Kepemimpinan Dalam Keperawatan
KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN
Pendahuluan
Manajemen keperawatan pada dasarnya
berfokus pada perilaku manusia. Untuk mencapai tingkat tertinggi dari
produktivitas pada pelayanan keperawatan, pasien membutuhkan manajer perawat
yang terdidik dalam pengetahuan dan ketrampilan tentang perilaku manusia untuk
mengelola perawat profesional serta pekerja keperawatan non profesional.
Mc. Gregor menyatakan bahwa setiap
manusia merupakan kehidupan individu secara keseluruhan yang selalu mengadakan
interaksi dengan dunia individu lainnya. Apa yang terjadi dengan orang tersebut
merupakan akibat dari perilaku orang lain. Sikap dan emosi dari orang lain
mempengaruhi orang tersebut. Bawahan sangat tergantung pada pimpinan dan
berkeinginan untuk diperlakukan adil. Suatu hubungan akan berhasil apabila
dikehendaki oleh kedua belah pihak.
Bawahan memerlukan rasa aman dan akan
memperjuangkan untuk melindungi diri dari ancaman yang bersifat semu atau
yang benar - benar ancaman terhadap tidak terpenuhinya kebutuhan dalam situasi
kerja.
Atasan / pimpinan menciptakan kondisi
untuk mewujudkan kepemimpinan yang efektif dengan membentuk suasana yang dapat
diterima oleh bawahan, sehingga bawahan tidak merasa terancam dan ketakutan.
Untuk dapat melakukan hal tersebut di
atas, baik atasan maupun bawahan perlu memahami tentang pengelolaan
kepemimpinan secara baik, yang pada akhirnya akan terbentuk motivasi dan sikap
kepemimpinan yang profesional.
1. Pengertian Kepemimpinan
Ada beberapa batasan tentang
kepemimpinan , antara lain :
a. Kepemimpinan
adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang sehingga orang
tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain bersedia dan dapat
menyelesaikan tugas - tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya ( Ordway
Tead ).
b. Kepemimpinan
adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok orang
untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan ( Stogdill
).
c. Kepemimpinan
adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang dimiliki seseorang
terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara sukarela
mau dan bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan
( Georgy R. Terry ).
d. Kepemimpinan
adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok
orang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam suatu situasi
tertentu ( Paul Hersay, Ken Blanchard ).
Dapat dipahami dari empat batasan di
atas bahwa kepemimpinan akan muncul apabila
ada seseorang yang karena sifat - sifat dan perilakunya mempunyai kemampuan
untuk mendorong orang lain untuk berpikir, bersikap, dan ataupun berbuat
sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Kepemimpinan dalam konteks organisasi
utamanya menekankan pada fungsi pengarahan yang meliputi memberitahu,
menunjukkan, dan memotivasi bawahan. Fungsi manajemen ini sangat terkait dengan
faktor manusia dalam suatu organisasi, yang mencakup interaksi antar manusia
dan berfokus pada kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain.
Di dalam keperawatan kepemimpinan
merupakan penggunaan ketrampilan seorang pemimpin ( perawat ) dalam
mempengaruhi perawat - perawat lain yang berada di bawah pengawasannya untuk
pembagian tugas dan tanggung jawab dalam memberikan pelayanan asuhan
keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai. Setiap perawat mempunyai
potensi yang berbeda dalam kepemimpinan, namun ketrampilan ini dapat dipelajari
sehingga selalu dapat diterapkan dan ditingkatkan.
