Fisioterapi
merupakan ilmu yang menitikberatkan untuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan
fungsi alat gerak/fungsi tubuh yang terganggu yang kemudian diikuti dengan
proses/metode terapi gerak.
Menurut Departemen
Kesehatan Indonesia, fisioterapi adalah suatu pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk individu dan atau kelompok dalam upaya mengembangkan,
memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi sepanjang daur kehidupan dengan
menggunakan modalitas fisik, agen fisik, mekanis, gerak, dan komunikasi.
Fisioterapi dapat melatih pasien dengan olahraga
khusus, penguluran dan bermacam-macam teknik dan menggunakan beberapa alat
khusus untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien yang tidak dapat diatasi
dengan latihan–latihan fisioterapi.
Pentingnya Seorang Fisioterapis bagi
Atlet Profesional
Olahraga merupakan
suatu kebutuhan bagi manusia. Dianggap kebutuhan karena manusia adalah mahluk
yang bergerak. Manusia dalam melakukan aktifitasnya tidak pernah
terlepas dari proses gerak, sebab tidak ada kehidupan tanpa adanya gerakan.
Olahraga sendiri
bersifat universal. Dengan kata lain olahraga dapat dilakukan oleh seluruh
lapisan masyarakat tidak memandang suku, ras, agama, latar belakang pendidikan,
status ekonomi maupun gender. Baik laki-laki maupun wanita dapat melakukan
aktifitas olahraga tanpa pengecualian.
Pencapaian
prestasi olahraga memiliki beberapa komponen penting yang perlu menjadi
perhatian. Komponen tersebut adalah kapasitas kerja kardiovaskuler, pulomonal,
performa otot, fleksibilitas, agilitas, dan beberapa aspek psikologi dan sosial.
Performa otot sendiri terdiri dari kekuatan otot, daya tahan otot, dan
makroskopik otot.
Olahraga
Basket adalah olahraga yang tepat untuk membakar kalori dan memperbaiki kondisi
aerobik bila dimainkan dalam intensitas sedang atau tinggi. Komponen kebugaran
yang bisa diperoleh saat berolahraga Basket, yakni : keseimbangan, kelincahan,
kekuatan , kecepatan gerak , tahan otot , kelenturan dan
koordinasi
.
Di
Indonesia saat ini perkembangan basket sedang menunjukan peningkatan yang pesat
baik dari kualitas permainan maupun antusiasme penonton, serta semakin
kompetitifnya kompetisi basket seperti DBL Indonesia, NBL Indonesia, Kejurda,
Kejurnas, dan PON.
Didalam
pengembangan prestasi tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satu
faktor yang mempengaruhi adalah penanganan terhadap cidera yang dialami oleh
atlit. Dikarenakan olahraga basket memiliki resiko cidera yang cukup tinggi.
Cidera
olahraga adalah suatu keadaan dimana terjadi proses patologi pada jaringan
spesifik dikarenakan aktifitas olahraga. Proses patologi yang terjadi pada
jaringan spesifik tersebut akan dapat menimbulkan gangguan pada gerak dan
fungsi atlit yang berpengaruh terhadap prestasinya. Untuk itu masyarakat
olahraga Indonesia sudah sebaiknya melakukan penanganan cidera olahraga yang
komprehensif dengan pendekatan ilmu dan tehnologi terkini. Didalam penanganan
yang komprehensif tersebut juga dibutuhkan peranan dari fisioterapis.
Menurut
KEPMENKES RI. NO.1363 Fisioterapi adalah suatu pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk individu dan kelompok dalam memelihara, mengembangkan, dan
memulihkan gerak dan fungsi sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan
modalitas fisioterapi. Gerak dan fungsi yang menjadi obyek formal fisioterapi
menjadikan fisioterapi olahraga sebagai salah satu fragmentasi pelayanan
fisioterapi. Cidera olahraga yang juga menimbulkan gerak dan fungsi didalam
penanganannya memerlukan pendekatan fisioterapi.
