1.
PENGERTIAN
Meningitis
adalah Peradangan pada susunan
saraf, Radang umum pada araknoid dan piameter, disebabkan oleh bakteri, virus,
riketsia atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis. (Arief
Mansjoer : 2000)
Meningitis adalah peradangan yang hebat pada
selapus otak.Peradangan itu mungkin terjadi sesudah serangan otitis
media,radang mastoid,abses otak ,malahan radang tonsil. Sesuatu retak pada
tengkorak atau suatu luka kepala yang menembus mungkin mengakibatkan radang
selaput otak. (Clifford R Anderson : 1975)
Meningitis
adalah Infeksi akut pada selaput
meningen (selaput yang menutupi otak dan medula spinalis). Infeksi ini dapat
disebabkan oleh :
☼
Bakteri, seperti pneumococcus, meningecoccus, stapilococcus,
streptococcus, salmonella, dll.
☼
Virus, seperti Hemofilus influenza dan herpes simplex. (Depkes
: 1995)
Meningitis / Radang selaput otak adalah
Infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) disertai radang pada pia dan araknoid;
ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan medulla spinalis, kuman-kuman
dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dan dengan cepat sekali menyebar
ke bagian yang lain, sehingga leptomening medulla spinalis terkena. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa meningitis selalu merupakan suatu proses
serebrospinal. (Harsono : 1996)
2.
PATOFISIOLOGI
Kuman-kuman masuk ke dalam susunan saraf pusat secara hematogen / langsung
menyebar di nasofaring, paru-paru (pneumonia, bronkopneumonia) dan jantung
(endokarditis), selain itu per kontinuitatum di peradangan organ / jaringan di
dekat selaput otak misalnya abses otak, otitis media, martoiditis dan
trombosis, sinus kavernosus. Invasi kuman (meningokok, pneumokok, hemofilus
influenza, streptokok) ke dalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi radang
pada pia dan araknoid, CSS dan sistem ventrikulus.
Mula-mula
pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami hiperemi, dalam waktu
yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke
dalam ruang subaraknoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari
terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu ke – 2 sel-sel
plasma. Eksudat terbentuk dan terdiri dari dua lapisan, yaitu bagian luar
mengandung leukosit, polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisan dalam
terdapat makrofag.
Peradangan
menyebabkan cairan cerebrospinal meningkat sehingga terjadi obstruksi,
selanjutnya terjadi hydrocephalus dan peningkatan intrakranial. Organisme masuk
melalui sel darah merah, dapat melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan,
atau kelainan sistem saraf pusat. Efek patologis yang terjadi adalah hiperemia
meningens, edema jaringan otak, eksudasi.
Proses
radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat
menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-neuron.
Dengan demikian meningitis dapat dianggap sebagai ensefalitis superfisial.
Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino – purulen
menyebabkan kelainan nervi kraniales (Nn. III, IV, VI, VII, & VIII).
Organisasi di ruang subaraknoid superfisial dapat menghambat aliran dan
absorbsi CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus komunikans.
(Harsono
: 1996)
Mikroorganisme
penyebab dapat masuk mencapai membran meningen dengan berbagai cara antara lain
:
☼
Hematogen atau limpatik
☼
Perkontuinitatum
☼
Retograd melalui saraf perifer
☼
Langsung masuk cairan serebrospinal
Efek
peradangan tersebut dapat mengenai lapisan meningen dan ruang-ruang yang berada
diantara lapisan. Tidak jarang pula infeksi mengenai jaringan otak. Kondisi ini
disebut meningo-encephalitis. Efek patologis yang terjadi antara lain :
☼
Hyperemia Meningens
☼
Edema jaringan otak
☼
Eksudasi
Perubahan-perubahan
tersebut akan memberikan dampak terhadap peningkatan tekanan intra kranial dan
hydrocephalus (pada anak-anak). Hydrocephalus terjadi bila eksudat (lebih
sering terjadi pada infeksi bakteri) menyumbat sirkulasi cairan cerebrospinal
juga eksudat tadi dapat menetap di jaringan otak dan menyebabkan abses otak. (Depkes
: 1995)
3.