2. Teori Kepemimpinan
Ada beberapa yang pernah dikemukakan,
antara lain :
a. Teori
orang besar atau teori bakat
Teori orang besar ( the great men
theory ) atau teori bakat ( Trait theory ) ini adalah teori klasik dari
kepemimpinan. Di sini disebutkan bahwa seorang pemimpin dilahirkan, artinya
bakat - bakat tertentu yang diperlukan seseorang untuk menjadi pemimpin
diperolehnya sejak lahir.
b. Teori
situasi
Bertolak belakang dengan teori bakat
ialah teori situasi ( situasional theory ). Teori ini muncul sebagai
hasil pengamatan, dimana seseorang sekalipun bukan keturunan
pemimpin, ternyata dapat pula menjadi pemimpin yang baik. Hasil pengamatan
tersebut menyimpulkan bahwa orang biasa yang jadi pemimpin tersebut adalah
karena adanya situasi yang menguntungkan dirinya, sehingga ia memiliki
kesempatan untuk muncul sebagai pemimpin.
c. Teori Ekologi
Sekalipun teori situasi kini banyak
dianut, dan karena itu masalah kepemimpinan banyak menjadi bahan
studi, namun dalam kehidupan sehari - hari sering ditemukan adanya
seorang yang setelah berhasil dibentuk menjadi pemimpin, ternyata tidak
memiliki kepemimpinan yang baik. Hasil pengamatan yang seperti ini melahirkan
teori ekologi, yang menyebutkan bahwa seseorang memang dapat dibentuk untuk
menjadi pemimpin, tetapi untuk menjadi pemimpin yang baik memang ada bakat -
bakat tertentu yang terdapat pada diri seseorang yang diperoleh dari alam.
3. Gaya
Kepemimpinan
Telah disebutkan bahwa gaya
kepemimpinan tersebut dipengaruhi oleh sifat dan perilaku yang dimiliki oleh
pemimpin. Karena sifat dan perilaku antara seorang dengan orang lainnya tidak
persis sama, maka gaya kepemimpinan ( leadership style ) yang diperlihatkanpun
juga tidak sama. Bertitik tolak dari pendapat adanya hubungan antara gaya
kepemimpinan dengan perilaku tersebut, maka dalam membicarakan gaya kepemimpinan
yang untuk bidang administrasi sering dikaitkan dengan pola manajemen (
pattern of management ), sering dikaitkan dengan pembicaraan tentang perilaku.
Tegantung dari sifat dan perilaku yang
dihadapi dalam suatu organisasi dan atau yang dimiliki oleh pemimpin, maka gaya
kepemimpinan yang diperlihatkan oleh seorang pemimpin dapat berbeda antara satu
dengan yang lainnya.
Berbagai gaya kepemimpinan tersebut
jika disederhanakan dapat dibedakan atas empat macam, yaitu :
a. Gaya
Kepemimpinan Diktator
Pada gaya kepemimpinan diktator (
dictatorial leadership style ) ini upaya mencapai tujuan dilakukan dengan
menimbulkan ketakutanserta ancaman hukuman. Tidak ada hubungan dengan bawahan,
karena mereka dianggap hanya sebagai pelaksana dan pekerja saja.
b. Gaya
Kepemimpinan Autokratis
Pada gaya kepemimpinan ini ( autocratic
leadership style ) segala keputusan berada di tangan pemimpin. Pendapat atau
kritik dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Pada dasarnya sifat yang dimiliki
sama dengan gaya kepemimpinan dictator tetapi dalam bobot yang agak kurang.
c. Gaya
Kepemimpinan Demokratis
Pada gaya kepemimpinan demokratis (
democratic leadership style ) ditemukan peran serta bawahan dalam pengambilan
keputusan yang dilakukan secara musyawarah. Hubungan dengan bawahan dibangun
dengan baik. Segi positif dari gaya kepemimpinan ini mendatangkan keuntungan
antara lain: keputusan serta tindakan yang lebih obyektif, tumbuhnya rasa ikut
memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi. Sedangkan kelemahannya :
keputusan serta tindakan kadang - kadang lamban, rasa tanggung jawab kurang,
serta keputusan yang dibuat terkadang bukan suatu keputusan yang terbaik.
d. Gaya
Kepemimpinan Santai
Pada gaya kepemimpinan santai ( laissez
- faire leadership style ) ini peranan pimpinan hampir tidak terlihat karena
segala keputusan diserahkan kepada bawahan, jadi setiap anggota organisasi
dapat melakukan kegiatan masing - masing sesuai dengan kehendak masing - masing
pula.
