Penilaian Status Gizi Ibu Hamil, Sistem Rujukan, Konsep Dasar Kebidanan Komunitas
Penilaian Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi pada
dasarnya merupakan akibat jangka panjang dari keadaan konsumsi makanan kita
setiap hari. Berapa besar kita memperhatikan kecukupan jumlah makanan serta
mutu gizinya dengan jelas akan tercermin dalam status gizi. Status gizi ibu
hamil menggambarkan kecukupan jumlah makanan serta mutu gizi yang dikonsumsi
ibu selama hamil. Ibu hamil yang berada pada status gizi baik, sudah pasti ibu
hamil tersebut memperhatikan jumlah dan mutu gizinya selama hamil (Herlina dan
Djamilus, 2005).
Untuk mengetahui
status gizi ibu hamil harus dilakukan pengukuran. Ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain: mengukur Lingkar
Lengan Atas (LILA), pertambahan berat badan dan mengukur kadar HB (Ayahbunda,2007).
Kelebihannya
mengukur LILA jika dibandingkan dengan ukuran berat badan yaitu ukuran LILA
lebih menggambarkan keadaan atau status gizi ibu hamil sendiri karena berat
badan selama kehamilan merupakan berat badan komulatif antara pertambahan berat
organ tubuh dan volume darah ibu serta berat janin yang dikandungnya. Kita
tidak tahu pasti apakah pertambahan berat badan ibu selama hamil itu berasal
dari pertambahan berat badan ibu, janin, atau keduanya. Selain itu,
pembengkakan (oedema) yang biasa dialami ibu hamil, jarang mengenai lengan
atas. Ini juga yang menyebabkan pengkuran LILA lebih baik untuk menilai status
gizi ibu hamil ketimbang berat badan (Ayahbunda, 2007).
Status gizi ibu
hamil akan sangat berperan dalam kehamilan baik terhadap ibu maupun janin,
salah satu unsur gizi yang penting ketika hamil adalah zat besi. Kenaikan
volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe atau Zat Besi.
Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah yang diperlukan ibu
untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg. jadi jika
ibu hamil tidak memperhatikan status gizinya dengan baik maka akan mudah
terkena anemia (Lubis, 2003).
SISTEM
RUJUKAN
- A. PENDAHULUAN
Salah satu
kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang kurang cepat dan
tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab yang
tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama bahwa
tingginya kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh
bangsa kita. Pada pembelajaran sebelumnya, telah dibahas mengenai masalah 3T
(tiga terlambat) yang melatar belakangi tingginya kematian ibu dan anak,
terutama terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.
Dengan adanya
system rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih
bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang tergolong berisiko
tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi factor yang
menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam
mengatasi keterlambatan.
Bidan sebagai
tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi ke
fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi
penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal
bagi keselamatan ibu dan bayi.
- B. TUJUAN INSTRAKSIONAL UMUM
Diharapakan
mahasiswa melaksanakan manajerial asuhan kebidanan dikomunitas baik di rumah,
posyandu, polindes dengan focus making pregnancy safer dan system rujukan.
- C. TUJUAN INSTRAKSIONAL KHUSUS
- Dapat memahami definisi system rujukan
- Dapat memahami tujuan system rujukan
- Dapat memahami jenis – jenis rujukan
- Dapat memahami jenjang tingkat tempat rujukan
- Dapat memahami jalur rujukan
- Dapat memahami mekanisme rujukan
- D. SUB POKOK BAHASAN / MATERI
- 1. Definisi
Rujukan adalah
penyerahan tanggungjawab dari satu pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan
yang lain
Sistem rujukan
upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbale-balik atas
masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal ke fasilitas
pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh
wilayah administrasi
- 2. Tujuan
Tujuan rujukan
adalah dihasilkannya pemerataan upaya kesehatan dalam rangka penyelesaian
masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil guna
Tujuan system
rujukan adalah Untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan
kesehatan secara terpadu
Tujuan system
rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan
demikian dapat menurunkan AKI dan AKB
- 3. Jenis Rujukan
- Rujukan medic yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih berwenangdan mampu menangani secara rasional. Jenis rujukan medic antara lain:
1) Transfer of
patient. Konsultasi penderita untuk keperluaan diagnostic, pengobatan,
tindakan opertif dan lain – lain.
