pengkajian dan askep polip

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.       Pengkajian
Anamnesa
Data demografi  
Nama                     :           Tn. RJ
Umur                     :           27 th
Jenis kelamin         :           Laki-Laki
Status                    :           Kawin
Agama                   :           islam
Suku bangsa          :           jawa
Pendidikan                        :           Sarjana
Pekerjaan               :           swasta
Alamat                  :           kenjeran baru 2A
Dx medis               :           Polip

Riwayat penyakit sekarang : klien merasaan buntu pada hidung dan nyeri kronis pada hidung.
Keluhan utama: sulit bernapas.
a)      Riwatan penyakit dahulu: Klien memiliki riwayat penyakit sinusitis, rhinitis alergi, serta riwayat penyakit THT. Klien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma. Selain itu, klien pernah menderita sakit gigi geraham.
b)      Riwayat penyakit keluarga: -
c)       Riwayat psikososial
-        Intrapersonal : klien merasa cemas akibat nyeri yang kronis.
-        Interpersonal : gangguan citra diri yang berhubungan dengan suara sengau akibat massa dalam hidung.

d)        Pemeriksaan fisik persistem 
1)      B1 (breath): RR dapat meningkat atau menurun, terjadi perubahan pola napas akibat adanya massa yang membuntu jalan napas, adanya suara napas tambahan seperti ronchi akibat penumpukan secret, serta terlihat adanya otot bantu napas saat inspirasi
2)       B2 (blood): -
3)       B3 (brain): adanya nyeri kronis akibat pembengkakan pada mukosa, gangguan penghidu atau penciuman
4)       B4 (bladder): terjadi penurunan intake cairan
5)       B5 (bowel): nafsu makan menurun, berat badan turun, klien terlihat lemas
6)       B6 (bone): -
3.2.       Analisa Data

No Data Etiologi Masalah
1 DS: nafsu makan berkurang
DO: berat badan turun, porsi makan tidak habis

Polip

Penurunan indera penciuman

Gangguan persepsi sensori: penciuman
2 DS: klien merasa ada sumbatan di hidung
DO : RR 24 x/menit, pola nafas tidak teratur, terlihat adanya otot bantu napas saat inspirasi, adanya suara napas tambahan (ronchi)

Adanya masa

aliran/drainase sekret tertahan

Hidung tersumbat

Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. DS:klien merasa lemas, nafsu makan turun.
DO:kurus, BB menurun (dari 65 kg menjadi 61 kg), albumin << 3,2  , Hb << 11  , rambut terlihat memerah pada anak-anak, lapisan subkutan tipis.
Hidung tersumbat

Penciuman terganggu

Napsu makan berkurang

Nutrisi kurang dari kebutuhan
4. DS: klien merasa lemas
DO: mukosa mulut kering, penurunan turgor kulit.
Hidung tersumbat

Menghambat drainase paranasal


Secret terakumulasi
dalam sinus

Tempat yang untuk pertumbuhan kuman


Menekan jaringan disekitar

Penurunan O2 ke jaringan sekitar

Hipoksia jaringan

Iskemik

Kerusakan jaringan

Tempat masuk kuman

Resiko infeksi
5 DS: laporan keluarga terhadap adanya perubahan pola interaksi pasien , ketidaknyamanan terhadap situasi sosial
DO: teramati pada pasien adanya kegagalan perilaku interaksi sosial
Hidung tersumbat

Suara sengau
Hambatan interaksi
6 DS: klien gelisah
DO: RR meningkat
Pelebaran batang hidung

Nyeri

Gelisah
Ansietas
7 DS: klien mengeluh nyeri kadang kadang saat bernafas
DO: skala nyeri 4,adanya peradangan mukosa hidung
Adanya mukosa/ pelebaran batang hidung


Nyeri pada hidung

Infeksi
Nyeri kronis







3.3.       Diagnosa Keperawatan

  1. Gangguan persepsi sensori: pembau/penghidu
  2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d adanya masa dalam hidung
  3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d menurunnya nafsu makan
  4. Resiko infeksi b.d terhambatnya drainase sekret
  5. Hambatan interaksi sosial b.d suara sengau yang timbul akibat sumbatan polip
    1. Ansietas b.d kegelisahan adanya sumbatan pada hidung
  6. Nyeri kronis b.d penekanan [polip pada jaringan sekitar