Upaya
penanganan yang dilakukan oleh fisioterapi memiliki tujuan untuk:
· meningkatkan
gerak dan fungsi untuk melakukan aktivitas olah raga tanpa
menimbulkan cidera/gangguan
· mengembalikan
gerak dan fungsi yang terganggu akibat cidera olah raga
· mengembangkan
aktivitas olah raga sesuai dengan kapasitas kemampuan fungsional fisik yang
tersedia
Untuk memenuhi tujuan
fisioterapi tersebut, maka fisioterapis akan melakukan proses fisioterapi yaitu
asesmen, diagnosa, perencanaan, intervensi, dan reevaluasi. Dengan dasar
pengetahuannya mengenai struktur jaringan spesifik, proses patologi jaringan
dan pola gerak dan fungsi normal khususnya pada aktifitas fisioterapis akan
lebih tepat dan cepat dalam melakukan penanganan kasus cidera olahraga.
Kendala
yang dihadapi adalah belum populernya fisioterapi di lingkungan masyarakat
olahraga. Kenyataannya masih banyak insan olahraga termasuk dalam olahraga
prestasi yang lebih memilih pengobatan tradisional dalam melakukan penanganan
dalam kasus cidera olahraga. Akibatnya banyak atlet yang tidak dapat
berprestasi dengan baik bahkan tidak sedikit yang dipaksa pensiun di usia emasnya.
Fisioterapi
adalah profesi yang mempunyai otonomi sendiri serta mandiri yang melaksanakan
praktek secara terbuka dan mempunyai hubungan sejajar dengan profesi medis dan
tenaga kesehatan profesional lainnya.
Fisioterapi
memberikan pelayanan pada sektor privat atau umum di rumah sakit, pusat
rehabilitasi, puskesmas, klinik, sekolah dan tempat kerja. Secara mandiri atau
bersama-sama dalam tim, fisioterapi memeriksa pasien, kemudian merencanakan dan
memberikan pengobatan dan program pendidikan kepada pasien dan keluarganya.
Fisioterapi terlibat dalam program-program skreening dan pencegahan, pendidikan
kesehatan maupun penelitian. Fisioterapis dapat menjadi konsultan pada
lembaga-lembaga pendidikan, kesehatan dan sosial yang berkenaan dengan
perawatan kesehatan.
Fisioterapi
bekerja dengan tuntunan prinsip-prinsip etika yang dirinci secara jelas pada
kode etik profesi yang dikeluarkan oleh organisasi profesi. Sebagai anggota
WCPT, kode etik profesi fisioterapi harus sejalan dengan prinsip-prinsip kode
etik yang dikeluarkan oleh WCPT.
Nama
profesi fisioterapis adalah perlindungan tunggal terhadap orang yang memegang
kualifikasi yang disetujui oleh Ikatan Fisioterapi Indonesia yang menjadi
anggota World Confederation For Physical Therapy (WCPT).
Fisioterapis adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan formal fisioterapi dan kepadanya diberikan kewenangan tertulis untuk
melakukan tindakan fisioterapi atas dasar keilmuan dan kompetensi yang
dimilikinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ilmu
Fisioterapi
adalah sintesa ilmu biofisika, kesehatan, dan ilmu-ilmu lain yang mempunyai
hubungan dengan upaya fisioterapi pada dimensi promosi, pencegahan, intervensi,
dan pemulihan gangguan gerak dan fungsi serta penggunaan sumber fisis untuk
penyembuhan seperti misalnya latihan, tehnik manipulasi, dingin, panas serta
modalitas elektroterapeutik.
Cidera
yang sering terjadi pada olahraga basketball dibagi menjadi dua yaitu direct/
traumatic injuries dimana mekanisme kejadiannya bersifat langsung seperti benturan,
dorongan maupun kesalahan dalam melakukan gerakan (pivoting, jumping, landing)
dan lain-lain contoh kasus dalam hal ini ialah sprain ankle (peregangan
berlebihan dari ligamen ankle)/orang mengenalnya dengan istilah keseleo.
Selanjutnya
ialah cedera overuse dimana cedera terjadi dikarenakan beban tubuh dalam
menerima latihan dan penggunaan berlebihan maupun riwayat cedera terdahulu yang
tidak mendapatkan perawatan/pemeliharaan secara maksimal. Contoh kasus dalam
hal ini ialah jumpers knee (radang pada tendon lutut).
