II.Sesudah operasi
1.Nyeri berhubungan
dengan spasmus kandung kemih dan insisi sekunder pada TUR-P
Tujuan: Nyeri
berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
- Klien mengatakan
nyeri berkurang / hilang.
- Ekspresi wajah
klien tenang.
- Klien akan
menunjukkan ketrampilan relaksasi.
- Klien akan tidur /
istirahat dengan tepat.
- Tanda – tanda vital
dalam batas normal.
Rencana tindakan :
1.Jelaskan pada klien
tentang gejala dini spasmus kandung kemih.
R/ Kien dapat
mendeteksi gajala dini spasmus kandung kemih.
2. Pemantauan klien
pada interval yang teratur selama 48 jam, untuk mengenal gejala – gejala dini
dari spasmus kandung kemih.
R/ Menentukan
terdapatnya spasmus sehingga obat – obatan bisa diberikan
3.Jelaskan pada klien
bahwa intensitas dan frekuensi akan berkurang dalam 24 sampai 48 jam.
R/ Memberitahu klien
bahwa ketidaknyamanan hanya temporer.
4.Beri penyuluhan
pada klien agar tidak berkemih ke seputar kateter.
R/ Mengurang
kemungkinan spasmus.
5.Anjurkan pada klien
untuk tidak duduk dalam waktu yang lama sesudah tindakan TUR-P.
R / Mengurangi
tekanan pada luka insisi
6.Ajarkan penggunaan
teknik relaksasi, termasuk latihan nafas dalam, visualisasi.
R / Menurunkan
tegangan otot, memfokuskan kembali perhatian dan dapat meningkatkan kemampuan
koping.
7.Jagalah selang
drainase urine tetap aman dipaha untuk mencegah peningkatan tekanan pada
kandung kemih. Irigasi kateter jika terlihat bekuan pada selang.
R/ Sumbatan pada
selang kateter oleh bekuan darah dapat menyebabkan distensi kandung kemih
dengan peningkatan spasme.
8.Observasi tanda –
tanda vital
R/ Mengetahui
perkembangan lebih lanjut.
9.Kolaborasi dengan
dokter untuk memberi obat – obatan (analgesik atau anti spasmodik )
R / Menghilangkan
nyeri dan mencegah spasmus kandung kemih.
2.Resiko tinggi
infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama pembedahan, kateter,
irigasi kandung kemih sering.
Tujuan: Klien tidak
menunjukkan tanda – tanda infeksi .
Kriteria hasil:
- Klien tidak
mengalami infeksi.
- Dapat mencapai
waktu penyembuhan.
- Tanda – tanda vital
dalam batas normal dan tidak ada tanda – tanda shock.
Rencana tindakan:
1.Pertahankan sistem
kateter steril, berikan perawatan kateter dengan steril.
R/ Mencegah pemasukan
bakteri dan infeksi
2. Anjurkan intake
cairan yang cukup ( 2500 – 3000 ) sehingga dapat menurunkan potensial infeksi.
R/.Meningkatkan
output urine sehingga resiko terjadi ISK dikurangi dan mempertahankan fungsi
ginjal.
3.Pertahankan posisi
urobag dibawah.
R/ Menghindari
refleks balik urine yang dapat memasukkan bakteri ke kandung kemih.
4. Observasi tanda –
tanda vital, laporkan tanda – tanda shock dan demam.
R/ Mencegah sebelum
terjadi shock.
5. bservasi urine:
warna, jumlah, bau.
R/ Mengidentifikasi
adanya infeksi.
6.Kolaborasi dengan
dokter untuk memberi obat antibiotik.
R/ Untuk mencegah
infeksi dan membantu proses penyembuhan.
3. Resiko tinggi
cidera: perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan .
Tujuan: Tidak terjadi
perdarahan.
Kriteria hasil:
- Klien tidak
menunjukkan tanda – tanda perdarahan .
- Tanda – tanda vital
dalam batas normal .
- Urine lancar lewat
kateter .
Rencana tindakan:
1. Jelaskan pada
klien tentang sebab terjadi perdarahan setelah pembedahan dan tanda – tanda
perdarahan .
R/ Menurunkan
kecemasan klien dan mengetahui tanda – tanda perdarahan
2. Irigasi aliran
kateter jika terdeteksi gumpalan dalm saluran kateter
R/ Gumpalan dapat
menyumbat kateter, menyebabkan peregangan dan perdarahan kandung kemih
3. Sediakan diet
makanan tinggi serat dan memberi obat untuk memudahkan defekasi .
R/ Dengan peningkatan
tekanan pada fosa prostatik yang akan mengendapkan perdarahan .
4. Mencegah pemakaian
termometer rektal, pemeriksaan rektal atau huknah, untuk sekurang – kurangnya
satu minggu .