2) Transfer of
specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang
lenih lengkap.
3) Transfer of
knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli
untuk meningkatkan mutu layanan setempat.
- Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnyapencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan opersional
- 4. Jalur Rujukan
Dalam kaitan ini
jalur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat dilaksanakan sebagai berikut :
- Dari Kader
Dapat langsung
merujuk ke :
1) Puskesmas
pembantu
2) Pondok bersalin
/ bidan desa
3) Puskesmas /
puskesmas rawat inap
4) Rumah sakit
pemerintah / swasta
- Dari Posyandu
Dapat langsung
merujuk ke :
1) Puskesmas
pembantu
2) Pondok bersalin
/ bidan desa
3) Puskesmas /
puskesmas rawat inap
4) Rumah sakit
pemerintah / swasta
- Dari Puskesmas Pembantu
Dapat langsung
merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta
- Dari Pondok bersalin / Bidan Desa
Dapat langsung
merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta
- 5. Skema rujukan dan jenjang pelayanan kesehatan
- 6. Persiapan rujukan
Persiapan yang
harus diperhatikan dalam melakukan rujukan , disingkat “BAKSOKU” yang
dijabarkan sebagai berikut :
B (bidang) :
pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan
memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan
A (alat) : bawa
perlengkapan dan bahan – bahan yang diperlukan, seperti spuit, infus set,
tensimeter, dan stetoskop
K (keluarga) :
beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alas an mengapa ia
dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima Ibu (klien) ke
tempat rujukan.
S (surat) : beri
surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan rujukan,
uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat – obat yang telah diterima ibu (klien)
O (obat) : bawa
obat – obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk
K (kendaraan) :
siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi
yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat
U (uang) :
ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat
dan bahan kesehatan yang di perlukan di temapat rujukan
- 7. Keuntungan system rujukan
- Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara psikologis memberi rasa aman pada pasien dan keluarga
- Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga makin banyak kasus yang dapat dikelola di daerahnya masing – masing
- Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli
- 8. Mekanisme rujukan
- Menetukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu dan puskesmas
1) Pada tingkat
Kader
Bila ditemukan
penderita yang tidak dapat ditangani sendiri maka segera dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat karena mereka belum dapat menetapkan tingkat
kegawatdaruratan
2) Pada tingkat
bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas
Tenaga kesehatan
harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui. Sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya mereka harus menentukan kasus mana yang
boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk
- Menetukan tempat tujuan rujukan
Prinsip dalam
menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai kewenangan
terdekat, termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan
kesediaan dan kemampuan penderita.
- Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya perlu diberikan informasi tentang perlunya pendeerita segera dirujuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu
- Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang ditunju melalui telepon atau radio komunikasi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
- Persiapan penderita
Sebelum dikirim
keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih dahulu. Keadaan umum ini perlu
dipertahankan selama dalam perjalanan, Surat rujukan harus dipersiapkan
si=esuai dengan format rujukan dan seorang bidan harus mendampingi penderita
dalam perjalanan sampai ke tempat rujukan.
- Pengiriman penderita
Untuk mempercepat
sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/sarana transportasi yang tersedia
untuk mengangkut penderita.
- Tindak lanjut penderita
1) Untuk penderita
yang telah dikembalikan dan memrlukan tindak lanjut, dilakukan tindakan sesuai
dengan saran yang diberikan.
2) Bagi penderita
yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor, maka dilakukan kunjungan
rumah.
RUJUKAN
KEBIDANAN
System rujukan
dalam mekanisme pelayanan obtetrik adalah suatu pelimpahan tanggung jawab
timbale-balik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara
vertical maupun horizontal.
Rujukan vertical
maksudnya adalah rujukan dan komunikasi antara satu unit ke unit yang telah
lengkap.