Cedera
olahraga tidak akan pernah terlepas dari atlit basket, mengingat permainan ini
menggunakan banyak kerja otot tubuh. Cedera ini bisa berdampak langsung
terhadap karir dan ekonomi keluarga. Cedera yang dialami biasa terjadi
saat latihan maupun pertandingan secara sengaja maupun tidak sengaja karena
faktor lapangan, gerakan tubuh yang salah maupun pemanasan (warm up) dan
stretching yang kurang.
Untuk
mengembalikan kondisi dan performance atlet maka diperlukan perawatan medis
salah satunya melalui fisioterapi. Fisioterapi bukan merupakan pengobatan yang
baru dan juga tidak dapat menggantikan pengobatan dengan obat-obatan atau
pembedahan, akan tetapi adalah melengkapi cara-cara pengobatan yang modern.
Jenis
Cedera Olahraga ada 8 macam.
Secara umum macam-macam cedera yang mungkin terjadi adalah: cedera memar,
cedera ligamentum, cedera pada otot dan tendo, perdarahan pada kulit, dan
pingsan (Taylor, 1997: 63). Struktur jaringan di dalam tubuh yang sering
terlibat dalam cedera olahraga adalah: otot, tendo, tulang, persendian termasuk
tulang rawan, ligamen, dan fasia (Mirkin & Hoffman, 1984: 107).
a. Memar
a. Memar
Memar adalah
cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah
permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan
seluler merembes ke jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63). Memar ini
menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Bila terjadi
pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut
hermatoma (Hartono Satmoko, 1993:191). Nyeri pada memar biasanya ringan sampai
sedang dan pembengkakan yang menyertai sedang sampai berat.Adapun memar yang
mungkin terjadi pada daerah kepala, bahu, siku, tangan, dada, perut dan kaki.
Benturan yang keras pada kepala dapat mengakibatkan memar dan memungkinkan luka
sayat.Menurut Agung Nugroho (1995: 53) penanganan pada cedera memar adalah
sebagai berikut:
- Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler.
- Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringan-jaringan lunak yang rusak.
- Hindari benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan berikutnya.
b. Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 22) ada dua jenis cedera pada otot atau tendo dan ligamentum, yaitu:
1) Sprain Menurut Sadoso (1995: 11-14) “sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi pada berbagai cabang olahraga.” Giam & Teh (1993: 92) berpendapat bahwa sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi.
Berdasarkan berat ringannya cedera Giam & Teh (1992: 195) membagi sprain menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a) Sprain Tingkat I
Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma
dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa
nyeri tekan, pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut.
b) Sprain Tingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari
ligamentum yang putus, tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh.
Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang
keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.
c) Sprain Tingkat III
c) Sprain Tingkat III
Pada cedera ini seluruh ligamentum putus,
sehinnga kedua ujungya terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat
sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak
seperti biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal.
2) Strain
2) Strain
Menurut Giam & Teh (1992: 93) “strain
adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan yang
berlebihan ataupun stress yang berlebihan.” Berdasarkan berat ringannya cedera
(Sadoso, 1995: 15), strain dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu:
a) Strain Tingkat I
a) Strain Tingkat I
Pada strain tingkat I, terjadi regangan
yang hebat, tetapi belum sampai terjadi robekan pada jaringan muscula tendineus.
b) Strain Tingkat II
b) Strain Tingkat II
Pada strain tingkat II, terdapat robekan
pada unit musculo tendineus. Tahap ini menimbulkan rasa nyeri dan sakit
sehingga kekuatan berkurang.
c) Strain Tingkat III
c) Strain Tingkat III
Pada strain tingkat III, terjadi robekan
total pada unit musculo tendineus. Biasanya hal ini membutuhkan tindakan
pembedahan, kalau diagnosis dapat ditetapkan.