R/ Dapat menimbulkan
perdarahan prostat .
5. Pantau traksi
kateter: catat waktu traksi di pasang dan kapan traksi dilepas .
R/ Traksi kateter
menyebabkan pengembangan balon ke sisi fosa prostatik, menurunkan perdarahan.
Umumnya dilepas 3 – 6 jam setelah pembedahan .
6. Observasi: Tanda –
tanda vital tiap 4 jam,masukan dan haluaran dan warna urine
R/ Deteksi awal
terhadap komplikasi, dengan intervensi yang tepat mencegah kerusakan jaringan
yang permanen .
4. Resiko tinggi
disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan impoten akibat dari TUR-P.
Tujuan: Fungsi
seksual dapat dipertahankan
Kriteria hasil:
- Klien tampak rileks
dan melaporkan kecemasan menurun .
- Klien menyatakan
pemahaman situasi individual .
- Klien menunjukkan
keterampilan pemecahan masalah .
- Klien mengerti
tentang pengaruh TUR – P pada seksual.
Rencana tindakan :
1 . Beri kesempatan
pada klien untuk memperbincangkan tentang pengaruh TUR – P terhadap seksual .
R/ Untuk mengetahui
masalah klien .
2 . Jelaskan tentang
: kemungkinan kembali ketingkat tinggi seperti semula dan kejadian ejakulasi
retrograd (air kemih seperti susu)
R/ Kurang pengetahuan
dapat membangkitkan cemas dan berdampak disfungsi seksual
3 .Mencegah hubungan
seksual 3-4 minggu setelah operasi .
R/ Bisa terjadi
perdarahan dan ketidaknyamanan
4 .Dorong klien untuk
menanyakan kedokter salama di rawat di rumah sakit dan kunjungan lanjutan .
R / Untuk
mengklarifikasi kekhatiran dan memberikan akses kepada penjelasan yang
spesifik.
5. Kurang
pengetahuan: tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan: Klien dapat
menguraikan pantangan kegiatan serta kebutuhan berobat lanjutan .
Kriteria hasil:
- Klien akan
melakukan perubahan perilaku.
- Klien
berpartisipasi dalam program pengobatan.
- Klien akan
mengatakan pemahaman pada pantangan kegiatan dan kebutuhan berobat lanjutan .
Rencana tindakan:
1. Beri penjelasan
untuk mencegah aktifitas berat selama 3-4 minggu .
R/ Dapat menimbulkan
perdarahan .
2. Beri penjelasan
untuk mencegah mengedan waktu BAB selama 4-6 minggu; dan memakai pelumas tinja
untuk laksatif sesuai kebutuhan.
R/ Mengedan bisa
menimbulkan perdarahan, pelunak tinja bisa mengurangi kebutuhan mengedan pada
waktu BAB
3. Pemasukan cairan
sekurang–kurangnya 2500-3000 ml/hari.
R/ Mengurangi
potensial infeksi dan gumpalan darah .
4. Anjurkan untuk
berobat lanjutan pada dokter.
R/. Untuk menjamin
tidak ada komplikasi .
5. Kosongkan kandung
kemih apabila kandung kemih sudah penuh .
R/ Untuk membantu
proses penyembuhan .
6. Gangguan pola
tidur berhubungan dengan nyeri / efek pembedahan
Tujuan: Kebutuhan
tidur dan istirahat terpenuhi.
Kriteria hasil:
- Klien mampu
beristirahat / tidur dalam waktu yang cukup.
- Klien mengungkapan
sudah bisa tidur .
- Klien mampu
menjelaskan faktor penghambat tidur .
Rencana tindakan:
1.Jelaskan pada klien
dan keluarga penyebab gangguan tidur dan kemungkinan cara untuk menghindari.
R/ meningkatkan
pengetahuan klien sehingga mau kooperatif dalam tindakan perawatan .
2.Ciptakan suasana
yang mendukung, suasana tenang dengan mengurangi kebisingan .
R/ Suasana tenang
akan mendukung istirahat
3.Beri kesempatan
klien untuk mengungkapkan penyebab gangguan tidur.
R/ Menentukan rencana
mengatasi gangguan
4.Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian obat yang dapat mengurangi nyeri ( analgesik ).
R/ Mengurangi nyeri
sehingga klien bisa istirahat dengan cukup .
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E., Marry,
F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Long, B.C., 1996.
Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lab / UPF Ilmu Bedah,
1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas Kedokteran Airlangga /
RSUD. dr. Soetomo.
Hardjowidjoto S. (1999).Benigna
Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press. Surabaya
Soeparman. (1990).
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.
Read more:
http://www.qirtin.com/benigna-prostat-hipertropi/#ixzz1smdAaZ89