Indikasi perujukan
ibu yaitu :
- Riwayat seksio sesaria
- Perdarahan per vaginam
- Persalinan kurang bulan (usia kehamilan < 37 minggu)
- Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
- Ketuban pecah lama (lebih kurang 24 jam)
- Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
- Ikterus
- Anemia berat
- Tanda/gejala infeksi
- Preeklamsia/hipertensi dalam kehamilan
- TInggi fundus uteri 40 cm atau lebih
- Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masuk 5/5
- Presentasi bukan belakang kepala
- Kehamilan gemeli
- Presentasi majemuk
- Tali pusat menumbung
- Syok
- E. RINGKASAN
Sistem rujukan
upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbale-balik atas
masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal ke fasilitas pelayanan
yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah
administrasi. Yang bertujuan agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan,
dengan demikian dapat menurunkan AKI dan AKB.
Jenis system
rujukan ada 2 macam yaitu rujukan medis dan rujukan kesehatan. Hal – hal yang
harus dipersiapkan dalam rujukan yaitu “BAKSOKU”
- F. Evalusi dan kunci
Soal !!
- Sebutkan definisi system rujukan !
- Sebutkan dan jelaskan jenis system rujukan!
- Sebutkan langkah – langkah dalam mekanisme system rujukan !
Kunci !!
- Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbale-balik atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi
- - Rujukan medic yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih berwenangdan mampu menangani secara rasional.
- Rujukan
kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke
fasilitas yang lebih mampu dan lengkap
- - Menentukan kegawatdaruratan penderita
- Menetukan tempat
rujukan
- Memberikan
informasi kepada penderita dan keluarga
- Mengirimkan
informasi pada tempat rujukan yang dituju
- Persiapan
penderita
- Pengiriman
penderita
- Tindak lanjut
penderita
- G. Referensi
Syafrudin &
Hamidah, 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
Meilani Niken dkk,
2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya
BAB I
KONSEP
DASAR KEBIDANAN KOMUNITAS
- PENDAHULUAN
Pelayanan kebidanan
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
mewujudkan kesehatan keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan adalah
pelayanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangannya untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan anak di keluarga maupun di masyarakat. Dalam
rangka pemberian pelayanan kebidanan pada ibu dan anak di komunitas diperlukan
bidan komunitas yaitu bidan yang bekerja melayani ibu dan anak di suatu wilayah
tertentu.
- TIU (Tujuan Instruksional Umum)
Setelah mengikuti
perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang konsep dasar
kebidanan komunitas dengan baik dan benar.
- TIK(Tujuan Intruksional Umum) :
- Mahasiswa mampu menjelaskan definisi kebidanan komunitas.
- Mahasiswa mampu menjelaskan riwayat kebidanan komunitas di Indonesia.
- Mahasiswa mampu menjelaskan sasaran/ sasaran kebidanan komunitas.
- Mahasiswa mampu mejelaskan tujuan kebidanan komunitas.
- Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana bidan bekerja di komunitas.
- Mahasiswa mampu menjelaskan jaringan kerja kebidanan komunitas.
- Mahasiswa mampu menjelaskan visi Indonesia Sehat 2010.
- MATERI
- Definisi Kebidanan Komunitas
Konsep merupakan
kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu. Kebidanan berasal dari
kata “bidan“. Menurut kesepakatan antara ICM; IFGO dan
WHO tahun 1993, mengatakan bahwa bidan (midwife)
adalah “seorang yang telah mengikuti pendidikan kebidanan yang diakui oleh
Pemerintah setempat, telah menyelesaikan pendidikan tersebut dan lulus serta
terdaftar atau mendapat izin melakukan praktek kebidanan” (Syahlan, 1996 : 11).
Bidan di Indonesia
(IBI) adalah “ seorang wanita yang mendapat pendidikan kebidanan formal dan
lulus serta terdaftar di badan resmi pemerintah dan mendapat izin serta
kewenangan melakukan kegiatan praktek mandiri” (50 Tahun IBI).
Kebidanan
(Midwifery) mencakup pengetahuan yang dimiliki dan kegiatan pelayanan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi. (Syahlan, 1996 : 12).
Komunitas berasal
dari bahasa Latin yaitu “Communitas” yang berarti kesamaan, dan juga “communis”
yang berarti sama, publik ataupun banyak. Dapat diterjemahkan sebagai kelompok
orang yang berada di suatu lokasi/ daerah/ area tertentu (Meilani, Niken dkk,
2009 : 1). Menurut Saunders (1991) komunitas adalah tempat atau kumpulan orang
atau sistem sosial.
