PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK ☼
Analisa
CSS dari fungsi lumbal :
Meningitis
bakterial :
Tekanan meningkat, cairan keruh / berkabut, jumlah sel darah putih dan protein
meningkat; glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.
Meningitis
virus : tekanan
bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan
protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya hanya
dengan prosedur khusus.
Glukosa
serum : Meningkat
(meningitis).
LDH
serum : Meningkat
(pada meningitis bakteri).
Sel
darah putih :
sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri).
Elektrolit
darah : Abnormal.
ESR
/ LED : Meningkat
(pada meningitis).
Kultur
darah / hidung / tenggorok / urine : Dapat mengindikasikan daerah “pusat”
infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
MRI
/ CT-Scan :
Dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak
ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.
EEG
: Mungkin terlihat gelombang lambat
secara fokal atau umum (ensefalitis) atau voltasenya
meningkat (abses).
Ronsen
dada, kepala dan sinus :
Mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi kranial.
Arteriografi
karotis : Letak
abses lobus temporal, abses serebral posterior.
☼
ASUHAN KEPERAWATAN ☼
1.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Testing Cerebral Function
♦ Status mental
a. Pemeriksaan orientasi
Tanya klien tentang :
·
Nama Negara kita
·
Nama Ibukota Negara kita
·
Tempat tinggal
·
Tempat lahir
·
Alamat sekolah
Tanya klien tentang :
·
Hari apa
·
Tanggal berapa
·
Jam berapa
·
Bulan berapa
·
Tahun berapa
2. Pemeriksaan daya ingat
Klien diperlihatkan sendok,
garpu dan bolpoint selama kurang lebih 1 detik
Minta klien untuk menyebutkan nama
benda.
3. Perhatian dan perhitungan
Tanya klien tentang perhitungan :
100-7:
93-7 :
86-7 :
79-7 :
72-7 :
4.
Fungsi bahasa
Ø
Perlihatkan orang coba penghapus dan
penggaris, Tanya nama benda tersebut
Ø
Minta orang coba untuk mengatakan
“jika tidak “ atau “andai tetapi”
Ø
Minta orang coba untuk mengambil
penggaris dari baki, diketukkan 3 kali di baki, serahkan ke temannya
Ø
Perlihatkan kertas perintah pada
orang coba.
♦ Tingkat kesadaran
1. Alert
● Klien dapat merespon dengan tepat terhadap stimulus audio, tactil,
visual
● Orientasi (orang, tempat,waktu) baik.
2. Lethargi
● Sering tidur/ngantuk
● Klien dapat bangun dengan mudah bila dirangsang denghan suara
● Respon tepat.
3. Obtuned
● Klien akan bangun diranhsang suara lebih keras atau menepuk dadanya
● Klien akan tidur lagi setelah bangun
● Respon tepat.
4.
Stuport
● Ada respon terhadap nyeri
● Klien tidak sadar penuh selama stimulasi
● Withdrawl refleks.
5.
Comatase
● Tidak ada respond an refleks terhadap stimulus
● Flaccid muscle tone pada tangan dan kaki.
Cara
mengkaji kesadaran dengan menggunakan GCS
1.
Respon Buka Mata, lakukanlah dengan cara memeriksa respon buka mata dengan
urutan :
♠ Dekati klien
→ buka mata
♠ Bila tidak buka mata, beri rangsangan suara/taltil
♠ Bila tetap tidak buka mata beri cubitan
♠ Bila dengan nyeri klien tidak buka mata.
2.
Respon Motorik, lakukan dengan cara memerintah orang coba untuk
mengangkat tangan dengan urutan :
♠ Bila langsung mengangkat tangan sesuai perintah
♠ Bila tidak mengerti perintah, cubit salah satu bagian tangan, tangan
tersebut menghindar → mengenali nyeri lokal
♠ Bila dengan cubitan seluruh tangan menghindar → hanya mengenali nyeri
♠ Bila tetap tidak berespon cubit bagian dada → dekortikasai
♠ Dengan cubitan decerebbrasi
♠ Dengan nyeri tidak berespon.
3.
