Rektokel dan Sistokel

REKTOKEL-SISTOKEL
Pemeriksaan Masing-masing Elemen Penyokong
Dinding vagina anterior
Pemeriksaan dinding vagina anterior dilakukan untuk menetapkan status penyokong uretra dan buli. Uretra bergabung dengan dinding vagina bawah 3-4 cm dan kelainan penyokong pada daerah ini akan menyebabkan uretrokel. Kelainan penyokong bagian atas vagina disebut sistokel, karena buli berada dekat dengan dinding vagina atas. Lipatan uretrovesika, normalnya terlihat pada pemeriksaan, membentuk garis pembatas antara dua area penyokong ini. Ketika terjadi kelainan penyokong pada seluruh dinding anterior, digunakan istilah sistouretrokel.1

3                                                                 4
Gamba r 3. Sistouretrokel dengan lipatan rugae yang intak, disebabkan oleh pelepasan lateral dari fasia puboservikal
Gambar 4. Distensi sistouretrokel disebabkan oleh kegagalan garis tengah fasia puboservikal

Dinding anterior vagina seharusnya berada di atas cincin himen saat mengedan. Turunnya dinding vagina anterior bagian bawah sampai ke level cincin himen selama mengedan adalah karakteristik uretrokel dan sering ditemukan pada pasien dengan stress incontinence. Dinding vagina anterior bawah bersifat mobile pada semua wanita dan dapat berpindah pada multipara. Karenanya, pergerakan regio ini tidak menyebabkan stress incontinence, namun menunjukkan derajat kegagalan penyokong uretra. Penurunan di bawah cincin himen adalah sesuatu yang abnormal, dan menandakan sistouretrokel baik dengan atau tanpa stress incontinence.
Dinding anterior vagina di atas lipatan uretrovesikal berada pada bidang datar, sekitar 45o dari bidang horizontal. Penurunan di bawah level cincin himen bermakna. Penurunan ini dapar disebabkan oleh salah satu dari 3 hal:
  • Pemisahan paravaginal fasia puboservikal dari garis putih karena terlepas dari spina iskhium
  • Hilangnya perlekatan vagina ke serviks
  • Robeknya fasia puboservikal yang menyebabkan herniasi buli melalui lapisan ini.

Uterus dan Puncak Vagina
Vagina dan serviks bersatu satu sama lain, dan prolaps serviks uteri dihubungkan dengn prolaps vagina atas. Ketika uterus turun di bawah level normalnya, digunakan istilah prolaps uterovaginal. Pada pasien yang uterusnya telah diangkat, turunnya puncak vagina di bawah posisi normalnya pada pelvis disebut prolaps puncak vagina, dan seluruh vagina keluar digunakan istilah eversi vagina.
            Lokasi serviks dan posisi relatifnya terhadap cincin himen  digunakan untuk menggambarkan derajat keparahan prolaps uteri. Jika serviks tidak terlihat karena terdapat sistokel atau rektokel, maka lokasinya dapat teraba saat pasien mengedan. Saat serviks turun 1 cm dari cincin himen, maka telah terjadi hilangnya penyokong secara bermakna. Pada keadaan dimana uterus tidak akan diangkat, harus diyakinkan bahwa uterus disangga dengan baik. hal ini dapat dilakukan dengan cara mencengkram serviks dengan tenakulum atau forseps cincin dan melakukan traksi hingga uterus berhenti turun. Dengan cara ini dapat dideteksi adanya occult prolapse, di mana serviks di bawah cincin himen.

Gambar 5. Prolaps uteri dengan serviks keluar 3 cm di bawah himen

Untuk dapat menentukan seberapa jauh penurunan serviks, panjangnya harus diukur. Pemanjangan serviks sering ditemukan pada pasien dengan prolaps dan korpus uteri dapat tetap berada pada lokasi normal. Ditemukannya pemanjangan serviks preoperatif memungkinkan operator untuk melakukan histerektomi dengan lebih cepat, dari pada menunggu munculnya arteri uterina pada tiap pedikel.