Dari uraian di
atas dapat dirumuskan definisi Kebidanan Komunitas sebagai segala aktifitas
yang dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan pasiennya dari gangguan
kesehatan. Pengertian kebidanan komunitas yang lain menyebutkan upaya yang
dilakukan Bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan Ibu dan Anak balita
di dalam keluarga dan masyarakat. Kebidanan komunitas adalah pelayanan
kebidanan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada
kelompok resiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal
melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan (Spradly, 1985; Logan
dan Dawkin, 1987 dalam Syafrudin dan Hamidah, 2009 : 1)
Pelaksanaan
pelayanan kebidanan komunitas didasarkan pada empat konsep utama dalam
pelayanan kebidanan yaitu : manusia, masyarakat/ lingkungan, kesehatan dan
pelayanan kebidanan yang mengacu pada konsep paradigma kebidanan dan paradigma
sehat sehingga diharapkan tercapainya taraf kesejahteraan hidup masyarakat
(Meilani, Niken dkk, 2009 : 8).
- Riwayat Kebidanan Komunitas di Indonesia
Pelayanan kebidanan
komunitas dikembangkan di Indonesia dimana bidan sebagai ujung tombak pemberi
pelayanan kebidanan komunitas. Bidan yang bekerja melayani keluarga dan
masyarakat di wilayah tertentu disebut bidan komunitas (community midwife)
(Syahlan, 1996 : 12). Di Indonesia istilah “bidan komunitas” tidak lazim
digunakan sebagai panggilan bagi bidan yang bekerja di luar Rumah Sakit. Secara
umum di Indonesia seorang bidan yang bekerja di masyarakat termasuk bidan desa
dikenal sebagai bidan komunitas.
Sampai saat ini
belum ada pendidikan khusus untuk menghasilkan tenaga bidan yang bekerja di
komuniti. Pendidikan yang ada sekarang ini diarahkan untuk menghasilkan bidan
yang mampu bekerja di desa.
Pendidikan
tersebut adalah program pendidikan bidan A (PPB A), B (PPB B), C (PPB C) dan
Diploma III Kebidanan. PPB-A,lama pendidikan 1 tahun, siswa berasal dari
lulusan SPK (Sekolah Perawat Kesehatan). PPB-B,lama pendidikan 1 tahun, siswa
berasal dari lulusan Akademi Perawat. PPB-C, lama pendidikan 3 tahun, siswa
berasal dari lulusan SMP (Sekolah Menengah Pertama). Diploma III Kebidanan :
lama pendidikan 3 tahun, berasal dari lulusan SMU, SPK maupun PPB-A mulai tahun
1996. Kurikulum pendidikan bidan tersebut diatas disiapkan sedemikian rupa
sehingga bidan yang dihasilkan mampu memberikan pelayanan kepada ibu dan anak
balita di masyarakat terutama di desa. Disamping itu Departemen Kesehatan
melatih para bidan yang telah dan akan bekerja untuk memperkenalkan kondisi dan
masalah kesehatan serta penanggulangannya di desa terutama berkaitan dengan
kesehatan ibu dan anak balita. Mereka juga mendapat kesempatan dalam berbagai
kegiatan untuk mengembangkan kemampuan, seperti pertemuan ilmiah baik dilakukan
oleh pemerintah maupun oleh organisasi profesi seperti IBI. Bidan yang bekerja di
desa, puskesmas, puskesmas pembantu; dilihat dari tugasnya berfungsi sebagai
bidan komunitas. (Syahlan, 1996 : 13)
|
2. Fokus/
Sasaran Kebidanan Komunitas
Sasaran
Utama
( Syahlan, 1996 :
16 )
Komuniti adalah
sasaran pelayanan kebidanan komunitas. Di dalam komuniti terdapat kumpulan
individu yang membentuk keluarga atau kelompok masyarakat. Dan sasaran utama
pelayanan kebidanan komunitas adalah ibu dan anak.
Menurut UU No. 23
tahun 1992 tentang kesehatan, yang dimaksud dengan keluarga adalah suami,
istri, anak dan anggota keluarga lainnya. ( Syahlan, 1996 : 16 )
Ibu : pra
kehamilan, kehamilan, persalinan, nifas dan masa interval.
Anak : meningkatkan
kesehatan anak dalam kandungan, bayi, balita, pra sekolah dan sekolah.