MANIFESTASI KLINIK
Keluhan
pertama biasanya Nyeri kepala. Rasa nyeri ini dapat menyebar ke tengkuk dan
punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya
otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk
kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi,
kesadaran menurun. Tanda Kernig&Brudzinsky positif. (Arief Mansjoer :
2000)
Terjadi
secara akut dengan panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernapasan, kejang,
nafsu makan berkurang, minum sangat berkurang, konstipasi diare, biasanya
disertai septicemia dan pneumonitis. Kejang terjadi pada lebih kurang 44% anak
dengan penyebab hemofilus influenza, 25% streptokok pneumonia, 78% oleh
streptokok dan 10% oleh infeksi meningokok.
Gangguan
kesadaran berupa apati, letargi, renjatan, koma. Selain itu dapat terjadi
koagulasi intravaskularis diseminata.
Tanda-tanda
iritasi meningeal seperti kaku kuduk, tanda kernig brudzinski dan fontanela
menonjol untuk sementara waktu belum timbul. Pada anak yang lebih besar dan
orang dewasa, permulaan penyakit juga terjadi akut dengan panas, nyeri kepala
yang bisa hebat sekali, malaise umum, kelemahan, nyeri otot dan nyeri
punggung.
Biasa
dimulai dengan gangguan saluran pernapasan bagian atas. Selanjutnya terjadi
kaku kuduk, opistotonus, dapat terjadi renjatan, hipotensi dan taki kardi
karena septicemia. Gangguan kesadaran berupa letargi sampai koma yang dalam
dapat dijumpai pada penderita. Nyeri kepala dapat hebat sekali, rasanya seperti
mau pecah dan bertambah hebat bila kepala digerakkan. Nyeri kepala dapat
disebabkan oleh proses radang pembuluh darah. Meningeal, tetapi juga dapat
disebabkan oleh peningkatan tekanan intracranial yang disertai fotofobi dan
hiperestesi, suhu badan makin meningkat, tetapi jarang disertai gemetar
(chills). (Harsono : 1996)
☼
TANDA DAN GEJALA ☼
1.
Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan edema serebral
/ penyumbatan aliran darah
2.
Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi
3.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular
4.
Risiko tinggi terhadap trauma / injuri berhubungan dengan aktifitas kejang
umum.
5.
Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan, daya tahan tubuh yang
lemah.
Ditandai
dengan gejala menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah, diare,
tonus otot kurang, menangis lemah. Pada anak dan remaja biasanya terdapat tanda
dan gejala demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori, kejang, mudah
terstimulasi, foto fobia, delirium, halusinasi, maniak, stupor, koma, kaku
kuduk, tanda kernig dan brudzinski positif, ptechial (menunjukkan infeksi
meningococal).
☼
PENYEBAB ☼
Penyebab
meningitis adalah bakteri ; pneumococus; meningococus; stapilococus;
streptococus; salmonella; virus; hemofilus influenza; herpes simplek; atau oleh
karena luka / pembedahan atau injuri pada sistem persarafan. (Arief
Mansjoer : 2000)
(Marilym
E. Donges : 1999)
4.
KLASIFIKASI
Meningitis
dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
otak, yaitu meningitis Tuberkulosis Generalisata dan meningitis purulenta.
Meningitis
Tuberkulosis Generalisata adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai
cairan otak yang jernih. Penyebab terjadinya adalah Mycobacterium
Tuberculosa, Penyebab lain seperti Lues, Virus, Toxoplasma
gondhii, Ricketsia.
Meningitis
Purulenta
adalah radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak dan medula
spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok),
Neisseria meningitidis (meningokok), Streptococcus
haemolyticus, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia
Coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa.
☼
Meningitis Tuberkulosis Generalisata ☼
♥
Manifestasi Klinis ♥
Penyakit
ini dimulai akut, subakut atau kronis dengan gejala demam, mudah kesal,
marah-marah, obstipasi, muntah-muntah.
Dapat
ditemukan tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk. Pada
pemeriksaan terdapat kaku kuduk dan tanda-tanda perangsangan meningen lainnya.
Suhu badan naik turun, kadang-kadang suhu malah merendah, nadi sangat stabil,
lebih sering dijumpai nadi yang lambat, abdomen nampak mencekung.
Gangguan
saraf otak yang terjadi disebabkan tekanan eksudat pada saraf-saraf ini. Yang
sering terkena nervus III & VII. Terjadi afasia motoris atau sensoris,
kejang fokal, monoparesis, hemiparesis, dan gangguan sensibilitas.
Tanda-tanda
khas penyakit ini adalah Apatis, refleks pupil yang lambat dan refleks-refleks
tendo yang lemah.
♥
Pemeriksaan Penunjang ♥
1.
Pemeriksaan Darah
Dilakukan
pemeriksaan kadar hb, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap darah (LED),
kadar glukosa puasa, kadar ureum, elektrolit.
Pada
meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu pada
meningitis tuberculosis didapatkan juga peningkatan LED.
2.
Cairan Otak
Periksa
lengkap termasuk pemeriksaan mikrobiologis. Pada meningitis serosa diperoleh
hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang jernih meskipun mengandung sel dan
jumlah protein yang meninggi.
3.
Pemeriksaan Radiologis
-
Foto data
-
Foto kepala
-
Bila mungkin CT – Scan.
♥
Penatalaksanaan ♥
a.
Medis
1.
Rejimen terapi :
2 HRZE – 7RH.
2 Bulan Pertama :
♦
INH
: 1 x 400 mg / hari, oral
♦
Rifampisin : 1 x
600 mg / hari, oral
♦
Pirazinamid : 15-30 mg /
kg / hari, oral
♦
Streptomisin a/ : 15 mg / kg / hari, oral
♦
Etambutol
: 15-20 mg / kg / hari, oral.
2.
Steroid diberikan untuk
-
Menghambat reaksi inflamasi
-
Mencegah komplikasi infeksi
-
Menurunkan edema serebri
-
Mencegah perlekatan
-
Mencegah arteritis / infark otak.
3.
Indikasi
♠
Kesadaran menurun
♠
Defisit neurologis fokal.
4.
Dosis
Deksametason
10 mg bolus intravena, kemudian 4 x 5 mg intravena selama 2-3 minggu,
selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan.
Disamping
tuberkulostatik dapat diberikan rangkaian pengobatan dengan deksametason untuk
menghambat edema serebri dan timbulnya perlekatan-perlekatan antara araknoid
dan otak.
☼
Meningitis Purulenta ☼
♥
Manifestasi Klinis ♥
Gejala
dan tanda penting adalah demam tinggi, nyeri kepala, kaku kuduk, dan kesadaran
menurun.
♥
Pemeriksaan Penunjang ♥
1.
Pemeriksaan Darah
Dilakukan
pemeriksaan kadar Hb, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap darah (LED),
kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, kultur. Pada meningitis purulenta di
dapatkan peningkatan leukosit dengan pergeseran ke kiri pada hitung jenis.
2.
Cairan Serebrospinal : lengkap & kultur
Pada
meningitis purulenta, diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang
keruh karena mengandung pus, nanah yang merupakan campuran leukosit yang hidup
dan mati, jaringan yang mati dan bakteri.
3.
Pemeriksaan Radiologis
-
Foto kepala : periksa mastoid, sinus paranasal, gigi geligi
-
Foto dada.
♥
Penatalaksanaan ♥
Terapi
bertujuan memberantas penyebab infeksi disertai perawatan intensif, suportif
untuk membantu pasien melalui masa kritis. Sementara menunggu hasil pemeriksaan
terhadap kausa diberikan obat sebagai berikut :
♦
Kombinasi Ampisilin 12-18 gr, Kloramfenikol 4 gr, Intravena dalam dosis terbagi
4 x / hari.
♦
Dapat ditambahkan campuran Trimetoprim 80 mg, Sulfametoksazol 400 mg Intravena.
♦
Dapat pula ditambahkan Seftriakson 4-6 gr Intravena. (Arief Mansjoer :
2000)
5.
DIAGNOSIS PENUNJANG
Adanya
gejala-gejala seperti panas yang mendadak dan tidak dapat diterangkan sebabnya,
letargi, muntah, kejang dan lain-lainya harus difikirkan kemungkinan
meningitis. Diagnosis pasti adalah dengan pemeriksaan CSS melalui
fungsi lumbal. Pada setiap penderita dengan iritasi meningeal,apalagi yang
berlangsung beberapa hari atau dengan gejala-gejala kemungkinan meningitis atau
penderita dengan panas yang tidak diketahui sebabnya, harus dilakukan fungsi
lumbal. Kadang-kadang pada fungsi lumbal pertama tidak didapatkan derita yang
sebelumnya telah mendapat pengobatan antibiotika,tetapi pada pembiakan ternyata
ada bakteri. Walaupun fungsi lumbal merupakan faktor resiko untuk terjadi
meningitis, untuk kepentingan diagnosis cara ini mutlak dilakukan.
