pengkajian dan askep kanker nasofaring

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN 

3.1 Pengkajian
a. Identitas/ biodata klien
  1. Nama                                         
  2. Tempat tanggal lahir                 
  3. Umur                                         
  4. Jenis Kelamin                            
  5. Agama                                       
  6. Warga Negara                           
  7. Bahasa yang digunakan                        
Penanggung Jawab             
  1. Nama                                         
  2. Alamat                                     
10.  Hubungan dengan klien            
b. Keluhan Utama
            Leher terasa nyeri, semakin lama semakin membesar, susah menelan, badan merasa lemas, serta BB turun drastis dalam waktu singkat.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu      
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
g. Keadaan Lingkungan

3.2 Observasi
3.2.1 Keadaan Umum
  1. Suhu 
  2. Nadi  
  3. Tekanan Darah         
  4. RR    
  5. BB    
  6. Tinggi badan 
3.2.2  Pemeriksaan Persistem
B1 (breathing)                 : RR meningkat, sesak nafas, produksi sekret meningkat.
B2 (blood)                         : normal
B3 (brain)                         : Pusing, nyeri, gangguan sensori
B4 (bladder)                      : Normal
B5 (bowel)                        : Disfgia, Nafsu makan turun, BB turun
B6 (bone)                          : Normal


3.3  Diagnosa
  1. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen injuri fisik (pembedahan).
  2. Gangguan  sensori  persepsi (pendengaran )  berubungan  dengan  gangguan  status  organ sekunder metastase tumor
  3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
  4. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
  5. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan perkembangan penyakit, pengobatan penyakit.


3.4 Intervensi
  1. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen injuri fisik (pembedahan).
    Tujuan             : Rasa nyeri teratasi atau terkontrol
    Kriteria hasil    :
  • Mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi nyeri
  • Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal pada AKS
Intervensi Rasional
Mandiri
  1. Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi, frekuensi, durasi

  1. Berikan tindakan  kenyamanan dasar (reposisi, gosok punggung) dan aktivitas hiburan.
  2. Dorong  penggunaan ketrampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi) musik, sentuhan terapeutik.
  3. Evaluasi penghilangan nyeri atau  control

Kolaborasi
  1. Berikan analgesik sesuai indikasi misalnya Morfin, metadon atau campuran narkotik

  1. Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektivan intervensi
  2. Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian

  1. Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol



  1. Kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS

  1. Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker, meskipun respon individual berbeda. Saat perubahan penyakit atau pengobatan terjadi, penilaian dosis dan pemberian akan diperlukan

  1. Gangguan  sensori  persepsi (pendengaran )  berubungan  dengan  gangguan  status  organ sekunder metastase tumor
Tujuan : mampu beradaptasi terhadap perubahan sensori pesepsi.
Kriteria Hasil: mengenal gangguan dan berkompensasi terhadap perubahan.

Intervensi Rasional
  1. Tentukan ketajaman pendengaran, apakah satu atau dua telinga terlibat .
  2. Orientasikan pasien terhadap lingkungan.
  3. Observasi tanda-tanda dan gejala disorientasi.

1.  Mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan kebiasaan pasien .
2. Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan proses penyembuhan.
3. Mengetahui faktor penyebab gangguan persepsi sensori  yang lain dialami dan dirasakan pasien.









  1.  Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil : 1. Berat badan dan tinggi badan ideal.
                        2. Pasien mematuhi dietnya.
                        3. Kadar gula darah dalam batas normal.
                        4. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.

Intervensi Rasional
  1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.




  1. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.

  1. Timbang berat badan setiap seminggu sekali.




4. Identifikasi perubahan pola makan.


  1.  Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.

  1.  Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.

  1.  Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet).

  1.  Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.



  1.  Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil : 1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.

Intervensi Rasional
  1. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan Ca. Nasofaring


  1. Kaji latar belakang pendidikan pasien.





  1.  Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.

  1. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.



  1. gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada / memungkinkan).

  1. Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.

  1.  Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.

  1.  Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.


4.  Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.

  1.  Gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan.


5.Harga diri Rendah berhubungan dengan perubahan perkembangan penyakit, pengobatan penyakit.
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 3×24 jam klien menerima keadaan dirinya
Kriteria Hasil :
1)                 Menjaga postur yang terbuka
2)                 Menjaga kontak mata
3)                 Komunikasi terbuka
4)                 Menghormati orang lain
5)                 Secara seimbang dapat berpartisipasi dan mendengarkan dalam kelompok
6)                 Menerima kritik yang konstruktif
7)                 Menggambarkan keberhasilan dalam kelompok social

Intervensi Rasional
  1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.




  1.  Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.

  1. Gunakan komunikasi terapeutik.




  1.  Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.


  1.  Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.

  1.  Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.


  1.  Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

  1. Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.

  1. Dapat meringankan beban pikiran pasien.


  1. Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.

  1. Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.

  1. Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.

  1. Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.


  1. Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas
    1.                                                                                                                         ii.         
 DOWNLOAD : WOC KANKER NASOFARING
BAB 4
PENUTUP

4.1       Kesimpulan
            Kanker nasofaring atau dikenal juga dengan kanker THT adalah penyakit yang disebabkan oleh sel ganas (kanker) dan terbentuk dalam jaringan nasofaring, yaitu bagian atas faring atau tenggorokan. Kanker ini paling sering terjadi di bagian THT, kepala serta leher. Sampai saat ini belum jelas bagaimana mulai tumbuhnya kanker nasofaring. Namun penyebaran kanker ini dapat berkembang ke bagian mata, telinga, kelenjar leher, dan otak. Sebaiknya yang beresiko tinggi terkena kanker nasofaring rajin memeriksakan diri ke dokter, terutama dokter THT. Risiko tinggi ini biasanya dimiliki oleh laki-laki atau adanya keluarga yang menderita kanker ini.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta.
Doenges, M. G. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta.
Dunna, D.I. Et al. (1995). Medical  Surgical Nursing ; A Nursing Process Approach. 2 nd Edition : WB Sauders.
Lab. UPF Ilmu Penyakit THT FK Unair. (1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Lab/UPF Ilmu Penyakit THT. Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetom Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya.
Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (2000). Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT. Edisi kekempat. FKUI : Jakarta.
Sri Herawati. (2000). Anatomi Fisiologi Cara Pemeriksaan Telinga, Hidung, Tenggorokan. Laboratorium Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
 

Link Kesehatan Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger