Dari tahun ke tahun, jumlah lansia (60 tahun ke atas) semakin meningkat. Tahun
1970 jumlahnya mencapai 5,3 juta orang, pada 1990 menjadi 12,7 juta orang, dan
Tahun 2010 menjadi 24 juta jiwa. Jumlah orang lanjut usia (lansia) di Indonesia
menduduki nomor empat di dunia, setelah China, India dan USA. Di Indonesia,
harapan hidup lansia rata-rata mencapai 72 tahun. Untuk perempuan sedikit lebih
panjang. Ujung dari keintiman perkawinan bisa berujung kejam dan pahit bagi
seorang Pria. Saat isteri meninggal, para pria umumnya tidak bisa mengatasi
kesendiriannya dengan baik. Pengalaman kami mendampingi klien dengan keluhan
orangtua yang berusia lanjut adalah, mereka merasa dilematis apakah merawat
sendiri ortu yang sudah sepuh atau memasukkan ke panti jompo. Sering muncul
konflik antara mereka dengan orangtua, antara mereka bersaudara kandung. Kadang
satu sama lain saling mengklaim bahwa dirinyalah yang paling peduli ortu,
lainnya tidak.
Meninggal di usia sepuh
Mereka yang berusia 70-80 an memiliki kepastian yang lebih tinggi untuk
ditinggal mati oleh pasangannya dibandingkan mereka yang berusia 30-an. Namun
bukan berarti kematian di usia 80an ini dirasakan sebagai sesuatu yang lebih
mudah. Ditinggalkan pada usia setua ini jauh lebih sulit, sebab kemungkinan
untuk menikah lagi sangat minim. Jadi kemungkinan merasa kesepian jauh lebih
kuat. Ujung dari keindahan perkawinan bagi pria khususnya menjadi terasa kejam
dan pahit. Saat isteri meninggal, para pria umumnya tidak bisa mengatasi
kesendiriannya dengan baik. Ada beberapa hal menarik yang perlu ditangani oleh
seorang terapis keluarga :
Ada beberapa pergumulan lansia menjelang meninggal dunia. Di antaranya,
bagamana mengatasi berbagai kesulitan yang muncul, sebab dia seakan-akan merasa
duduk di satu tempat di mana semua “burung pemakan bangkai” sedang menunggu
kematiannya. Anak dan mantu akan memperebutkan warisan. Sebab selama ini
anak-anak kurang akur. Pada saat seorang ibu menikah kembali, keluarga akan
tetap berjalan. Seorang ibu akan memastikan hal ini. Namun pada saat seorang
ayah menikah kembali, keadaan keuangan menjadi tidak aman dan pernikahan
seorang ayah akan meletakkan hambatan antara ayah dan anak-anaknya sebab ayah
akan bergabung dengan keluarga isteri (baru) nya. Salah satu keuntungan menjadi
orang miskin adalah biasanya anak-anak anda akan bersukacita saat Anda menikah
lagi di masa tua. Anak-anak juga menghadapi keadaan yang sulit pada saat
menemukan orangtuanya hidup sendirian, siapa yang akan mengurus. Saling menuduh
antara anak akan timbul disini.
Sindrom lansia
Keluarga merasa banyak kesulitan saat orang tua mereka mulai lanjut usia.
- Ortu mereka menjadi sangat khawatir akan kesehatannya padahal dia sehat-sehat saja.
- Menjadi suka dan terus-menerus berbicara tentang masa lalu, dan selalu menuntut perhatian untuk minta didengarkan.
- Ortu mudah marah karena hal-hal sepele, cenderung kaku dan otoriter. Biasanya setelah orang tua mulai pikun barulah anak anak mulai menyadari bahwa otak orang tuanya mungkin sudah tidak lagi berfungsi dengan baik. Mereka sadar perilaku ortu yang mudah marah itu mungkin merupakan usaha dia mengatasi kesulitan tersebut.
- Beberapa dari mereka mulai tidak mempedulikan kebersihan diri-sendiri, sering kehilangan benda-benda atau malah suka menyembunyikan benda-benda.
- Mulai suka membicarakan orang yang sudah lama meninggal, melantur saat sedang berbicara, dan tidak mengembalikan gagang telepon ke tempatnya.
- Dia mudah lupa bahwa Anda baru saja menelepon dan meributkan terus menerus mengapa Anda tidak meneleponnya.
- Dia juga mungkin punya kebiasaan aneh, suka menaruh uang di kulkas dan suka menyimpan berkas koran hanya karena di koran itu dia merasa ada sesuatu yang penting baginya meskipun dia tidak bisa mengingatnya.
Mempersiapkan diri
Setiap kita akan memasuki masa itu, masa tua. Kita akan menjumpai banyak
kesulitan saat berada di usia sepuh. Di antaranya pikiran yang berkurang,
relasi yang menurun, juga kesehatan memburuk. Raja Salomo pernah menulis,
“Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang
dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: “Tak ada kesenangan bagiku di
dalamnya!”. Jadi, Kita perlu menyiapkan masa itu dengan cara menghidupi masa
muda kita dengan baik. Khususnya memiliki dan membangun relasi yang baik dengan
keluarga, terutama anak-anak. Penting untuk mempersiapkan finansial dan punya
kegiatan yang membuat kita tidak terasing. Hal utama lainnya adalah, memiliki
mental dan kehidupan spiritual yang sehat. Memiliki relasi pribadi dengan Tuhan
banyak berdoa dan bersyukur membuat hati lebih tegar menghadapi masa yang sukar
di usia ini. Musa bersaksi di masa tuanya. Dia berkata bahwa masa ini sangatlah
berat. Kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan (penyakit). Namun dengan
semangat imannya Musa berdoa: “Berikanlah kami sukacita seimbang dengan
kesukaran yang kami alami di masa tua ini“. Sukacita Ilahi menjadi kekuatan
utama bagi kaum sepuh, sambil bersiap djemput memasuki kehidupan abadi.
Mendampingi lansia
Seorang bijak mengatakan, jika orangtua memberikan perhatian dan kasih yang
besar di awal usia kita, maka layaklah kita memberikan kasih yang maksimal di
akhir hidup orangtua kita. Mereka layak menerima hormat dan kasih kita, lepas
dari kekurangan mereka. Sebab merekalah yang melahirkan dan mengasuh kita.
Apalagi disertai janjiNya, ada berkat khusus bagi anak yang tahu berbakti.
Kadang keadaan kita terbatas, maka kerjasama dan kesehatian dengan saudara
lainnya diperlukan untuk mengurus orangtua yang sudah sepuh, apalagi jika sudah
menderita sakit. Perlu diskusi yang demokratis saat memutuskan ortu masuk ke
panti jompo. Pembagian tugas dibuat seadil-adilnya, demikian juga proporsi
bantuan finansial. Akhirnya, jangan lupa, kasih dan perhatian Anda pada ortu
akan dilihat anak-anak, dan itu pula kelak dia tiru saat Anda menjadi sepuh.
Apa yang ditabur, itu dituai.
Semoga bermanfaat