Keluarga :
pelayanan ibu dan anak termasuk kontrasepsi, pemeliharaan anak, pemeliharaan
ibu sesudah persalinan, perbaikan gizi, imunisasi dan kelompok usila (gangrep).
Masyarakat
(community): remaja, calon ibu dan kelompok ibu.
Sasaran pelayanan
kebidanan komunitas adalah individu, keluarga dan masyarakat baik yang sehat,
sakit maupun yang mempunyai masalah kesehatan secara umum (Meilani, Niken dkk,
2009 : 9).
- Tujuan Pelayanan Kebidanan Komunitas
Pelayanan
kebidanan komunitas adalah bagian dari upaya kesehatan keluarga. Kesehatan
keluarga merupakan salah satu kegiatan dari upaya kesehatan di masyarakat yang
ditujukan kepada keluarga. Penyelenggaraan kesehatan keluarga bertujuan untuk
mewujudkan keluarga kecil, sehat, bahagia dan sejahtera. Kesehatan anak
diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Jadi tujuan dari
pelayanan kebidanan komunitas adalah meningkatkan kesehatan ibu dan anak balita
di dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat sejahtera dalam komunitas
tertentu. ( Syahlan, 1996 : 15 )
- Bekerja di Komunitas
Pelayanan
kebidanan komunitas dilakukan di luar rumah sakit dan merupakan bagian atau
kelanjutan dari pelayanan kebidanan yang di berikan rumah sakit. Misalnya : ibu
yang melahirkan di rumah sakit dan setelah 3 hari kembali ke rumah. Pelayanan
di rumah oleh bidan merupakan kegiatan kebidanan komunitas.
Pelayanan
kesehatan ibu dan anak di Puskesmas, kunjungan rumah dan melayani kesehatan ibu
dan anak di lingkungan keluarga merupakan kegiatan kebidanan komunitas.
Sebagai bidan yang
bekerja di komunitas maka bidan harus memahami perannya di komunitas, yaitu :
- Sebagai Pendidik
Dalam hal ini
bidan berperan sebagai pendidik di masyarakat. Sebagai pendidik, bidan berupaya
merubah perilaku komunitas di wilayah kerjanya sesuai dengan kaidah kesehatan.
Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan di komunitas dalam berperan sebagai
pendidik masyarakat antara lain dengan memberikan penyuluhan di bidang kesehatan
khususnya kesehatan ibu, anak dan keluarga. Penyuluhan tersebut dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti ceramah, bimbingan, diskusi, demonstrasi dan
sebagainya yang mana cara tersebut merupakan penyuluhan secara langsung.
Sedangkan penyuluhan yang tidak langsung misalnya dengan poster, leaf let,
spanduk dan sebagainya.
- Sebagai Pelaksana (Provider)
Sesuai dengan
tugas pokok bidan adalah memberikan pelayanan kebidanan kepada komunitas.
Disini bidan bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan. Sebagai
pelaksana, bidan harus menguasai pengetahuan dan teknologi kebidanan serta
melakukan kegiatan sebagai berikut :
1) Bimbingan
terhadap kelompok remaja masa pra perkawinan.
2) Pemeliharaan
kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, menyusui dan masa interval dalam
keluarga.
3) Pertolongan
persalinan di rumah.
4) Tindakan
pertolongan pertama pada kasus kebidanan dengan resiko tinggi di keluarga.
5) Pengobatan
keluarga sesuai kewenangan.
6) Pemeliharaan
kesehatan kelompok wanita dengan gangguan reproduksi.
7) Pemeliharaan
kesehatan anak balita.
- Sebagai Pengelola
Sesuai dengan
kewenangannya bidan dapat melaksanakan kegiatan praktek mandiri. Bidan dapat
mengelola sendiri pelayanan yang dilakukannya. Peran bidan di sini adalah
sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit puskesmas, polindes, posyandu dan
praktek bidan. Sebagai pengelola bidan memimpin dan mendayagunakan bidan lain
atau tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah.
Contoh : praktek
mandiri/ BPS
- Sebagai Peneliti
Bidan perlu
mengkaji perkembangan kesehatan pasien yang dilayaninya, perkembangan keluarga
dan masyarakat. Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau
hipotersis dan hasil analisanya. Sehingga bila peran ini dilakukan oleh bidan,
maka ia dapat mengetahui secara cepat tentang permasalahan komuniti yang
dilayaninya dan dapat pula dengan segera melaksanakan tindakan.