4. Pemimpin yang efektif
Seorang
pemimpin yang efektif
adalah seorang pemimpin yang
dapat mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil
yang memuaskan bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa
kepemimpinan yang efektif antara lain menurut :
a. Ruth
M. Trapper (1989 ), membagi menjadi 6 komponen :
1) Menentukan
tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok. Memilih pengetahuan
dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam bidang profesinya.
2) Memiliki
kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami kebutuhan sendiri serta
kebutuhan orang lain.
3) Berkomunikasi
dengan jelas dan efektif.
4) Mengerahkan
energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan
5) Mengambil
tindakan
b. Hellander
( 1974 )
Dikatakan efektif bila pengikutnya
melihat pemimpin sebagai seorang yang bersama - sama mengidentifikasi tujuan
dan menentukan alternatif kegiatan.
c. Bennis
( Lancaster dan Lancaster, 1982 )
Mengidentifikasi empat kemampuan
penting bagi seorang pemimpin, yaitu :
1) Mempunyai
pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem
manusia ( hubungan antar manusia ).
2) Menerapkan
pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.
3) Mempunyai
kemampuan hubungan antar manusia, terutama dalam mempengaruhi orang lain.
4) Mempunyai
sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan seseorang mengenal orang lain
dengan baik.
d. Gibson
( Lancaster dan Lancaster,1982 )
Seorang pemimpin harus mempertimbangkan
:
1) Kewaspadaan
diri ( self awarness )
Kewaspadaan diri berarti menyadari
bagaimana seorang pemimpin mempengaruhi orang lain. Kadang seorang pemimpin
merasa ia sudah membantu orang lain, tetapi sebenarnya justru telah menghambatnya.
2) Karakteristik
kelompok
Seorang pemimpin harus memahami
karakteristik kelompok meliputi : norma, nilai - nilai kemampuannya, pola
komunikasi, tujuan, ekspresi dan keakraban kelompok.
3) Karakteristik
individu
Pemahaman tentang karakteristik
individu juga sangat penting karena setiap individu unik dan masing - masing
mempunyai kontribusi yang berbeda.
5. Kepemimpinan dan kekuasaan
Menurut Gardner yang dikutip oleh
Russel ( 2000 ) mendefinisikan kekuasaan sebagai suatu kapasitas uuntuk
memastikan hasil dari suatu keinginan dan untuk menghambat mereka yang tidak
mempunyai keinginan.
Dasar - dasar kekuasaan
Franch dan Raven mengemukakan lima
dasar kekuasaan interpersonal, yaitu :
a. Kekuasaan
legitimasi
Kekuasaan yang sah adalah kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi sehubungan dengan posisinya. Kekuasaan legitimasi
tidak tergantung kepada bawahan. Seseorang dengan posisi yang lebih tinggi
dalam organisasi mempunyai kekuasaan pada orang - orang yang di bawahnya.
b. Kekuasaan
penghargaan
Pimpinan yang menggunakan kekuasaan
legitimasi dapat menggunakan penghargaan untuk memperoleh kerja sama dari
bawahan. Bawahan mungkin akan menanggapi petunjuk atau permintaan apabila
pimpinan dapat menyediakan penghargaan yang bernilai , misalnya: kenaikan gaji,
pemberian bonus, pemberian hari libur dan lain - lain.
c. Kekuasaan
paksaan
Kekuasaan paksaan adalah kekuasaan
dengan hukuman. Bawahan akan tunduk karena ketakutan. Walaupun kekuasaan
paksaan mungkin digunakan untuk memperbaiki perilaku yang tidak produktif dalam
organisasi, namun seringkali menghasilkan akibat yang sebaliknya.
d. Kekuasaan
kharisma
Seseorang pemimpin yamg kharismatik
dapat mempengaruhi orang karena benar - benar dari pribadi dan tingkah laku dari
pimpinan tersebut.
e. Kekuasaan
ahli
Seseorang yang mempunyai keahlian
khusus mempunyai nilai yang lebih tinggi. Kekuasaan ini tidak terikat pada
urutan tingkatan.
