Cara Pemberian Obat
.
Pemberian
obat yang aman dan akurat adalah tanggung jawab penting bagi seorang
perawat. Meskipun obat menguntungkan, namun bukan berarti tanpa reaksi
yang merugikan. Sebagai seorang perawat harus mengetahui
prinsip-prinsip dalam pemberian obat secara aman yang dikenal dengan prinsip enam benar.
Dalam
mengkonsumsi obat, ditemukan banyak cara yang dapat dilakukan
tergantung delegasi dokter. Berikut ini adalah beberapa cara pemberian
obat :
- Oral
- Sublingual
- Inhalasi
- Rektal
- Pervaginam
- Perenteral
- Topikal/lokal
Oral
Adalah obat yang cara pemberiannya melalui mulut. Untuk cara pemberian obat
ini relatif aman, praktis dan ekonomis. Kelemahan dari pemberian obat
secara oral adalah efek yang timbul biasanya lambat, tidak efektif jika
pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak sabar, tidak kooperatif,
kurang disukai jika rasanya pahit.
Sublingual
Adalah
obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah
agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di
bawah lidah merupakan pusat dari sakit. Kelebihan dari cara pemberian
obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan
kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan
hati dapat dihindari.
Inhalasi
Adalah obat yang cara pemberiannya melalui saluran pernafasan. Kelebihan dari pemberian obat
dengan cara inhalasi adalah absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar
obat dapat terkontrol, terhindar dari efek lintas pertama dan dapat
diberikan langsung kepada bronkus. Untuk obat yang diberikan dengan cara
inhalasi dalam bentuk gas atau uap yang akan diabsorpsi dengan cepat
melalui alveoli paru-paru serta membran mukosa pada saluran pernapasan.
Rektal
Adalah
obat yang cara pemberiannya melalui dubur atau anus. Maksudnya adalah
mempercepat kerja obat serta bersifat lokal dan sistematik.
Pervaginam
Untuk obat ini bentuknya hampir sama atau menyerupai obat yang diberikan secara rektal, hanya saja dimasukan ke dalam vagina.
Parenteral
Adalah
obat yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa melalui
saluran pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darah. Misalnya sediaan
injeksi atau suntikan. Tujuannya adalah agar dapat langsung menuju
sasaran. Kelebihannya bisa untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah
dan tidak kooperatif. Akan tetapi cara pemberian obat dengan cara ini
kurang aman karena jika sudah disuntikan ke dalam tubuh tidak bisa
dikeluarkan lagi jika terjadi kesalahan.
a.Intravena (IV)
Tidak ada fase absorpsi dalam pemberian obat secara intravena
karena obat langsung masuk ke dalam vena, “onset of action” cepat,
efisien, bioavailabilitas 100 %, baik untuk obat yang menyebabkan
iritasi kalau diberikan dengan cara lain, biasanya berupa infus kontinu
untuk obat yang waktu-paruhnya pendek (Joenoes, 2002).
b.Intramuskular (IM)
“Onset of action” pemberian obat secara intramusculer
bervariasi, berupa larutan dalam air yang lebih cepat diabsorpsi
daripada obat berupa larutan dalam minyak, dan juga obat dalam sediaan
suspensi, kemudian memiliki kecepatan penyerapan obat yang sangat
tergantung pada besar kecilnya partikel yang tersuspensi: semakin kecil
partikel, semakin cepat proses absorpsi (Joenoes, 2002).
c.Subkutan (SC)
“Onset
of action” lebih cepat daripada sediaan suspensi, determinan dari
kecepatan absorpsi ialah total luas permukaan dimana terjadi
penyerapan, menyebabkan konstriksi pembuluh darah lokal sehingga difusi
obat tertahan/diperlama, obat dapat dipercepat dengan menambahkan
hyaluronidase, suatu enzim yang memecah mukopolisakarida dari matriks
jaringan (Joenoes, 2002).
Topikal/lokal
Adalah obat yang cara pemberiannya bersifat lokal, misalnya tetes mata, salep, tetes telinga dan lain-lain.