Respon Bicara, Tanya orang coba melalui tahapan :
♠ Beri pertanyaan komprehensif
♠ Dengan pertanyaan sederhana orang coba bingung
♠ Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang tidak sesuai
♠ Hanya mengeluarkan suara erangan, hem,dll
♠ Tidak berespon suara.
♦
Pengkajian bicara
1.
Pengkajian bicara – Proses Resiptive
Kaji
cara pengucapan, kemampuan baca. Beri pertanyaan yang sederhana yang memerlukan
jawaban lebih dari satu kata. Kemudian minta klien untuk membaca.
2.
Pengkajian bicara – Proses Expressive
Kemudian
untuk mengekspresikan sesuatu, perhatikan apakah bicara klien
lancar,spontan,jelas. Sesuaikan dengan usia dan pendidikan klien. (Suradi
Efendi : 2005
☼
MASALAH DAN INTERVENSI KEPERAWATAN ☼
Masalah
keperawatan yang mungkin dijumpai pada klien dengan infeksi susunan saraf pusat
(meningitis, encephalitis, abses otak) serta intervensinya :
1.
Potensial penyebaran infeksi
Kemungkinan penyebab :
-
Proses peradangan
-
Cairan tubuh yang statis
-
Daya tahan tubuh yang kurang.
Tujuan dan kriteria evaluasi
Sampai terjadi penyembuhan, infeksi sekunder tidak terjadi.
Intervensi Keperawatan
1.
Isolasi klien
2.
Pertahankan teknik aseptik dan cuci tangan setiap kali kontak dengan klien baik
itu pengunjung maupun petugas
3.
Hindarkan klien dari orang-orang yang mengalami ISPA baik petugas maupun
pengunjung
4.
Observasi secara teratur tiap 4-6 jam suhu tubuh klien
5.
Kaji kemungkinan adanya nyeri dada, nadi yang tidak teratur ataupun panas tubuh
yang menetap.
6.
Auskultasi bunyi nafas, pola dan frekuensinya
7.
Lakukan perubahan posisi secara teratur dan anjurkan klien untuk nafas dalam
8.
Observasi urine out put : warna, bau, jumlah.
Tindakan Kolaboratif
a.
Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian antibiotik baik secara IV maupun
Intra thecal
b.
Kolaborasi terhadap kemungkinan pembedahan.
2.
Gangguan perfusi serebral
Kemungkinan
penyebab :
-
Hypovolemia
-
Udema serebral
-
Sirkulasi darah ke otak yang kurang
Tujuan
/ kriteria hasil
-
Kesadaran
baik
-
Fungsi motorik dan sensorik baik
-
Tanda-tanda vital stabil
-
Nyeri kepala berkurang atau hilang
-
Tidak ada tanda-tanda peningkatan
tekanan intrakranial.
Intervensi
Keperawatan
-
Klien bed rest dengan posisi
terlentang atau posisi elevasi 15 – 450 sesuai indikasi.
-
Monitor tanda-tanda vital setiap 4
jam (waspada terhadap terjadinya peningkatan sistolik, tekanan nadi yang
meningkat, nadi, pernapasan yang tidak teratur
-
Monitor status neurologik secara
teratur dan bandingkan dengan data-data sebelumnya
-
Kaji adanya kaku kuduk, Twitching,
iritabilitas dan kejang-kejang
-
Cegah kemungkinan peningkatan suhu
tubuh dengan mengurangi pakaian, selimut dan bila panas berikan kompres
-
Monitor intake dan out put, catat
karakteristik urine, turgor kulit dan kondisi membran mukosa
-
Bantu klien menghindari batuk,
muntah dan obstipasi. Anjurkan klien untuk merubah-rubah posisinya
-
Ciptakan kenyamanan dengan melakukan
massage pada punggung, lingkungan yang hangat, sentuhan yang lembut dan
hindarkan suara-suara yang keras
-
Berikan waktu untuk istirahat
diantara aktivitas-aktivitas dan hindarkan prosedur yang terlalu lama.
Tindakan
Kolaboratif
a.
Kolaborasi untuk pemberian cairan intravena baik elektrolit atau cairan
hipertonis.
b.
Kolaborasi untuk pemeriksaan analisa gas darah
c.
Kolaborasi pemberian oksigen
d.
Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti steroid, chlorpromazine,
acetaminophen.
3.
Potensial terjadinya trauma
Kemingkinan
penyebab :
-
Kelelahan, paralise, parasthesia,
ataxia, vertigo
-
Rangsangan kejang
Tujuan
/ kriteria hasil :
tidak terjadi trauma.
Intervensi
-
Beri papan pengaman di sisi tempat
tidur
-
Siapkan mesin penghisap lendir di
sisi tempat tidur
-
Awasi klien selama terjadi kejang
-
Hindarkan penekanan pada tubuh
selama terjadi kejang
-
Mempertahankan bed rest selama fase
akut
-
Bantu klien dalam mobilisasi
Tindakan
Kolaboratif
Kolaborasi
pemberian terapi seperti dilantin dan luminal.
4.
Perubahan rasa nyaman : Nyeri
Kemungkinan
penyebab :
-
Proses peradangan / infeksi
-
Sirkulasi toxin
Tujuan
/ kriteria hasil
-
Nyeri berkurang atau hilang
-
Klien tampak relak
-
Klien dapat tidur dan istirahat
dengan baik.
Intervensi
-
Ciptakan lingkungan yang tenang,
jauh dari stimulus yang berlebihan seperti
kebisingan, cahaya yang berlebih / silau
-
Pertahankan tetap bed rest dan Bantu
aktifitas sehari-hari
-
Berikan kompres dingin pada kepala dan
dahi
-
Pertahankan posisi yang nyaman bagi
klien
-
Lakukan massage pada daerah leher,
otot bahu dan punggung
-
Gunakan penghangat di daerah leher
dan punggung, bisa berupa balsem atau handuk yang dihangatkan.
Tindakan
Kolaboratif
Kolaborasi
pemberian analgesik seperti codein.
5.
Perubahan / gangguan mobilitas fisik
Kemungkinan
penyebab :
-
Kerusakan neuromuskular
-
Perubahan kognitif – perceptual
-
Nyeri / discomfort
-
Bed rest
Tujuan
/ kriteria hasil
-
Tidak terjadi kontraktur, drop foot
-
Integritas kulit baik
-
Fungsi eliminasi baik
-
Kekuatan dan fungsi otot baik.
Intervensi
-
Kaji tingkat kemampuan klien dalam
melakukan aktifitas
-
Rubah posisi klien setiap dua jam
-
Letakkan klien dalam posisi prone
satu atau dua hari apabila pasien kooperatif
-
Latih pasien untuk melakukan
pergerakan (ROM) aktif / pasif untuk semua aktifitas
-
Gunakan penahan / foot board selama
terjadi paralise kaki / tungkai
-
Jaga agar posisi kepala tetap
seimbang dalam posisi terlentang
-
Evaluasi penggunaan alat-alat bantu
selama paralise misalnya posisi foot board
-
Kaji kemampuan untuk duduk, kekuatan
tangan, kaki dan keseimbangan untuk berdiri serta gunakan alat untuk menahan
tekanan pada tulang yang menonjol
-
Kaji kemungkinan sirkulasi darah
yang tidak adekuat seperti perubahan warna kulit, edema dan tanda-tanda lainnya
-
Observasi keadaan integritas kulit
dan lakukan massage untuk melancarkan sirkulasi darah
-
Bila pasien mulai duduk lakukan
segera pengukuran tanda-tanda vital
-
Gunakan bantal di atas kursi untuk
menahan penekanan dan kaji berat badan secara intensif
-
Dorong pasien untuk melakukan
aktifitas dan beri pujian bila ia dapat melakukannya dengan baik.
Tindakan
Kolaboratif
a.
Konsultasi dengan Fisioterapi bila pasien menolak untuk melakukan aktifitas
b.
Kaji kemungkinan pemasangan alat elektrik untuk stimulasi sesuai dengan
indikasi
c.
Beri obat-obatan anti spasmodik dan perangsang otot sesuai dengan program
pengobatan. (Depkes : 1995)
☼
DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN ☼
AKTIVITAS
/ ISTIRAHAT
Gejala
:
Perasaan tidak enak (malaise).
Keterbatasan
yang ditimbulkan oleh kondisinya.
Tanda
:
Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter.