Kelima dari
tipe kekuasaan interpersonal di atas adalah saling ketergantungan karena tipe -
tipe tersebut dapat dipakai dengan cara dikombinasikan dengan berbagai cara dan
masing - masing dapat mempengaruhi yang lainnya.
6. Pimpinan dan kepemimpinan
Manajer atau kepemimpinan adalah orang
yang bertugas melakukan proses atau fungsi manajemen. Berdasarkan hierarki
tugasnya pimpinan dikelompokkan sebagai berikut :
a. Pimpinan
tingkat pertama ( Lower Manager )
Adalah pimpinan yang langsung
berhubungan dengan para pekerja yang menjalankan mesin peralatan atau memberikan
pelayanan langsung pada konsumen. Pimpinan ini diutamakan memiliki proporsi
peranan technical skill yang terbesar dan konseptual skill yang terkecil.
b. Pimpinan
tingkat menengah ( Middle Manager )
Adalah pimpinan yang berada satu
tingkat di atas Lower Manager. Pimpinan ini menjadi saluran informasi dan
komunikasi timbal balik antara Lower Manager dan Top Manager , yakni pimpinan
puncak ( di atas Middle Manager ) sehingga pimpinan ini diutamakan memiliki
kemampuan mengadakan hubungan antara keduanya. Konseptual skill adalah
ketramp[ilan dalam penyusunan konsep - konsep, identifikasi, dan penggambaran
hal - hal yang abstrak. Sedangkan techmnical skill adalah ketrampilan dalam
melakukan pekerjaan secara teknik. Hubungan antara manusia merupakan
ketrampilan dalam melakukan komunikasi dengan sesama manusia lain.
c. Pimpinan
puncak ( Top Manager )
Pimpinan puncak adalah manajer yang
menduduki kewenangan organisasi tertinggi dan sebagai penanggung jawab utama
pelaksanaan administrasi. Pimpinan ini memiliki proporsi peranan konseptual
skill yang terbesar dan technical skill yang terkecil.
Hubungan
antar manusia ada dua jenis :
a. Human
Relations
Adalah hubungan antar manusia intern
dalam organisasi guna membina lancarnya tim kerja.
b. Public
Relations
Adalah hubungan antar manusia ekstern
keluar organisasi.
Tugas -
tugas pimpinan :
a. Sebagai
pengambil keputusan
b. Sebagai
pemikul tanggung jawab
c. Mengerahkan
sumber daya untuk mencapai tujuan sebagai pemikir konseptual
d. Bekerja
dengan atau melalui orang lain
e. Sebagai
mediator, politikus, dan diplomat.
Peranan pemimpin terhadap kelompok:
a. Sebagai
penghubung interpersonal, yaitu merupakan simbul suatu kelompok dalam melakukan
tugas secara hukum dan sosial, mempunyai tanggung jawab dan memotivasi,
mengatur tenaga dan mengadakan pengembangan serta merupakan penghubung jaringan
kerja di luar kelompok.
b. Sebagai
inovator atau pembaharu
c. Sebagai
pemberi informasi, yaitu memonitor informasi yang ada di lingkungan organisasi,
menyebarluaskan informasi dari luar kepada bawahan dan mewakilikelompok sebagai
pembicara.
d. Menghimpun
kekuatan
e. Merangsang
perdebatan masyarakat
f. Membuat
kedudukan perawat di media massa
g. Memilih
suatu strategi utama yang paling efektif, bertindak di saat yang tepat
h. Mempertahankan
kegiatan
i.