Menurut Depdiknas (1999: 632) “otot merupakan urat yang keras atau jaringan kenyal dalam tubuh yang fungsinya untuk menggerakkan organ tubuh”. Pengertian tendo menurut Hardianto Wibowo (1995: 5) adalah jaringan ikat yang paling kuat (ulet) berwarna keputih-putihan, bentuknya bulat seperti tali yang memanjang. Adapun strain dan sprain yang mungkin terjadi dalam cabang olahraga renang yaitu punggung, dada, pinggang, bahu, tangan, lutut, siku, pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16) penanganan yang dilakukan pada cedera tendo dan ligamentum adalah dengan diistirahatkan dan diberi pertolongan dengan metode RICE. Artinya:
R (Rest) : diistirahatkan pada bagian yang cedera.
I (Ice) : didinginkan selama 15 sampai 30 menit.
C (Compress) : dibalut tekan pada bagian yang cedera dengan
bahan yang elastis, balut tekan di berikan
apabila terjadi pendarahan atau
pembengkakan.
E (Elevate) : ditinggikan atau dinaikan pada bagian yang cedera.Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih, tim medis atau lifeguard menurut Hardianto wibowo (1995:26) adalah sebagai berikut:
(a) Sprain/strain tingkat satu (first degree)
Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukut diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya.
Menurut Depdiknas (1999: 632) “otot merupakan urat yang keras atau jaringan kenyal dalam tubuh yang fungsinya untuk menggerakkan organ tubuh”. Pengertian tendo menurut Hardianto Wibowo (1995: 5) adalah jaringan ikat yang paling kuat (ulet) berwarna keputih-putihan, bentuknya bulat seperti tali yang memanjang. Adapun strain dan sprain yang mungkin terjadi dalam cabang olahraga renang yaitu punggung, dada, pinggang, bahu, tangan, lutut, siku, pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16) penanganan yang dilakukan pada cedera tendo dan ligamentum adalah dengan diistirahatkan dan diberi pertolongan dengan metode RICE. Artinya:
R (Rest) : diistirahatkan pada bagian yang cedera.
I (Ice) : didinginkan selama 15 sampai 30 menit.
C (Compress) : dibalut tekan pada bagian yang cedera dengan
bahan yang elastis, balut tekan di berikan
apabila terjadi pendarahan atau
pembengkakan.
E (Elevate) : ditinggikan atau dinaikan pada bagian yang cedera.Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih, tim medis atau lifeguard menurut Hardianto wibowo (1995:26) adalah sebagai berikut:
(a) Sprain/strain tingkat satu (first degree)
Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukut diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya.
(b) Sprain/strain
tingkat dua (Second degree).
Kita harus memberi pertolongan dengan metode RICE. Disamping itu kita harus memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu.
(c) Sprain/strain tingkat tiga (Third degree).
Kita tetap melakukan metode RICE, sesuai dengan urutanya kemudian dikirim kerumah sakit untuk dijahit/ disambung kembali.
Kita harus memberi pertolongan dengan metode RICE. Disamping itu kita harus memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu.
(c) Sprain/strain tingkat tiga (Third degree).
Kita tetap melakukan metode RICE, sesuai dengan urutanya kemudian dikirim kerumah sakit untuk dijahit/ disambung kembali.
c. Dislokasi
Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi
dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan
adalah dislokasi di bahu, sendi panggul (paha), karena terpeleset dari
tempatnya maka sendi itupun menjadi macet dan juga terasa nyeri (Kartono
Mohammad, 2001: 31). Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi,
ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibanya, sendi itu akan mudah
mengalami dislokasi kembali.
Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang, imobilisasi dengan spalk pada jari-jari, di bawa kerumah sakit bila perlu dilakukan resistensi jika terjadi fraktur.
Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang, imobilisasi dengan spalk pada jari-jari, di bawa kerumah sakit bila perlu dilakukan resistensi jika terjadi fraktur.
d. Patah Tulang
Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah,
baik pada tulang maupun tulang rawan. Menurut Mirkin dan Hoffman (1984:
124-125) patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1) Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali.
1) Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali.
2) Patah tulang stress,
dimana tulang retak, tetapi tidak terpisah.Menurut Depdiknas (1999: 124) patah
tulang dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan tulang keluar.
1) Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan tulang keluar.
2) Patah tulang
tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit.