Kelemahan
secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak.
Hipotonia.
SIRKULASI
Gejala
:
Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis, beberapa
Penyakit
jantung kongenital (abses otak).
Tanda
:
Tekanan darah
meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat
(berhubungan
dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada pusat
vasomotor).
Takikardia,
disritmia (pada fase akut), seperti disritmia sinus (pada meningitis).
ELIMINASI
Tanda
:
Adanya
inkontinensia dan / atau retensi.
MAKANAN
/ CAIRAN
Gejala
:
Kehilangan nafsu makan.
Kesulitan
menelan (pada periode akut).
Tanda
:
Anoreksia, muntah.
Turgor
kulit jelek, membran mukosa kering.
HYGIENE
Tanda
:
Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri (pada
periode
akut).
NEUROSENSORI
Gejala
:
Sakit kepala (mungkin merupakan gejala pertama dan biasanya
berat).
Parestesia,
terasa kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan sensasi (kerusakan
pada saraf kranial). Hiperalgesia / meningkatnya sensitivitas pada nyeri
(mengitis). Timbul kejang
(meningitis
bakteri atau abses otak).
Gangguan
dalam penglihatan, seperti diplopia (fase awal dari beberapa infeksi).
Fotofobia
(pada meningitis).
Ketulian
(pada meningitis atau ensefalitis) atau mungkin hipersensitif terhadap
kebisingan.
Adanya
halusinasi penciuman atau sentuhan.
Tanda
:
Status mental / tingkat kesadaran: letargi sampai kebingungan yang
berat
hingga koma, delusi dan halusinasi / psikosis organik (ensefalitis).
Kehilangan
memori, sulit dalam mengambil keputusan (dapat merupakan awal gejala
berkembangnya hidrosefalus komunikan yang mengikuti meningitis bakterial).
Afasia
/ kesulitan dalam berkomunikasi.
Mata
(ukuran / reaksi pupil); unisokor atau tidak berespons terhadap cahaya
(peningkatan TIK), nistagmus (bola mata bergerak-gerak terus-menerus).
Ptosis
(kelopak mata atau jatuh). Karakteristik fasial (wajah): perubahan pada fungsi
motorik dan sensorik (saraf kranial V dan VII terkena).
Kejang
umum atau lokal (pada fase abses otak), kejang lobus temporal. Otot mengalami
hipotonia / flaksid paralisis (pada fase akut meningitis), spastik
(ensefalitis).
Hemiparese
atau hemiplegia (meningitis / ensefalitis).
Tanda
Brudzinski positif dan atau tanda kernig positif merupakan indikasi adanya
iritasi meningeal (fase akut).
Rigiditas
nukal (iritasi meningeal).
Refleks
tendon dalam: terganggu, Babinski positif.
Refleks
abdominal menurun / tidak ada, refleks kremastetik hilarg pada laki-laki
(meningitis).
NYERI
/ KENYAMANAN
Gejala
:
Sakit kepala (berdenyut dengan hebat, frontal) mungkin akan
diperburuk
oleh ketegangan leher / punggung kaku; nyeri pada gerakan okular,
fotosensitivitas, sakit; tenggorok nyeri.
Tanda
:
Tampak terus terjaga, perilaku distraksi / gelisah. Menangis /
mengaduh
/ mengeluh.
PERNAPASAN
Gejala
:
Adanya riwayat infeksi sinus atau paru (abses otak).
Tanda
:
Peningkatan kerja pernapasan (episode awal).
Perubahan
mental (letargi sampai koma) dan gelisah.
KEAMANAN
Gejala
:
Adanya riwayat infeksi saluran napas atas / infeksi lain, meliputi:
mastoiditis,
telinga tengah, sinus, abses gigi; infeksi pelvis, abdomen atau kulit, fungsi
lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak / cedera kepala, anemia sel sabit.
Imunisasi
yang baru saja berlangsung; terpajan pada meningitis, terpajan oleh campak,
chickenpox, herpes simpleks, mononukleosis, gigitan binatang, benda asing yang
terbawa.
Gangguan
penglihatan / pendengaran.
Tanda
:
Suhu meningkat, diaforesis, menggigil.
