci tali pusat dengan sabun dan segera keringkan bila tali pusat kotor atau terkena feses.
-Observasi suhu bayi.
6. Devisit volume cairan b.d metabolisme yang meningkat.
TUJUAN
Volume cairan terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria hasil :
-Suhu 36-37 C
-Nadi 120-140 x/mnt
-Turgor kulit baik.
PERENCANAAN
-Observasi suhu dan nadi.
-Berikan cairan sesuai kebutuhan.
-Observasi tetesan infus.
-Observasi adanya tanda-tanda dehidrasi atau overhidrasi.
-Kolaborasi pemberian therapy.
Adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda takipnue lebih 60 x/mnt, retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA (Stark 1986).
II.PATOFISIOLOGI
Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid 75% dan protein 10%. Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis.
Hipoksia akan menyebabkan terjadinya :
1. Oksigenasi jaringan menurun metabolisme anerobik dengan penimbunan asam
laktat asam organic asidosis metabolic.
2. Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris transudasi kedalam
alveoli terbentuk fibrinfibrin dan jaringan epitel yang nekrotik krlapisan
membrane hialin.
Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantun, penurunan aliran darah keparum, dan mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan, yang menyebabkan terjadinya atelektasis.
Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang pada bayi dengan asfiksia pada periode perinatal, dan kematangannya dipacu dengan adanya stress intrauterine seperti hipertensi, IUGR dan kehamilan kembar.
GAMBARAN KLINIS
RDS mungkin terjadi pada bayi premature dengan berat badan 1000
Tanda-tanda gangguan pernafasan berupa :
-Dispnue/hipernue.
-Sianosis.
-Retraksi suprasternal / epigastrik / intercostals Grunting expirasi
Didapatkan gejala lain seperti :
-Bradikardi.
-Hipotensi.
-Kardiomegali
-Edema terutama didaerah dorsal tangan atau kaki
-Hipotermi
-Tonus otot yang menurun
Gambaran radiology : bercak-bercak difus berupa infiltrate retikulogranular disertai dengan air bronkogram.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Inefektif pola nafas b.d adanya penumpukan lendir pada jalan nafas.
2. Gangguan perfusi jaringan b.d kurangnya oksigenasi keotak
3. Defisit volume cairan b.d meningkatnya metabolisme
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat
5. Resiko terjadinya infeksi pada tali pusat b.d invasi kuman patogen kedalam
tubuh
6. Kecemasan ortu b.d kurang pengetahuan ortu tentang kondisi bayi.
Diagnosa Keperawatan
1. Inefektif pola nafas b.d akumulasi secret.
TUJUAN
Pola nafas efektif Kriteria hasil :
-RR 30-60 x/mnt
-Sianosis tidak ada
-Sesak tidak ada
-Ronchi tidak ada
-Whezing tidak ada
PERENCANAAN
-Observasi pola nafas
-Observasi frekuensi bunyi nafas
-Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.
-Observasi adanya sianoIsis.
-Lakukan suction.
-Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.
-Beri O2 sesuai program.
-Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
-Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.
-Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya.
-Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.
-Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya.
INTERVENSI KEPERAWATAN
-Mengobservasi pola nafas
-Mengbservasi frekuensi bunyi nafas
-Menempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.
-Mengobservasi adanya sianosis.
-MeLakukan suction.
-MeMonitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.
-Menberi O2 sesuai program.
-MengAtur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
-MengObservasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.
-Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya
2. Gangguan perfusi jaringan b.d kurangnya oksigenasi ke otak.
TUJUAN
Gangguan perfusi jaringan teratasi Kriteria hasil :
-RR 30-60 x/mnt.
-Nadi 120-140 x/mnt.
-Suhu 36,5-37 C
-Sianosis tidak ada
-Ekstremitas hangat
PERENCANAAN
-Observasi frekwensi dan bunyi jantung.
-Observasi adanya sianosis.
-Beri oksigen sesuai kebutuhan
-Kaji kesadaran bayi
-Observasi TTV
-Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.
-MengObservasi frekwensi dan bunyi jantung.
-MengObservasi adanya sianosis.
-MengBeri oksigen sesuai kebutuhan
-MengKaji kesadaran bayi
-MengObservasi TTV
-MengKolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.
3.Resiko Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. intake yang tidak adekuat.
TUJUAN
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
-Tidak terjadi penurunan BB lebih 15 %.
-Muntah tidak ada
-Bayi dapat minum dengan baik
PERENCANAAN
-Observasi intake dan output.
-Observasi reflek menghisap dan menelan bayi.
-Kaji adanya sianosis pada saat bayi minum.
-Pasang NGT bila diperlukan
-Beri nutrisi sesuai kebutuhan bayi.
-Timbang BB tiap hari.
-Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.
-Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diit bayi
4. Kecemasan Ortu b.d kurang pengetahuan tentang kondisi bayinya.
TUJUAN
Kecemasan berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria hasil :
-Orang tua mengerti tujuan yang dilakukan dalam pengobatan therapy.
-Orang tua tampak tenang.
-Orang tua berpartisipasi dalam pengobatan.
PERENCANAAN
-Jelaskan tentang kondisi bayi.
-Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan penjelasan tentang penyakit dan tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan penyakit yang diderita bayi.
-Libatkan orang tua dalam perawatan bayi.
-Berikan support mental.
-Berikan reinforcement atas pengertian orang tua.
5. Resiko infeksi tali pusat b.d invasi kuman patogen.
TUJUAN
-Infeksi tali pusat tidak terjadi.
-Kriteria hasil :
-Suhu 36-37 C
-Tali pusat kering dan tidak berbau.
-Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
PERENCANAAN
-Lakukan tehnik aseptic dan antiseptic pada saat memotong tali pusat.
-Jaga kebersihan daerah tali pusat dan sekitarnya.
-Mandikan bayi dengan air bersih dan hangat.
-Observasi adanya perdarahan pada tali pusat.
-Cuci tali pusat dengan sabun dan segera keringkan bila tali pusat kotor atau terkena feses.
-Observasi suhu bayi.
6. Devisit volume cairan b.d metabolisme yang meningkat.
TUJUAN
Volume cairan terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria hasil :
-Suhu 36-37 C
-Nadi 120-140 x/mnt
-Turgor kulit baik.
PERENCANAAN
-Observasi suhu dan nadi.
-Berikan cairan sesuai kebutuhan.
-Observasi tetesan infus.
-Observasi adanya tanda-tanda dehidrasi atau overhidrasi.
-Kolaborasi pemberian therapy.