Penanganan patah tulang
yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo (1995:28) sebagai berikut: olahragawan
tidak boleh melanjutkan pertandingan, pertolongan pertama dilakukan reposisi
oleh dokter secepat mungkin dalam waktu kurang dari lima belas menit, karena
pada waktu itu olahragawan tidak merasa nyeri bila dilakukan reposisi, kemudian
dipasang spalk balut tekan untuk mempertahankan kedudukan yang baru, serta
menghentikan perdarahan.
e. Kram Otot Kram otot adalah kontraksi yang terus menerus yang dialami oleh otot atau sekelompok otot dan mengakibatkan rasa nyeri. (Hardianto Wibowo, 1995: 31) penyebab kram adalah otot yang terlalu lelah, kurangnya pemanasan serta peregangan, adanya gangguan sirkulasi darah yang menuju ke otot sehingga menimbulkan kejang.
e. Kram Otot Kram otot adalah kontraksi yang terus menerus yang dialami oleh otot atau sekelompok otot dan mengakibatkan rasa nyeri. (Hardianto Wibowo, 1995: 31) penyebab kram adalah otot yang terlalu lelah, kurangnya pemanasan serta peregangan, adanya gangguan sirkulasi darah yang menuju ke otot sehingga menimbulkan kejang.
Penyebab terjadinya
kram:
1. otot terlalu lelah pada
waktu berolahraga terjadi proses pembakaran yang menghasilkan sisa metabolik
yang menumpuk berupa asam laktat kemudian merangsang otot/ saraf hingga terjadi
kram.
2. kurang pemanasan
(Warming Up) serta pendinginan (Cooling Down).
3. Adanya gangguan sirkulasi darah yang menuju keotot, sehingga menimbulkan kejang.
Kram yang mungkin terjadi yaitu:
a) Otot Perut (Abdominal)
b) Otot betis (Gastrocnenius)
c) Otot paha belakang (Hamstring)
d) Otot telapak kaki
Penanganan cedera pada umumnya terhadap kram otot yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo, (1995: 33) adalah sebagai berikut:
(1). Atlet diistirahatkan, diberikan semprotan chlor ethyl spray untuk menghilangkan rasa nyeri/sakit yang bersifat lokal, atau digosok dengan obat-obatan pemanas seperti conterpain, dan salonpas gell untuk melebarkan pembuluh darah sehingga aliran darah tidak terganggu karena kekuatan/kekejangan otot pada terjadi kram.
(2) Pada saat otot kejang sampai kejangnya hilang. Menahan otot waktu berkontraksi sama artinya dengan kita menarik otot tersebut supaya myiosin filament dan actin myosin dapat menduduki posisi yang semestinya sehingga kram berhenti. Pada waktu ditahan dapat disemprot dengan chlor etyl spray, hingga hilang rasa nyeri.
f.Perdarahan
Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma pukulan atau terjatuh. Kemungkinan pendarahan yang terjadi pada cabang olahraga renang ialah pendarahan pada hidung, mulut dan kulit. Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai berikut:
3. Adanya gangguan sirkulasi darah yang menuju keotot, sehingga menimbulkan kejang.
Kram yang mungkin terjadi yaitu:
a) Otot Perut (Abdominal)
b) Otot betis (Gastrocnenius)
c) Otot paha belakang (Hamstring)
d) Otot telapak kaki
Penanganan cedera pada umumnya terhadap kram otot yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo, (1995: 33) adalah sebagai berikut:
(1). Atlet diistirahatkan, diberikan semprotan chlor ethyl spray untuk menghilangkan rasa nyeri/sakit yang bersifat lokal, atau digosok dengan obat-obatan pemanas seperti conterpain, dan salonpas gell untuk melebarkan pembuluh darah sehingga aliran darah tidak terganggu karena kekuatan/kekejangan otot pada terjadi kram.
