Pengertian
Secara anatomi tumor laring dibagi atas tiga bagian yaitu supra glotik, tumor
pada plika ventrikularis, aritenoid, epiglotis dan sinus piriformis (Glotis :
tumor pada korda vokalis , Subglotis : tumor dibawah korda vokalis).
Patofisiologi
Karsinoma
laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan pada orang
laki-laki.Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan
debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya
belum diketahui secara pasti oleh para ahli.Kanker kepala dan leher menyebabkan
5,5% dari semua penyakit keganasan.Terutama neoplasma laringeal 95% adalah
karsinoma sel skuamosa.Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik)
menyebar dengan lambat.Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga tidak
terjadi metastase kearah kelenjar limfe.Bila kanker melibatkan epiglotis
(ekstrinsik) metastase lebih umum terjadi.Tumor supraglotis dan subglotis harus
cukup besar, sebelum mengenai pita suara sehingga mengakibatkan suara
serak.Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih dini biasanya pada waktu pita
suara masih dapat digerakan.
Gambaran
klinik
Paling
dini adalah berupa suara parau atau serak kronik, tidak sembuh-sembuh walaupun
penderita sudah menjalani pengobatan pada daerah glotis dan subglotis. Tidak
seperti suara serak laringitis, tidak disertai oleh gejala sistemik seperti
demam.Rasa tidak enak ditenggorok, seperti ada sesuatu yang tersangkut. Pada
fase lanjut dapat disertai rasa sakit untuk menelan atau berbicara.Sesak napas
terjadi bila rima glotis tertutup atau hampir tertutup tumor 80%. Sesak napas
tidak timbul mendadak tetapi perlahan-lahan. Karena itu penderita dapat
beradaptasi, sehingga baru merasakan sesak bila tumor sudah besar (terlambat
berobat). Stridor terjadi akibat sumbatan jalan napas.Bila sudah dijumpai
pembesaran kelenjar berarti tumor sudah masuk dalam stadium lanjut.Bahkan
kadang-kadang tumornya dapat teraba, menyebabkan pembengkakan laring.
Bila tumor
laring mengadakan perluasan ke arah faring akan timbul gejala disfagia, rasa
sakit bila menelan dan penjalaran rasa sakit kearah telinga.Apabila dijumpai
kasus dengan jelas diatas, khususnya dengan keluhan suara parau lebih dari dua
minggu yang dengan pengobatan tidak sembuh, diderita orang dewasa atau tua,
sebaiknya penderita segera dirujuk.
Stadium
Tergantung
keadaan tumor (T), pembesaran kelenjar regional ( N ), dan metastasis jauh ( M
).
Stadium
: I : T1 No Mo
II
: T2 No Mo
III
: T3 No Mo, T2 N1 Mo, T3 N1 Mo
IV
: T4 No Mo, semua T N2 M1, semua T semua N dan M.
Diagnostic
studies
Pemeriksaan
laring dengan kaca laring atau laringoskopi langsung dapat menunjukkan tumor
dengan jelas.Tempat yang sering timbul tumor dapat dilihat pada gambar.Sinar X
dada,scan tulang, untuk mengidentifikasi kemungkinan metastase. Darah lengkap,
dapat menyatakan anemi yang merupakan masalah umum. Laringografi dapat
dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan pembuluh darah dan pembuluh limfe.,
Kemudian laring diperiksa dengan anestesi umum dan dilakukan biopsi pada
tumor.Gigi yang berlubang, sebaiknya dicabut pada saat yang sama.
Medical
Managament
Pada kasus
karsinoma laring dapat dilakukan pengobatan dengan radiasi dan pengangkatan
laring (Laringektomi).Pengobatan dipilih berdasar stadiumnya.Radiasi diberikan
pada stadium 1 dan 4.Alasannya mempunyai keuntungan dapat mempertahankan suara
yang normal, tetapi jarang dapat menyembuhkan tumor yang sudah
lanjut,lebih-lebih jika sudah terdapat pembesaran kelenjar leher.Oleh karena
itu radioterapi sebaiknya dipergunakan untuk penderita dengan lesi yang kecil
saja tanpa pembesaran kelenjar leher.Kasus yang ideal adalah pada tumor yang
terbatas pada satu pita suara, dan masih mudah digerakkan. Sembilan dari
sepuluh penderita dengan keadaan yang demikian dapat sembuh sempurna dengan
radioterapi serta dapat dipertahankannya suara yang normal.Fiksasi pita suara
menunjukkan penyebaran sudah mencapai lapisan otot. Jika tumor belum
menyebar kedaerah supraglotik atau subglotik, lesi ini masih dapat diobati
dengan radioterapi, tetapi dengan prognosis yang lebih buruk.
Penderita
dengan tumor laring yang besar disertai dengan pembesaran kelenjar limfe leher,
pengobatan terbaik adalah laringektomi total dan diseksi radikal kelenjar
leher.Dalam hal ini masuk stadium 2 dan 3. Ini dilakukan pada jenis tumor supra
dan subglotik.Pada penderita ini kemungkinan sembuh tidak begitu besar, hanya
satu diantara tiga penderita akan sembuh sempurna.Laringektomi diklasifikasikan
kedalam :
1.
Laringektomi
parsial. Tumor yang terbatas pada pengangkatan hanya satu pita suara dan
trakeotomi sementara yang di lakukan untuk mempertahankan jalan napas. Setelah
sembuh dari pembedahan suara pasien akan parau.