Memelihara formaf desentralisasi organisasi
j.
Mendapatkan dan mengembangkan data penelitian yang terbaik
k. Mempelajari
pengalaman
l.
Jangan menyerah tanpa mencoba.
7. Manajemen konflik
Konflik, menurut Deutsch ( 1969 )
didefinisikan sebagai suatu perselisihan atau perjuangan yang timbul bila
keseimbangan antara perasaan, pikiran, hasrat, dan perilaku seseorang yang
terancam. Penyebab konflik, Edmund ( 1979 ) menyebutkan sembilan faktor umum
yang berkaitan dengan semua kemungkinan penyebab konflik, yaitu :
a. Spesialisasi
Sebuah kelompok yang bertanggung jawab
untuk suatu tugas tertentu atau area pelayanan tertentu memisahkan dirinya dari
keompok lain. Seringkali berakibat terjadinya konflik antar kelompok.
b. Peran
yang bertugas banyak
Peran keperawatan membutuhkan seseorang
untuk dapat menjadi seorang manajer, seorang pemberi asuhan yang trampil,
seorang ahli dalam hubungan antar manusia, seorang negosiator, penasihat , dan
sebagainya. Setiap sub peran dengan tugas - tugasnya memerlukan orientasi yang
berbeda - beda yang dapat menyebabkan konflik.
c. Interdependensi
peran
Peran perawat pelaksana dalam praktek
pribadi tidak akan serumit seperti peran perawat dalam tim kesehatan yang
multidisiplin, dimana tugas seseorang perlu didiskusikan dengan orang lain yang
mungkin bersaing untuk area - area tertentu.
d. Kekaburan
tugas
Ini diakibatkan oleh peran yang mendua
dan kegagalan untuk memberikan tanggung jawab dan tanggung gugat untuk suatu
tugas pada individu atau kelompok.
e. Perbedaan
Sekelompok orang dapat mengisi peran
yang sama tetapi perilaku sikap, emosi, dan kognitif orang - orang ini terhadap
peran mereka bisa berbeda.
f. Kekurangan
sumber daya
Persaingan ekonomi, pasien, jabatan,
adalah sumber absolut dari konflik antar pribadi dan antar kelompok.
g. Perubahan
Saat perubahan menjadi lebih tampak,
maka kemungkinan tingkat konflik akan meningkat secara proporsional.
h. Konflik
tentang imbalan
Bila orang mendapat imbalan secara
berbeda - beda, maka sering timbul konflik, kecuali jika mereka terlibat dalam
perbuatan sistem imbalan.
i.
Masalah komunikasi
Sikap mendua, penyimpangan persepsi,
kegagalan bahasa, dan penggunaan saluran komunikasi secara tidak benar,
semuanya akan menyebabkan konfllik.
Manajemen atau penatalaksanaan konflik dapat dilakukan melalui upaya sebagai
berikut:
a. Disiplin
Upaya disiplin digunakan untuk menata
atau mencegah konflik, perawat pengelola harus mengetahui dan memahami
ketentuan peraturan organisasi. Jika ketentuan tersebut belum jelas maka perlu
dilakukan klarifikasi. Disiplin merupakan cara untuk mengoreksi atau
memperbaiki staf yang tidak diinginkan.
b. Mempertahankan
tahap kehidupan
Konflik dapat diatasi dengan membantu
individu perawat mencapai tujuan sesuai dengan tahapan kehidupannya, yang
meliputi :
1) Tahap
dewasa muda
2) Tahap
dewasa menengah
3) Tahap
manusia diatas 55 tahun
c. Komunikasi
Komunikasi merupakan seni yang penting
untuk mempertahankan lingkungan yang terapeutik. Melalui peningkatan komunikasi
yang efektif maka konflik dapat dicegah.
d. Asertif
training
Perawat yang asertif mengetahui bahwa
mereka bertanggung jawab terhadap pikiran, perasaan, dan tindakannya.