(2) Pada saat otot kejang sampai kejangnya hilang. Menahan otot waktu berkontraksi sama artinya dengan kita menarik otot tersebut supaya myiosin filament dan actin myosin dapat menduduki posisi yang semestinya sehingga kram berhenti. Pada waktu ditahan dapat disemprot dengan chlor etyl spray, hingga hilang rasa nyeri.
f.Perdarahan
Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma pukulan atau terjatuh. Kemungkinan pendarahan yang terjadi pada cabang olahraga renang ialah pendarahan pada hidung, mulut dan kulit. Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai berikut:
a)pendarahan pada
hidung
(1) penderita
didudukan, batang hidung dijepit sedikit kebawah tulang rawan hidung, dalam
posisi ibu jari berhadapan dengan jari-jari yang lain. Lakuka kurang lebih 5
menit dengan jari tangan. Sementara penderita dianjurkan bernafas melalui mulut
(2)
hidung dan mulut dibersihkan dari bekas-bekas darah. Biasanya pendarahan akan
berhasil dihentikan, sebaiknya diberikan kompres dingin disekitar batang
hidung. Sekitar mata hingga pipi.
(3) Kalau pemijatan tidak berhasil, maka atlet harus diberi perlotongan oleh dokter atau dibawa kerumah sakit.
(3) Kalau pemijatan tidak berhasil, maka atlet harus diberi perlotongan oleh dokter atau dibawa kerumah sakit.
(4)
Kalau pendarahan hidung tidak mau berhenti setelah pertolongan pertama ini,
kemungkinan besar disertai patah tulang, kadang-kadang deformitas dapat
terjadi.
(5) Bila terjadi fraktur atau retak pada tulang hidung, maka untuk menghentikan pendarahan pada hidung tidak boleh dipijit, tetapi hanya diberi kompres dingin saja, lalu dikirim kerumah sakit. Jangan sekali-kali meniupkan udara dari hidung dengan paksa untuk mengeluarkan bekuan-bekuan darah, karena ini akan menimbulkan pendarahan paru.
(5) Bila terjadi fraktur atau retak pada tulang hidung, maka untuk menghentikan pendarahan pada hidung tidak boleh dipijit, tetapi hanya diberi kompres dingin saja, lalu dikirim kerumah sakit. Jangan sekali-kali meniupkan udara dari hidung dengan paksa untuk mengeluarkan bekuan-bekuan darah, karena ini akan menimbulkan pendarahan paru.
b)
Pendarahan pada mulut
- hentikan pendarahan dari bibir atau gusi dengan penekenan secara langsung dan kompres dingin.
- Bila gigi goyang atau fraktur, jangan mencabutnya. Kirim ke dokter gigi untuk penanganan lebih lanjut.
c) Pendarahan pada kulit
(1)
Bersihkan luka terlebih dahulu dengan obat yang mengandung antiseptik.
(2) setelah luka kering lalu diberi obat yang mengandung antiseptik seperti betadine, apabila luka sobek lebih dari satu cm sebaiknya di jahit, apabila lepuh dan robek, potonglah sisa-sisa kulitnya kemudian dibersihkan dan bebatlah dengan bahan yang tidak melekat.
(2) setelah luka kering lalu diberi obat yang mengandung antiseptik seperti betadine, apabila luka sobek lebih dari satu cm sebaiknya di jahit, apabila lepuh dan robek, potonglah sisa-sisa kulitnya kemudian dibersihkan dan bebatlah dengan bahan yang tidak melekat.
g.
Pingsan
Menurut
Giam & Teh (1992: 242) pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran yang
bersifat sementara dan singkat, di sebabkan oleh berkurangnya aliran darah,
oksigen, dan glukosa. Hal merupakan akibat dari:
- Aktivitas fisik yang berat sehingga mennyebabkan deposit oksigen sementara.
- Pengaliran darah atau tekanan darah yang menurun karena pendarahan hebat.
- Karena jatuh dan benturan.
Menurut Kartono Mohammad (2001: 96-99) ada beberapa macam penyebab pingsan yaitu:
a) Pingsan biasa (saimple fainting)
Pingsan jenis ini misalnya dijumpai pada orang-orang berdiri berbaris diterik matahari, atau orang yang anemia (kurang darah), lelah, takut, tidak tahan melihat darah.
b) Pingsan karena panas (heat exhaustion)
Pingsan jenis ini terjadi pada orang-orang sehat bekerja ditempat yang sangat panas.