- Sebagai Pemberdaya
Bidan perlu
melibatkan individu, keluarga dan masyarakat dalam memecahkan permasalahan yang
terjadi. Bidan perlu menggerakkan individu, keluarga dan masyarakat untuk ikut
berperan serta dalam upaya pemeliharaan kesehatan diri sendiri, keluarga maupun
masyarakat.
- Sebagai Pembela klien (advokat)
Peran bidan
sebagai penasehat didefinisikan sebagai kegiatan memberi informasi dan sokongan
kepada seseorang sehingga mampu membuat keputusan yang terbaik dan memungkinkan
bagi dirinya.
- Sebagai Kolaborator
Kolaborasi dengan
disiplin ilmu lain baik lintas program maupun sektoral.
- Sebagai Perencana
Melakukan bentuk
perencanaan pelayanan kebidanan individu dan keluarga serta berpartisipasi
dalam perencanaan program di masyarakat luas untuk suatu kebutuhan tertentu
yang ada kaitannya dengan kesehatan. (Syafrudin dan Hamidah, 2009 :
Dalam memberikan
pelayanan kesehatan masyarakat bidan sewaktu – waktu bekerja dalam tim,
misalnya kegiatan Puskesmas Keliling, dimana salah satu anggotanya adalah
bidan.
- Jaringan Kerja
Beberapa jaringan
kerja bidan di komunitas yaitu Puskesmas/ Puskesmas Pembantu, Polindes,
Posyandu, BPS, Rumah pasien, Dasa Wisma, PKK. (Syahlan, 1996 : 235)
Di puskesmas bidan
sebagai anggota tim bidan diharapkan dapat mengenali kegiatan yang akan dilakukan,
mengenali dan menguasai fungsi dan tugas masing – masing, selalu berkomunikasi
dengan pimpinan dan anggota lainnya, memberi dan menerima saran serta turut
bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan tim dan hasilnya.
Di Polindes,
Posyandu, BPS dan rumah pasien, bidan merupakan pimpinan tim/ leader di mana
bidan diharapkan mampu berperan sebagai pengelola sekaligus pelaksana kegiatan
kebidanan di komunitas. (Meilani, dkk, 2009 : 11)
Dalam jaringan
kerja bidan di komunitas diperlukan kerjasama lintas program dan lintas sektor.
Kerjasama lintas program merupakan bentuk kerjasama yang dilaksanakan di dalam
satu instansi terkait, misalnya : imunisasi, pemberian tablet FE, Vitamin A,
PMT dan sebagainya. Sedangkan kerjasama lintas sektor merupakan kerjasama yang
melibatkan institusi/ departemen lain, misalnya : Bulan Imunisasi Anak Sekolah
(BIAS), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan sebagainya.
- Visi Misi Indonesia Sehat 2010
- Visi Indonesia Sehat 2010
Terciptanya masyarakat,
bangsa dan negara Indonesia yang mayoritas penduduknya hidup dalam lingkungan
sehat, mempunyai perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan
yang setinggi – tingginya di seluruh wilayah RI.
- Misi Indonesia Sehat 2010
Adapun Misi
Indonesia Sehat 2010 adalah :
1) Menggerakkan
pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
2) Mendorong
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
3) Memelihara dan
meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.
4) Memelihara dan
meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat berserta
lingkungannya. ((Meilani, dkk, 2009 : 15)
Updating Visi
& Misi Indonesia Sehat…..
- RINGKASAN
Kebidanan
komunitas adalah memberikan asuhan kebidanan pada masyarakat baik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang terfokus pada pelayanan kesehatan ibu
dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), kesehatan reproduksi termasuk usia
wanita adiyuswa secara paripurna. Hubungan-hubungan individual dalam sebuah
komunitas akan membangun dan mendukung terbentuknya suatu system kepercayaan
atau keyakinan baik tentang arti keluarga, konsep sehat maupun sakit sehingga
diperlukan bidan di masyarakat. Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar
bidan melayani keluarga dan masyarakat yang mencakup bidan sebagai penyedia
layanan dan komunitas sebagai sasaran yang dipengaruhi oleh IPTEK dan
lingkungan.
