LAPORAN PENDAHULUAN
Gangguan
proses pikir : waham
·
Waham adalah keyakinan seseorang yang
berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten
dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien. Waham dipengaruhi
oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan,
tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. (Budi Anna
Keliat,1999).
- Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikir yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan biarpun dibuktikan kemustahilannya itu
(W.
F.Maramis 1991 : 117).
- Waham adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum. (Tim Keperawatan PSIK FK UNSRI, 2005).
- Waham adalah keyakinan keliru yang sangat kuat yang tidak dapat dikurangi dengan menggunakan logika (Ann Isaac, 2004)
B. JENIS-JENIS WAHAM
Waham terbagi atas beberapa
jenis, yaitu :
- Waham Kebesaran
Penderita
merasa dirinya paling besar, mempunyai kekuatan, kepandaian atau kekayaan yang
luar biasa, misalnya adalah ratu adil dapat membaca pikiran orang lain,
mempunyai puluhan rumah, dll.
- Waham Somatik
Perasaan mengenai
berbagai penyakit yang berada pada tubuhnya sering didapatkan pada tubuhnya.
- Waham Agama
Waham dengan
tema agama, dalam hal ini klien selalu meningkatkan tingkah lakunya yang telah
ia perbuat dengan keagamaan.
- Waham Curiga
Individu
merasa dirinya selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya sehingga ia merasa
curiga terhadap sekitarnya.
- Waham Nihilistik
Bahwa sesuatu
yang diyakini sudah hancur atau bahwa dirinya atau orang lain sudah mati,
sering ditemukan pada klien depresi.
C. TANDA DAN GEJALA
a. Data
Subyektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang
diyakininya ( tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang
kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
b.
Data Obyektif
Klien tampak
tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain,
lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung
·
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya
(tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan
·
Klien
tampak tidak mempunyai orang lain
·
Curiga
·
Bermusuhan
·
Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
·
Takut, sangat waspada
·
Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
·
Ekspresi wajah tegang
·
Mudah tersinggung
(Azis R dkk, 2003)
D. PENYEBAB
1.
Faktor Predisposisi
Ø
Faktor Biologis
a.
Gangguan perkembangan otak, frontal dan temporal
b. Lesi pada korteks frontal,
temporal dan limbik
c. Gangguan tumbuh kembang
d. Kembar monozigot, lebih
beresiko dari kembar dua telur
Ø
Faktor Genetik
Gangguan orientasi realita yang ditemukan
pada klien dengan skizoprenia
Ø
Faktor Psikologis
a.
Ibu pengasuh yang cemas/over protektif, dingin, tidak sensitif
b.
Hubungan dengan ayah tidak dekat/perhatian yang berlebihan
c.
Konflik perkawinan
d.
Komunikasi “double bind”
Ø
Sosial budaya
a.
Kemiskinan
b.
Ketidakharmonisan sosial
c.
Stress yang menumpuk
2.
Faktor Presipitasi
Ø
Stressor sosial
budaya
Stres dan kecemasan akan
meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang
yang paling penting, atau diasingkan dari kelompok.
Ø
Faktor biokimia
Penelitian tentang pengaruh
dopamine, inorefinefrin, lindolomin, zat halusinogen diduga berkaitan dengan
orientasi realita
Ø
Faktor psikologi
Intensitas kecemasan yang
ekstrim dan menunjang disertai terbatasnya kemampuan mengatasi masalah
memungkinkan berkurangnya orientasi realiata
E. PROSES TERJADINYA
- Individu diancam oleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatu yang tidak menyenangkan.
- Individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas yang menyalahartikan kesan terhadap kejadian
- Individu memproyeksikan pikiran, perasaan dan keinginan negative atau tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal
- Individu memberikan pembenarn atau interpretasi personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain.
F. AKIBAT
Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri,
orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan
dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
·
Memperlihatkan permusuhan
·
Mendekati orang lain dengan ancaman
·
Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana
melukai
·
Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
·
Mempunyai rencana untuk melukai
G. POHON MASALAH
Resiko
menciderai orang lain
(akibat)
gangguan
proses pikir
(core problem)
gangguan konsep diri: harga diri rendah
(penyebab)
H. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1) Masalah keperawatan:
a.Perubahan proses pikir : waham
§ Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi
tidak sesuai kenyataan.
§ Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,
merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada,
tidak tepat menilai lingkungan/ realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah
tersinggung.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan proses pikir : waham
J. INTERVENSI
Diagnosa
1: Gangguan proses pikir : waham
Tujuan
umum :
Klien dapat mengontrol wahamnya.
Tujuan
khusus :
1. Klien
dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk
kelancaran hubungan interaksinya
Tindakan:
1.
Bina hubungan saling percaya :
salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik, waktu, tempat).
2.
Jangan membantah dan mendukung
waham klien : katakan perawat menerima keyakinan klien "saya menerima
keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak
mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham
klien.
3.
Yakinkan klien berada dalam
keadaan aman dan terlindungi : katakan perawat akan menemani klien dan klien
berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan
klien sendirian.
4. Observasi apakah wahamnya mengganggu
aktivitas harian dan perawatan diri.
2. Klien
dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
Rasional :
dengan
mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan perawat untuk
mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari pada
hanya memikirkannya
Tindakan:
1.
Beri pujian pada penampilan dan
kemampuan klien yang realistis.
2.
Diskusikan bersama klien
kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis.
3.
Tanyakan apa yang biasa
dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini (kaitkan dengan
aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
4.
Jika klien selalu bicara
tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan
kepada klien bahwa klien sangat penting.
3. Klien dapat
mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Rasional :
Dengan mengetahui kebutuhan
klien yang belum terpenuhi perawat dapat merencanakan untuk memenuhinya dan
lebih memperhatikan kebutuhan klien tersebut sehingga klien merasa nyaman dan
aman
Tindakan:
1.
Observasi kebutuhan klien
sehari-hari.
2.
Diskusikan kebutuhan klien yang
tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas,
marah).
3.
Hubungkan kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan timbulnya waham.
4.
Tingkatkan aktivitas yang dapat
memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika
mungkin).
5. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu
untuk menggunakan wahamnya.
4. Klien dapat berhubungan
dengan realitas.
Rasional :
menghadirkan realitas dapat
membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar dari pada apa yang dipikirkan
klien sehingga klien dapat menghilangkan waham yang ada
Tindakan:
1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas
(diri, orang lain, tempat dan waktu).
2.
Sertakan klien dalam terapi
aktivitas kelompok : orientasi realitas.
3.
Berikan
pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.
5. Klien
dapat menggunakan obat dengan benar
Rasional :
Penggunaan obat yang secara
teratur dan benar akan mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan efek dan
efek samping obat
Tindakan:
1.
Diskusikan dengan klien tentang
nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat.
2. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5
benar (nama pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
3.
Anjurkan klien membicarakan
efek dan efek samping obat yang dirasakan.
4. Beri reinforcement bila klien minum
obat yang benar.
6. Klien
dapat dukungan dari keluarga.
Rasional :
dukungan
dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan mambentu proses penyembuhan
klien
Tindakan:
1.
Diskusikan
dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala waham,
cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
2.
Beri reinforcement atas
keterlibatan keluarga
DAFTAR PUSTAKA
1.
Stuart GW, Sundeen, Principles
and Practice of Psykiatric Nursing (5 thed.). St.Louis Mosby
Year Book, 2002
2.
Keliat Budi Ana, Proses
Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 2001
3.
Keliat Budi Ana, Gangguan
Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
4.
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan
Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003
5.
Tim
Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000