Penanganan pingsan yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo (1995: 36) sebagai berikut
:a)
Menyadarkan olahragawan
b)Mengeluarkan
atau membawa olahragawan ke tempat yang tenang dengan posisi terlentang dan
kepala tanpa bantal.
c) Melakukan pemeriksaan dengan lebih teliti lagi mengenai refleks pupil. Jika ditemukan antara pupil mata kanan dan kiri (anisokur) ini berarti bukan semata-mata gegar ringan tetapi dalam keadaan gawat.
h. Luka
c) Melakukan pemeriksaan dengan lebih teliti lagi mengenai refleks pupil. Jika ditemukan antara pupil mata kanan dan kiri (anisokur) ini berarti bukan semata-mata gegar ringan tetapi dalam keadaan gawat.
h. Luka
Menurut
Hartono Satmoko (1993:187), luka didefinisikan sebagai suatu ketidaksinambungan
dari kulit dan jaringan dibawahnya yang mengakibatkan pendarahan yang kemudian
dapat mengalami infeksi. Luka dapat dibagi menjadi:
(1) Luka lecet (Abrasi): cedera goresan pada kulit.
(2) Lepuh: cedera gesekan pada kulit.
Seluruh tubuh mempunyai kemungkinan besar untuk mengalami luka, karena setiap perenang akan melakukan kontak langsung pada saat latihan dan bisa juga luka karena peralatan yang dipakai.Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai berikut:
a) Bersihkan terlebih dahulu luka tersebut, karena dikhawatirkan akan timbul infeksi. Cara membersihkan luka pada kulit yaitu dibersihkan atau dicuci dengan Hidrogen peroksida (H202) 3% yang bersifat antiseptik (membunuh bibit penyakit), Detol atau betadine, PK (kalium permangat) kalau tidak ada bisa dengan sabun. Setelah luka dikeringkan lalu diberikan obat-obatan yang mengandung antiseptik juga, misalnya: obat merah, yodium tingtur, larutan betadine pekat. Apabila luka robek lebih dari 1cm, sebaiknya dijahit.
(1) Luka lecet (Abrasi): cedera goresan pada kulit.
(2) Lepuh: cedera gesekan pada kulit.
Seluruh tubuh mempunyai kemungkinan besar untuk mengalami luka, karena setiap perenang akan melakukan kontak langsung pada saat latihan dan bisa juga luka karena peralatan yang dipakai.Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai berikut:
a) Bersihkan terlebih dahulu luka tersebut, karena dikhawatirkan akan timbul infeksi. Cara membersihkan luka pada kulit yaitu dibersihkan atau dicuci dengan Hidrogen peroksida (H202) 3% yang bersifat antiseptik (membunuh bibit penyakit), Detol atau betadine, PK (kalium permangat) kalau tidak ada bisa dengan sabun. Setelah luka dikeringkan lalu diberikan obat-obatan yang mengandung antiseptik juga, misalnya: obat merah, yodium tingtur, larutan betadine pekat. Apabila luka robek lebih dari 1cm, sebaiknya dijahit.
b)
Bila lepuhnya robek, potonglah sisa-sisa kulitnya. Kemudian bersihkanlah dan
bebatlah dengan bahan yang tidak melekat. Bila lepuh utuh dan tidak mudah
robek, biarkan atau letakkan bebat untuk lepuh diatasnya. Bila lepuhnya tegang,
nyeri atau terlihat akan pecah, bersihkan dan kemudian tusuklah dengan jarum
steril. Kemudian tutuplah dengan bebat yang bersih.
Simpulan: Fisioterapi adalah ilmu yang menitikberatkan untuk
menstabilkan atau memperbaiki gangguan fungsi alat gerak/fungsi tubuh yang
terganggu yang kemudian diikuti dengan proses atau metode trapi gerak.pada saat
ini ilmu fisioterapi sangat di butuhkan oleh masyarakat tidak ter kecuali para
atlit. pada saat ini fisioterapi sangat berperan sekali dalam menangani cidera
olah raga,karena pada olah raga berpotensi tirjadinya cidera. Dari mulai cidera
yang ringan seperti memar otot hingga cidera yg bera seperti robekny otot
hingga patah tulang.