Komunitas
digambarkan sebagai sebuah lingkungan fisik dimana seorang tinggal beserta aspek-aspek
sosialnya. Hubungan-hubungan individual dalam sebuah komunitas akan membangun
dan mendukung terbentuknya suatu system kepercayaan atau keyakinan baik tentang
arti keluarga, konsep sehat maupun sakit.
Masyarakat
setempat menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu
wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dimana factor utama
yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para anggotanya,
dibandingkan dengan penduduk diluar batas wilayah. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan social
yang ditandai oleh suatu derajat hubungan social tertentu.
Pembangunan
kesehatan yang dimaknakan sebagai proses yang terus menerus dan progresif untuk
meningkatkan derajad kesehatan masyarakat tertuang dalam Visi dan Misi
Indonesia Sehat 2010 yang merupakan salah satu tanggung jawab bidan di
komunitas. Salah satu program yang didalamnya termaktub mengenai kebidanan
komunitas adalah program upaya kesehatan. Adapaun salah satu sasaran dalam
upaya kesehatan yang berhubungan dengan peran dan fungsi bidan adalah upaya
untuk meningkatkan prosentase pelayanan kesehatan dasar dan rujukan sesuai
Quality Assurance, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi
75 %, penanganan komplikasi obstetri 12%, pembinaan balita dan prasekolah
menjadi 80 %, pelayanan antenatal, post natal dan neonatal menjadi 90 %.
- EVALUASI DAN KUNCI
- Jelaskan pengertian kebidanan komunitas !
Kebidanan
komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan kepada
masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan upaya mencapai
derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan
klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
kebidanan
- Jelaskan riwayat pendidikan kebidanan komunitas di Indonesia !
Pendidikan bagi
bidan antara lain program pendidikan bidan A (PPB A), B (PPB B), C (PPB C) dan
Diploma III Kebidanan. PPB-A,lama pendidikan 1 tahun, siswa berasal dari
lulusan SPK (Sekolah Perawat Kesehatan). PPB-B,lama pendidikan 1 tahun, siswa
berasal dari lulusan Akademi Perawat. PPB-C, lama pendidikan 3 tahun, siswa
berasal dari lulusan SMP (Sekolah Menengah Pertama). Diploma III Kebidanan :
lama pendidikan 3 tahun, berasal dari lulusan SMU, SPK maupun PPB-A mulai tahun
1996
- Sebutkan sasaran pelayanan kebidanan komunitas !
Individu (ibu dan
anak), keluarga dan masyarakat.
- Jelaskan tujuan pelayanan kebidanan komunitas !
Tujuan dari
pelayanan kebidanan komunitas adalah meningkatkan kesehatan ibu dan anak balita
di dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat sejahtera dalam komunitas
tertentu
- Sebutkan peran bidan saat bekerja di komunitas !
Peran sebagai
pendidik, pengelola, pelaksana, peneliti, pemberdaya, advokat, kolaborator dan
perencana.
- Jelaskan jaringan kerja kebidanan komunitas !
Jaringan kerja
kebidanan komunitas antara lain puskesmas/ puskesmas pembantu dimana bidan
sebagai anggota tim, bisa juga di Polindes, Posyandu, BPS ataupun rumah pasien
sebagai pemimpin tim sekaligus sebagai pengelola dan pelaksana.
- Jelaskan visi Indonesia Sehat 2010 !
Terciptanya
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang mayoritas penduduknya hidup dalam
lingkungan sehat, mempunyai perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi – tingginya di seluruh wilayah RI.
- Sebutkan misi Indonesia Sehat 2010 !
- Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
- Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
- Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.
- Memelihara
dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat berserta
lingkungannya
DAFTAR PUSTAKA - Varney H, Varneys Midwifery, Jones & Bartlet Publisher, London S:1997 (BA-1)
- Depkes RI, 1999. Bidan di Masyrakat, Jakarta (BA-3)
- Syahlan, J.H, 1996. Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan, Jakarta.
- Meilani, Niken dkk, 2009. Kebidanan Komunitas. Fitramaya. Yogyakarta.
- Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. EGC. Jakarta.
- Walsh, Linda V. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. EGC. Jakarta