2.
Hemilaringektomi
atau vertikal. Bila ada kemungkinan kanker termasuk pita suara satu benar dan
satu salah.Bagian ini diangkat sepanjang kartilago aritenoid dan setengah
kartilago tiroid.Trakeostomi sementara dilakukan dan suara pasien akan parau
setelah pembedahan.
3.
Laringektomi
supraglotis atau horisontal. Bila tumor berada pada epiglotis atau pita suara
yang salah, dilakukan diseksi leher radikal dan trakeotomi. Suara pasien masih
utuh atau tetap normal.Karena epiglotis diangkat maka resiko aspirasi akibat
makanan peroral meningkat.
4.
Laringektomi
total. Kanker tahap lanjut yang melibatkan sebagian besar laring, memerlukan
pengangkatan laring, tulang hihoid, kartilago krikoid,2-3 cincin trakea, dan
otot penghubung ke laring.Mengakibatkan kehilangan suara dan sebuah lubang (
stoma ) trakeostomi yang permanen. Dalam hal ini tidak ada bahaya aspirasi
makanan peroral, dikarenakan trakea tidak lagi berhubungan dengan saluran udara
– pencernaan.Suatu sayatan radikal telah dilakukan dileher pada jenis
laringektomi ini.Hal ini meliputi pengangkatan pembuluh limfatik, kelenjar limfe
di leher, otot sternokleidomastoideus, vena jugularis interna, saraf spinal
asesorius, kelenjar salifa submandibular dan sebagian kecil kelenjar parotis
(Sawyer, 1990).Operasi ini akan membuat penderita tidak dapat bersuara atau
berbicara. Tetapi kasus yang dermikian dapat diatasi dengan mengajarkan pada
mereka berbicara menggunakan esofagus (Esofageal speech), meskipun kualitasnya
tidak sebaik bila penderita berbicara dengan menggunakan organ laring.Untuk
latihan berbicara dengan esofagus perlu bantuan seorang binawicara.
5.
Dasar
data pengkajian keperawatan
Data pre
dan posoperasi tergantung pada tipe kusus atau lokasi proses kanker dan
koplikasi yang ada.
INTEGRITAS
EGO
Gejala :
Perasaan takut akan kehilangan suara,mati, terjadi atau berulangnya kanker.
Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja dan
keuangan.
Tanda :
Ansietas, depresi, marah dan menolak operasi.
MAKANAN
ATAU CAIRAN
Gejala
:Kesulitan menelan.
Tanda :
Kesulitan menelan, mudah tersedak, sakit menelan, sakit tenggorok yang
menetap.Bengkak, luka. Inflamasi atau drainase oral, kebersihan gigi buruk.
Pembengkakan lidah dan gangguan gag reflek.
HIGIENE
Tanda :
kemunduran kebersihan gigi. Kebutuhan bantuan perawatan dasar.
NEUROSENSORI
Gejala :
Diplopia (penglihatan ganda), ketulian.
Tanda :
Hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan submandibular). Parau menetap atau
kehilangan suara (gejala dominan dan dini kanker laring intrinsik). Kesulitan
menelan. Kerusakan membran mukosa.
NYERI ATAU
KENYAMANAN
Gejala :
Sakit tenggorok kronis, benjolan pada tenggorok. Penyebaran nyeri ke telinga,
nyeri wajah (tahap akhir, kemungkinan metastase). Nyeri atau rasa terbakar
dengan pembengkakan (kususnya dengan cairan panas), nyeri lokal pada orofaring.
Pascaoperasi : Sakit tenggorok atau mulut (nyeri biasanya tidak dilaporkan
kecuali nyeri yang berat menyertai pembedahan kepala dan leher, dibandingkan
dengan nyeri sebelum pembedahan).
Tanda :
Perilaku berhati-hati, gelisah, nyeri wajah dan gangguan tonus otot.
PERNAPASAN
Gejala :
Riwayat merokok atau mengunyah tembakau. Bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia
toksik atau serbuk, dan logam berat. Riwayat penyakit paru kronik. Batuk dengan
atau tanpa sputum. Drainase darah pada nasal.
Tanda :
Sputum dengan darah, hemoptisis, dispnoe ( lanjut ), dan stridor.
KEAMANAN
Gejala :
Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau
radiasi.Perubahan penglihatan atau pendengaran.
Tanda :
Massa atau pembesaran nodul.
INTERAKSI
SOSIAL
Gejala :
masalah tentang kemampuan berkomunikasi, dan bergabung dalam interaksi sosial.
Tanda :
Parau menetap,perubahan tinggi suara, bicara kacau, enggan untuk bicara,dan
menolak orang lain untuk memberikan perawatan atau terlibat dalam rehabilitasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Doenges,
M. G. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta.
Dunna,
D.I. Et al. (1995). Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process
Approach 2 nd Edition : WB Sauders.
Lab. UPF
Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan tenggorokan FK Unair, Pedoman Diagnosis
Dan Terapi Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetom FK Unair, Surabaya.
Makalah
Kuliah THT. Tidak dipublikasikan
Prasetyo
B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta
Rothrock,
C. J. (2000). Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC :
Jakarta.
Sjamsuhidajat
& Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.
Soepardi,
Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (1998). Buku Ajar Ilmu penyakit THT.
FKUI : Jakarta.