Adanya
ras, purpura menyeluruh, perdarahan subkutan.
Kelemahan
secara umum; tonus otot flaksid atau spastik; paralisis atau paresis.
Gangguan
sensasi.
PENYULUHAN
/ PEMBELAJARAN
Gejala
:
Adanya riwayat menggunakan obat (abses otak).
Hipersensitif
terhadap obat (meningitis non-bakteri).
Masalah
medis sebelumnya, seperti penyakit kronis / gangguan umum, alkololisme,
diabetes melitus, splenektomi, implantasi pirau ventrikel.
Pertimbangan
DRG
menunjukkan rerata lama perawatan : 8,4 hari.
Rencana
pemulangan :
Mungkin
membutuhkan bantuan pada semua bidang, meliputi perawatan diri dan
mempertahankan tugas / pekerjaan rumah.
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
INFEKSI, RISIKO TINGGI TERHADAP,
(PENYEBARAN)
Faktor
risiko meliputi :
Diseminata hematogen dari patogen.
Stasis cairan tubuh.
Penekanan respons inflamasi (akibat-obat).
Pemajanan orang lain terhadap patogen.
Kemungkinan
dibuktikan oleh :
(tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda
dan
gejala-gejala membuat diagnosa aktual).
HASIL
YANG DIHARAPKAN /
Mencapai masa penyembuhan tepat waktu,
KRITERIA
EVALUASI
tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau
PASIEN
AKAN :
keterlibatan
orang lain.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERFUSI JARINGAN, PERUBAHAN :
SEREBRAL, RISIKO TERHADAP
Faktor
risiko meliputi : Edema
serebral yang mengubah/menghentikan
aliran darah arteri / vena.
Hipovolemia.
Masalah
pertukaran pada tingkat seluler (asidosis).
Kemungkinan
dibuktikan oleh : (Tidak
dapat diterapkan; adanya tanda-tanda
dan
gejala-gejala membuat diagnosa aktual).
HASIL
YANG DIHARAPKAN / Mempertahankan
tingkat kesadaran biasanya /
KRITERIA
EVALUASI
membaik dan fungsi motorik / sensorik.
PASIEN
AKAN :
Mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
Melaporkan tak adanya / menurunkan berat sakit kepala.
Mendemonstrasikan
tak adanya perbaikan kognitif dan tanda peningkatan TIK.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
:
TRAUMA, RISIKO TINGGI TERHADAP
Faktor
risiko meliputi :
Iritasi korteks
serebral mempredisposisikan
muatan
neural dan aktivitas kejang umum.
Keterlibatan
area lokal (kejang lokal).
Kelemahan
umum, paralisis parestesia.
Ataksia,
vertigo.
Kemungkinan
dibuktikan oleh :
(TIdak dapat diterapkan, adanya
tanda-tanda
dan
gejala-gejala membuat diagnosa aktual).
HASIL
YANG DIHARAPKAN /
Tidak mengalami kejang / penyerta atau
KRITERIA
EVALUASI –
cedera lain.
PASIEN
AKAN :
DIAGNOSA
KEPERAWATAN :
NYERI, (AKUT)
Dapat
dihubungkan dengan :
Agen pencedera biologis, adanya proses
infeksi
/ inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
Kemungkinan
dibuktikan oleh :
Melaporkan sakit kepala, fotofobia, nyeri otot/
sakit
punggung.
Perilaku
distraksi : menangis, meringis, gelisah.
Perilaku
berlindung, memilih posisi yang khas.
Tegangan
muskuler; wajah menahan nyeri, pucat.
Perubahan
tanda-tanda vital.
HASIL
YANG DIHARAPKAN /
Melaporkan nyeri hilang / terkontrol.
KRITERIA
EVALUASI –
Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur /
PASIEN
AKAN :
istirahat dengan tepat.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
:
MOBILITAS FISIK, KERUSAKAN
Dapat
dihubungkan dengan:
Kerusakan neuromuskuler, penurunan ke
kuatan
/ ketahanan.
Kerusakan
persepsi / kognitif.
Nyeri
/ ketidaknyamanan.
Terapi
pembatasan (tirah baring).
Kemungkinan
dibuktikan oleh :
Enggan mengusahakan gerakan.