Peningkatan kesadaran, training sensitivitas dan training asertif dapat
meningkatkan kemampuan pengelola keperawatan dalam mengatasi perilaku konflik.
Teknik
manajemen konflik :
a. Menetapkan
tujuan
Apabila ingin terlibat dalam manajemen
konflik, maka perawat perlu memahami gambaran yang menyeluruh tentang masalah
atau konflik yang akan diselesaikan. Tujuan yang ingin dicapai antara lain :
meningkatkan alternatif penyelesaian masalah konflik, bila perlu motivasi fihak
yang terlibat untuk mendiskusikan alternatif penyelesaian masalah yang mungkin
diambil sehingga pihak yang terlibat konflik dapat bertanggung jawab terhadap
keputusan yang dipilih.
b. Memilih
strategi
1) Menghindar
Untuk mencegah konflik yang lebih berat
pada situasi yang memuncak, maka strategi menghindar merupakan alternatif
penyelesaian konflik yang bersifat sementara yang tepat untuk dipilih.
2) Akomodasi
Mengakomodasikan pihak yang terlibat
konflik dengan cara meningkatkan kerja sama dan keseimbangan serta
mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah yang tepat dengan cara
mengumpulkan data yang akurat dan mengambil suatu kesepakatan bersama.
3) Kompromi
Dilakukan dengan mengambil jalan tengah
di antara kedua pihak yang terlibat konflik.
4) Kompetisi
Sebagai pimpinan, perawat dapat
menggunakan kekuasaan yang terkait dengan tugas stafnya melalui upaya
meningkatkan motivasi antar staf, sehingga timbul rasa persaingan yang sehat.
5) Kerja
sama
Apabila pihak - pihak yang terlibat
konflik bekerja sama untuk mengatasi konflik tersebut, maka konflik dapat
diselesaikan secara memuaskan.
P e n u t u p
Keperawatan adalah profesi yang terus mengalami perubahan, fungsinya lebih
luas, baik sebagai pelaksana asuhan, pengelola, ahli, pendidik, maupun peneliti
keperawatan. Melihat fungsinya yang luas sebagaimana tersebut di atas, maka
perawat profesional harus dipersiapkan dengan mendapatkan pengetahuan dan
ketrampilan tentang kepemimpinan. Pemimpin keperawatan dibutuhkan baik sebagai
pelaksana asuhan keperawatan, pendidik, manajer, ahli, dan bidang riset
keperawatan.
Dengan model kepemimpinan yang efektif ini, diharapkan di masa yang akan datang
profesi keperawatan bisa diterima dengan citra yang baik di masyarakat luas
sebagai suatu profesi yang dikembangkan berdasarkan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedang berkembang.
Daftar
pustaka
1. Azrul
Anwar ( 1996 ), Pengantar administrasi kesehatan, Binarupa
Aksara, Jakarta.
2. ----------------
( 1996 ), Kepemimpinan
keperawatan dalam
gerakan inovasi keperawatan (
makalah disampaikan pada seminar keperawatan
di PAM Keperawatan Soetopo, Surabaya ).
3. Djoko
Wiyono ( 1997 ), Manajemen kepemimpinan
dan organisasi kesehatan,
Airlangga University Press, Surabaya.
4. La
Monika Elaine L ( 1998 ), Kepemimpinan dan manajemen
keperawatan, EGC, Jakarta.
5. Prayitno
Subur ( 1997 ), Dasar - dasar
administrasi kesehatan
masyarakat, Airlangga, University Press, Surabaya.
6. Swanburg
Russel C. ( 2000 ), Pengantar kepemimpinan & manajemen keperawatan,
EGC, Jakarta.
7. Nursalam
(2002) Manajemen Keperawatan; Aplikasi pada praktek perawatan profesional,
Salemba Medika, Jakarta