Bila
terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (koma, kekakuan
descrebrasi, reaksi cahaya negatif) dapat dilakukan fungsi melalui sisterna
makna. Cara ini untuk menghindarkan terjadinya dekompresi dibawah foramen
maknum dan herniasi tonsila cerebellum. Bila tekanan permukaan CSS di atas 200
mmH2O, sebaiknya diberikan manitol 0,25 -0,50 mg/kg BB secara bolus segera
sesudah fungsi lumbal untuk menghindari herniasi otak. Jumlah CSS yang diambil
secukupnya untuk pemeriksaan. Pada umumnya tekanan CSS 200-500 mmH2O dan CSS
tampak kabur, keruh dan purulen.
Pada
meningitis bacterial stadium akut terdapat leukosit polimor fonukleat. Jumlah
sel berkisar antara 1000-10000 dan pada kasus tertentu bisa mencapai
100000/mm3 , dapat disertai sedikit eritrosit. Bila jumlah sel
diatas 50.000/mm3 , maka kemungkinannya adalah abses otak yang pecah
dan masuk ke dalam ventrikulus. (Harsono : 1996)
a. Pemeriksaan cairan
serebrospinalis baik secara makroskopis maupun secara mikroskopis.
-
Warna (Infeksi bakteri = purulent, infeksi virus dan tuberculosis = Xantocrom)
-
Tekanan meningkat
-
Sel PMN (Polimorfonukleus) meningkat
-
Protein meningkat
-
Glukosa menurun
-
None (+)
-
Pandi (+).
b.
Pemeriksaan Tambahan
- Darah lengkap, LED
-
Kultur darah
- Foto kepala, thorax, vertebra
-
Kultur Swab hidung dan tenggorokan
-
EEG, CT – Scan Otak. (Depkes : 1995)
6.
PENATALAKSANAAN
Infeksi
Intrakranial → Lapisan yang menutupi otak dan medulla spinalis (Meningitis).
Sumber penyebab dapat berupa bakteri, virus atau jamur (fungi) dan hasilnya /
penyembuhannya dapat komplet (sembuh total) sampai pada menimbulkan penurunan
neurologis dan juga sampai terjadi kematian.
☼
MEDIS ☼
1.
PEMBERIAN ANTIBIOTIK
Pemberian antibiotic harus tepat dan
cepat sesuai dengan bakteri penyebabnya dan dalam dosis yang cukup tinggi.
Sambil menunggu hasil biakan sebaiknya diberikan antibiotic dengan spectrum
luas. Antibiotic diberikan selama 10 – 14 hari atau sekurang-kurangnya 7 hari
setelah demam bebas. Pemberian antibiotic sebaiknya secara parental.
Kadang – kadang pada pemberian antibiotic selama 4 hari, tiba-tiba suhu
meningkat lagi. Keadaan demikian ini dapat disebabkan oleh flebitis di tempat
pemberian cairan parental atau intravena. Sementara itu, suhu yang tetap tinggi
dapat disebabkan oleh pemberian antibiotic yang tidak tepat atau dosis yang
tidak cukup atau telah terjadi efusi subdural,empiema, atau abses otak.
Penisilin G diberikan untuk mengatasi infeksi pneumokok, streptokok dan
meningokok dengan dosis 1-2 juta unit setiap 2 jam. Terhadap infeksi hemofilus
sebaiknya diberikan kloramfenikol 4 x 1 gram/24 jam atau ampisilin 4 x 3 gram
setiap 24 jam intravena. Untuk meningkok dipakai sulfadiazine sampai 12 x 500
mg dalam 24 jam selama kurang lebih 10 hari. Gentamisin dipergunakan untuk
memberantas Escheria coli, klebsiela, proteus, dan kuman-kuman gram negatif.
2.
MANAJEMEN TERAPI
1). Isolasi
2). Terapi anti mikroba sesuai hasil kultur
3).
Mempertahankan dehidrasi,monitor balance cairan (hubungan dengan edema
serebral)
4).
Mencegah dan mengobati komplikasi
5).
Mengontrol kejang
6).
Mempertahankan ventrilasi
7).
Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
8).
Penatalaksanaan syok septik
9).
Mengontrol perubahan suhu lingkungan. (Harsono : 1996)