Dinding Vagina Posterior
Dinding vagina posterior adalan tempat bagi rektokel dan enterokel. Evaluasi dan koreksi kedua masalah ini adalah tantangan, bahkan bagi ahli bedah ginekologi yang berpengalaman sekalipun, dan mungkin adalah kelainan penyokong pelvis yang paling sulit dipahami. Karena dispareunia dapat terjadi setelahnya, koreksi defek dinding posterior asimptomatik bukannya tanpa risiko. Di sisi lain, rektokel atau enterokel yang terjadi setelah histerektomi vagina dan kolporafi anterior adalah hasil yang tidak diharapkan, dan pertimbangan yang teliti terhadap penyokong dinding vagina posterior merupakan hal yang penting.
Hal yang harus dipertanyakan saat dilakukan pemeriksaan adalah:
  • Apakah dinding posterior disangga secara normal?
  • Jika tidak, apakah merupakan rektokel sejati atau pseudorektokel?
  • Apakah terjadi enterokel?

Rektokel terjadi ketika dinding anterior rektum dan vagina di depannya menonjol ke  bawah cincin himen. Enterokel terjadi ketika cul-de-sac meregang dengan usus halus dan tonjolan dinding vagina posterior keluar. Dapat juga terjadi keadaan dimana dinding posterior menonjol ke vagina, bukan karena penyokong rektum yang buruk, melainkan karena defisiensi pada badan perineal. Hal ini dijelaskan oleh Nichols dan Randall sebagai pseudorektokel dan dapat dibedakan dengan rektokel sejati karena kontur dinding rektum anterior  normal pada pemeriksaan rektm. Tipe lain pseudorektokel adalah jika terdapat penurunan puncak vagina atau serviks dan hilangnya penyokong posterior yang nyata. Namun, jika penyokong apikal normal dipertahankan dengan forseps cincin atau operasi, maka dugaan rektokeltidak terbukti. Hal ini penting untuk ditentukan sebelum operasi, karena hilangnya tonus otot levator ani dan otot sfingter anal dengan pengunaan obat-obatan paralisis otot selama anestesi, menyulitkan penentuan adanya rektokel sejati.

Enterokel
Selalu ada cul-de-sac antara vagina atas dan rektum. Hal ini memungkinkan dilakukan kuldosentesis dan kolpotomi melalui dinding vagina posterior saat awal histerektomi vagina. Kantong peritoneal normalnya terbentang 3-4 cm di luar sambungan vagina dan serviks. Karenanya, tidak terjadinya enterokel pada wanita normal harus dijelaskan oleh faktor yang membuat cul-de-sac tetap tertutup dan ada di antara vagina atas dan rektum. Posisi vagina atas dekat dengan sakrum, di atas rektum dan lempeng levator yang intak membuat ruang ini tetap tertutup.
            Terdapat dua tipe enterokel: pulsion enterocele  dan traction enterocele. Pulsion enterocele terjadi jika cul-de-sac melebar dan muncul sebagai tonjolan massa yang semakin membesar dengan meningkatnya tekanan abdomen. Hal ini dapat terjadi dengan puncak vagina atau dinding uterus tersokong dengan baik, pada kasus dimana serviks atau puncak vagina pada level normal dan enterokel memotong antara vagina dan rektum. Jika enterokel dihubungkan dengan prolaps uterus atau puncak vagina, maka prolaps dan enterokel terjadi bersama-sama.
Traction enterocele menggambarkan situasi dimana prolaps uterus menarik peritoneum ­cul-de-sac ke bawah, namun tidak terdapat tonjolan atau distensi ­cul-de-sac saat tekanan abdomen meningkat. Kondisi ini ditemukan pada waktu dilakukan histerektomi vagina ketika serviks sudah prolaps. Hal ini menunjukkan enterokel potensial, karena tidak terdapat tonjolan massa yang terpisah dari uterus.

Rektokel

Tanda rektokel yang khas adalah pembentukan kantong yang menyebabkan dinding anterior rektum menggelembung dan turun melewati introitus. Ketika dilakukan pemeriksaan rektum pada prolaps, rektokel terjadi jika ada perluasan lumen rektum ke bawah sumbu anus. Hal ini tidak hanya memastikan diagnosis namun juga menggambarkan mekanisme bagaimana rektokel menimbulkan gejala. Selama dinding rektum anterior memiliki kontur yang licin dan tidak terdapat kantong, walaupun dapat lebih mobile dari pada normal, feses dapat melewati anus. Namun, ketika terbentuk kantong saat pasien mengedan, feses dapat terperangkap.
 

Link Kesehatan Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger