BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa
setiap tahunnya, kira- kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap
tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis
dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah lima tahun adalah
40% sampai 50%, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase.
Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan
kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau
perdarahan rektal.
Penyebab nyata
dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor resiko telah
teridentifikasi, termasuk riwayat atau riwayat kanker kolon atau polip dalam
keluarga, riwayat penyakit usus
inflamasi kronis dan diet tinggi lemak, rotein dan daging serta
rendah serat.
B. RUMUSAN MASALAH
Apa dan bagaimana pengertian, etiologi,
klasifikasi, stadium, pathway, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan pada klien dengan Ca KOlon.
C. TUJUAN
Mahasiswa mampu untuk memahami
pengertian, etiologi, klasifikasi, stadium, pathway, patofisiologi, pemeriksaan
diagnostik, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan pada klien dengan Ca Kolon.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Colorectal Cancer atau dikenal sebagai
Ca. Colon atau Kanker Usus Besar adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi
pada kolon, rektum, dan appendix (usus buntu).
Di Negara maju, kanker ini menduduki
peringkat ke tiga setelah kanker paru-paru dan prostat pada pria, dan kedua
setelah kanker payudara pada wanita.
Tumor adalah suatu benjolan atau
struktur yang menempati area tertentu pada tubuh, dan merupakan neoplasma yang dapat
bersifat jinak atau ganas (FKUI, 2008 : 268).
Kanker adalah sebuah penyakit yang
ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini
untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di
jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA,
menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi
lainnya (Gale, 2000 : 177).
Kanker kolon adalah suatu bentuk
keganasan dari masa abnormal/neoplasma yang muncul dari jaringan epithelial
dari colon (Brooker, 2001 : 72).
Kanker kolon/usus besar adalah
tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum
(Boyle & Langman, 2000 : 805).
Kanker kolon adalah pertumbuhan sel
yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya
(Tambayong, 2000 : 143).
Dari beberapa pengertian diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang
bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus
besar).
B. ETIOLOGI
Terdapat empat etiologi utama kanker
(Davey, 2006 : 334) yaitu
1. Diet :
kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buah-buahan),
kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.
2.
Kelainan kolon
·
Adenoma di kolon :
degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
·
Familial poliposis :
polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma.
·
Kondisi ulserative :
Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko terkena karsinoma kolon.
3. Genetik
Anak yang berasal dari orangtua yang
menderita karsinoma kolon mempunyai frekuensi 3 ½ kali lebih banyak daripada
anak – anak yang orangtuanya sehat (FKUI, 2001 : 207).
C.
PATOFISIOLOGI KANKER KOLON
a. Anatomi
Fisiologi Kolon
Usus besar atau kolon dalam anatomi
adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah
menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon terdiri dari kolon menanjak
(ascending), kolon melintang (transverse), kolon menurun (descending), kolon sigmoid,
dan rektum. Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintang
sering disebut dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering
disebut dengan "kolon kiri".
b.
Patologi
Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel
yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip
(sel yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan
mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala
apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi
tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari
usus besar (Davey, 2006 : 335).
Kanker kolon dan rektum terutama (95 %)
adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak
tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta
meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor
primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati).Kanker
kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
1. Secara
infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih.
2. Melalui
pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
3. Melalui
aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system
portal.
4. Penyebaran
secara transperitoneal
5. Penyebaran
ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker
menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi
dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat
menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain
(Gale, 2000 :177).
D. KLASIFIKASI
Stadium 1 : Kanker terjadi di dalam dinding kolon
Stadium 2 : Kanker telah menyebar hingga ke lapisan otot
kolon
Stadium 3 : Kanker telah menyebar ke kelenjar-kelenjar limfa
Stadium 4 : Kanker telah menyebar ke organ-organ lain
E. MANIFESTASI KLINIS KANKER KOLON
1. Kanker
kolon kanan
·
Isi kolon berupa
cairan
·
Obstruksi
·
Anemia
·
Mucus jarang terlihat
·
Pada orang yang
kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal.
Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang –
kadang pada epigastrium.
2. Kanker
kolon kiri dan rectum
·
Menderung menyebabkan
perubahan defekasi
·
Diare
·
Nyeri kejang
·
Kembung
·
Sering timbul
gangguan obstruksi
·
Feses dapat kecil dan
berbentuk seperti pita
·
Mucus maupun darah
segar sering terlihat pada feses.
·
Anemia
·
Keinginan defekasi
atau sering berkemih
·
Gejala yang mungkin
dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah
defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah (Gale, 2000).
F. PEMERIKASAAN PENUNJANG
1. Endoskopi:
Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan
baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
2. Radiologis
Pemeriksan radiologis yang dapat
dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon (barium enema). Foto dada
dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker ke paru.
3. Ultrasonografi
(USG)
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker
pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke
kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
4. Histopatologi
Biopsy digunakan untuk menegakkan
diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan
perlu ditentukan diferensiansi sel.
5. Laboratorium
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa
kemungkinan pasien mengalami perdarahan (FKUI, 2001 : 210).
G. PENATALAKSANAAN
Bila sudah pasti karsinima kolon, maka
kemungkinan pengobatan adalah sebagai berikut :
1. Pembedahan
(Operasi)
Operasi adalah penangan yang paling
efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui lebih awal dan masih belum
metastatis, tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab
itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang
mengelilingi sekitar kanker.
2. Penyinaran
(Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang
partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk
merusak daerah yang ditumbuhi tumor, merusak genetic sehingga membunuh kanker.
Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara alin sel
kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah. Kerusakan sel
tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.
3. Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat antikanker
yang kuat , dapat masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk
kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis.
Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam obat,
karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus (FKUI, 2001 : 211)
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian pasien Post Operatif Ca
Colon (Doenges, 1999) adalah meliputi :
a. Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK,
edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan
risiko pembentukan trombus).
b. Integritas
Ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah,
apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya
hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat,
peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.
c. Makanan
/ cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM,
(predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas)
; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra
operasi).
d.
Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang
kronis/batuk, merokok.
e.
Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap
obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko
infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker /terapi kanker
terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ;
Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat
mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang
melelahkan ; demam.
f. Penyuluhan
/ Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi,
steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia,
bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan
atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan
rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang
mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan
diri pasca operasi).
2. Analisa
Data, dan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada
pasien Post operatif kanker kolon (Wilkinson, 2006 : 621) meliputi :
a. Pola
nafas, tidak efektif berhubungan dengan imobilitas, dan kondisi pascaanastesi.
b. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik/nyeri.
c.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, terapi
pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
d. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan.
e. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual/muntah.
f. Konstipasi
berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot abdomen
sekunder akibat mekanisme kanker kolon.
I. INTERVENSI
No
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
RENCANA TINDAKAN
|
RASIONAL
|
1.
|
Pola nafas, tidak efektif adalah inspirasi dan/atau
ekspirasi yang tidak member ventilasi yang adekuat
|
Tujuan : menetapkan pola napas yang normal/efektif dan
bebas dari sianosis atau tanda-tanda ipoksia lainnya.
Kriteria hasil :
tidak ada perubahan ada
frekuensi dan kedalaman pernapasan.
|
- Pertahankan jalan udara
pasien dengan
memiringkan
kepala,hiperekstensi rahang, aliran udara faringeal oral.
- Auskultasi suara napas.
-Observasi frekuensi dan
Kedalaman pernapasan,
pemakaian otot-otot bantu pernapasan, perluasan rongga
dada, retraksi atau pernapasan cuping hidung, warna kulit, dan aliran udara.
-Letakkan pasien pada
posisi
yang
sesuai, tergantung ada kekuatan pernapasan dan jenis
pembedahan.
- Lakukan latihan gerak sesegera mungkin pada pasien yang
reaktif dan lanjutkan pada periode pascaoperasi.
- Lakukan pengisapan lendir jika
diperlukan.
- Kolaborasi, pemberian oksigen
sesuai kebutuhan
|
R : mencegah obstruksi jalan napas.
R :
indikasi danya obstruksi oleh mukus atau lidah dan dapat
dibenahi dengan mengubah posisi ataupun pengisapan.
R : dilakukan untuk fektivitas pernapasan sehingga upaya
memperbaikinya
dapat segerra dilakukan.
R :elevasi kepala dan posisi miring akan mencegah terjadinya
aaspirasi dari muntah, posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada lobus
paru bagian bawah dan menurunkan tekanan pada diafragma.
R : ventilasi dalam yang aktif membuka alveolus,
mengeluarkan ekresi, meningkatkan
pengangkutan oksigen, membuang gas anastesi ; batuk membantu mengeluarkan sekresi dari sistem pernapasan.
R:
obstruksi jalan napas dapat terjadi
karena adanya darah atau mukus
alam tenggorok atau trakhea.
R: dilakukan
Untuk meningkatkan atau
memaksimalkan pengambilan oksigen yang akan diikat oleh Hb yang menggantikan tempat gas anastesi dan mendorong pengeluaran gas terssebut melalui zat- zat inhalasi. |
2
|
Intolintoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang
individu yang tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau memenuhi
kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan.
|
Tujuan : pasien memiliki cukup
energi untuk beraktivitas.
Kriteria hasil:
- perilaku menampakan
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- pasien mengungkapkan
mampu
untuk melakukan
beberapa aktivitas tanpa dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan anggota
gerak lainya baik.
|
- Rencanakan periode istirahat yang cukup.
- Berikan
latihan aktivitas secara bertahap.
- Bantu pasien alam
memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
- Setelah
latihan
dan
aktivitas
kaji
respons
pasien
|
R :mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi
terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.
R :tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses
aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat,
mobilisasi dini.
R : mengurangi
pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.
R : menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh
sebagai akibat dari latihan.
|
3
|
Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam
kemandirian,pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh
atau satu ekstremitas atau lebih
|
Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas
optimal.
Kriteria hasil :
- penampilan yang
seimbang..
- melakukan pergerakkan dan
perpindahan.
- mempertahankan
mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :
0 = mandiri penuh 1 = memerlukan alat bantu.
2 =memerlukan
bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan,
dan
pengajaran.
3 =membutuhkan
bantuan dari orang
lain dan alat bantu
4 = ketergantungan;
tidak berpartisipasi
dalam aktivitas
|
- Kaji
kebutuhan akan pelayanan kesehatan
dan kebutuhan akan
peralatan.
-tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan
aktivitas.
- Ajarkan dan pantau pasien
dalam hal
penggunaan alat bantu.
- Ajarkan dan dukung
pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
- Kolaborasi dengan ahli
terapi fisik atau okupasi.
|
R:mengidentifikasi
masalah,memudahkan intervensi.
R
:mempengaruhi
penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah arena ketidakmampuan
ataukah ketidakmauan.
R :menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.
R:mempertahankan/m eningkatkan
kekuatan dan ketahanan otot.
R : sebagai suaatu
sumber
uuntuk mengembangkan
perencanaan dan mempertahankan/ meningkatkan mobilitas pasien. |
4
|
Kerusakan integritas kulit
adalah
keadaan
kulit seseorang yang mengalami perubahan
secara
tidak
diinginkan
|
TTujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang
sesuai.
Kriteria Hasil :
- tidak ada tanda-tanda
infeksi seperti pus.
- luka
bersih
tidak
lembab
dan
tidak
kotor.
- Tanda-tanda
vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi
|
- .Kaji kulit dan identifikasi
pada
tahap
perkembangan luka.
- Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe
cairan luka.
- Pantau peningkatan suhu
tubuh.
- Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka
dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.
- Jika
pemulihan
tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan,
misalnya
debridement.
- Setelah
debridement,
ganti
balutan
sesuai
kebutuhan
- Kolaborasi
pemberian
antibiotik sesuai indikasi
|
R :mengetahui sejauh mana
perkembangan luka
mempermudah
dalam
melakukan
tindakan yang tepat. R
:mengidentifikasi
tingkat
keparahan
luka
akan
mempermudah intervensi.
R:
suhu
tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai
adanya
proses peradangan.
R : tehnik aseptik
membantu
mempercepat penyembuhan
luka
dan
mencegah
terjadinya infeksi.
R : agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi
tidak menyebar luas pada area
kulit
normal
lainnya. R
:balutan
dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung
kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.
R :antibiotik berguna
untuk
mematikan
mikroorganisme pathogen
pada daerah yang berisiko terjadi infeksi.
|
5
|
Perubahan nutrisi kurang
dari
kebutuhan
tubuh adalah keadaan individu yang
mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi
kebutuhan metabolik.
|
Tujuan : klien mampu
mempertahankan dan
meningkatkan intake
nutrisi.
Kriteria hasil :
−
klien
akan
memperlihatkan
perilaku
mempertahankan atau
meningkatkan
berat
badan
dengan
nilai
laboratorium normal.
−
klien
mengerti
dan
mengikuti anjuran diet.
-melaporkan peningkatan intake
makanan
- tidak ada mual muntah
|
- Kaji
sejauh
mana ketidakadekuatan nutrisi klien
- Perkirakan/hitung
pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai
minimal.
- Timbang
berat
badan
sesuai indikasi.
-
Anjurkan makan sedikit tapi sering
Anjurkan kebersihan oral
sebelum makan.
- Tawarkan
minum
saat
makan bila toleran.
- Konsultasi
tentang
kesukaan/ketidaksukaan
klien yang menyebabkan
distress
.- Kolaborasi
ahli
gizi
pemberian
makanan
yang bervariasi
.- Kolaborasi dengan dokter
dalam
pemberian
suplemen
dan
obat- obatan, serta kebutuhan nutrisi
parenteral
dan
pemasang pipa lambung.
-
|
R
:menganalisa
penyebab
melaksanakan intervensi. R:Mengidentifikasi kekurangan/kebutuha n
nutrisi
berfokus
pada
masalah
membuat
suasana
negatif
dan
mempengaruhi masukan. R
:Mengawasi
keefektifan
secara
diet.
R: tidak member rasa bosan dan
pemasukan makanan.
dapat ditingkatkan.
R:Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan.
R:Dapat mengurangi
mual
dan
menghilangkan gas.
R:Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien
memiliki rasa kontrol dan mendorong untuk makan.
R
:Makanan
yang
bervariasi
dapat meningkatkan nafsu makan klien.
R :menstimulasi nafsu
makan dan mempertahankan intake nutrisi yang adekuat |
6
|
Konstipasi
adalah
suatu
penurunan
frekuensi defekasi yang normal pada
seseorang, disertai dengan kesulitan keluarnya feses yang tidak lengkap atau
keluarnya
feses
yang
sangat keras dan kering.
|
Tujuan : pola eleminasi
dalam
rentang
yang diharapkan ; feses lembut dan berbentuk.
Kriteria hasil :
-klien
akan
menunjukkan pengetahuan
akan program defekasi yang dibutuhkan.
-Melaporkan keluarny Feses dengan berkurangnya nyeri dan mengejan
|
Kaji warna dan konsistensi feses,
frekuensi, keluarnya flatus, bising usus dan nyeri terkan abdomen.
- Pantau
tanda
gejala rupture usus dan/atau peritonitis.
-- kaji factor penyebab konstipasi.
-
|
R
:penting
untuk
menilai
keefektifan
intervensi,
dan memudahkan rencana selanjutnya.
R :keadaan ini dapat
menjadi
penyebab
kelemahan
otot
abdomen
dan penurunan peristaltic usus,
yang
dapat menyebakan
konstipasi. R
:mengetahui dengan jelas factor penyebab
memudahkan pilihan
intervensi yang tepat
|