3.4.       Intervensi dan Rasional
  1. Gangguan perseopsi sensori pembau/penghidu
Tujuan : mengembalikan fungsi penciuman ke normal
Kriteria Hasil : individu akan mendemonstrasikan penurunan gejala beban sensori berlebih yang ditandai dengan penurunan persepsi penciuman
INTERVENSI RASIONAL
  • Anjurkan klien untuk mengubah posisi secara sering,meskipun hanya mengangkat satu sisi tubuh dengan sedikit berulang

  • Rujuk ke perubahan proses pola berpikir yang berhubungan dengan ketidakmampuan mengevaluasi realitas untuk mengetahui intervensi tambahan
  • Dengan meningkatkan stimulus sensori yang bervariasi hal ini dapat membantu mencegah perubahan akibat kemunduran sensori yang lain
  • Dengan terlebih dahulu menjelaskan tentang stimulus sensori yang akan dialami individu, kondisi distress, tekanan dan konfusi akan berkurang
  • Kualitas/kuantitas input sensori berkurang akibat immobilitas/pengurangan

  1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d adanya massa dalam hidung
Tujuan : Bersihan jalan nafas menjadi efektif dalam 10 – 15 menit setelah dilakukan tindakan.
Kriteria Hasil :
-          RR normal (16 – 20 x/menit)
-          Suara napas vesikuler
-          Pola napas teratur tanpa menggunakan otot bantu pernapasan
-          Saturasi oksigen 100%
INTERVENSI RASIONAL
Observasi:
  • Observasi RR tiap 4 jam, bunyi napas, kedalaman inspirasi, dan gerakan dada
  • Auskultasi bagian dada anterior dan posterior

  • Pantau status oksigen pasien

Mandiri :
  • Berikan posisi fowler atau semifowler tinggi

  • Lakukan nebulizing

  • Berikan O2 (oksigenasi)




Kolaborasi:
  • Berikan obat sesuai dengan indikasi mukolitik, ekspetoran, bronkodilator.






Edukasi:
  • Ajarkan batuk efektif pada pasien


  • Ajarkan terapi napas dalam pada pasien
Rasional:
  • Mengetahui keefektifan pola napas

  • Mengetahui adanya penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi tambahan
  • Mencegah terjadinya sianosis dan keparahan


  • Mencegah obstruksi/aspirasi, dan meningkatkan ekspansi paru
  • Membantu pengenceran sekret
  • Mengkompensasi ketidakadekuatan O2 akibat inspirasi yang kurang maksimal


  • Mukolitik untuk menurunkan batuk, ekspektoran untuk membantu memobilisasi sekret, bronkodilator menurunkan spasme bronkus dan analgetik diberikan untuk meningkatkan kenyamanan

  • Membantu pasien untuk mengeluarkan sekret yang menumpuk

  • Membantu melapangkan ekspansi paru

  1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d menurunnya nafsu makan
Tujuan : Menunjukkan peningkatan nafsu makan setelah dilakukan tindakan dalam 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
-          Klien tidak merasa lemas.
-          Nafsu makan klien meningkat
-          Klien mengalami peningkatan BB minimal 1kg/2minggu
-          Kadar albumin > 3.2, Hb > 11
INTERVENSI RASIONAL
Observasi:
  • Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai atau tidak disukai.
  • Pantau masukan dan pengeluaran dan berat badan secara pariodik.
  • Kaji turgor kulit pasien

  • Pantau nilai laboratorium, seperti Hb, albumin, dan kadar glukosa darah
Mandiri:
  • Pertahankan berat badan dengan memotivasi pasien untuk makan
  • Menyediakan makanan yang dapat meningkatkan selera makan pasien
  • Berikan makanan kesukaan pasien
  • Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan (misalkan, pindahkan barang- barang yang tidak enak dipandang)
  • Dorong makan sedikit demi sedikit dan sering dengan makanan tinggi kalori dan tinggi karbohidrat
  • Auskultasi bising usus, palpasi/observasi abdomen

Kolaborasi:
  • Kolaborasi dengan tim analis medis untuk mengukur kandungan albumin, Hb, dan kadar glukosa darah.
  • Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet seimbang TKTP pada pasien

  • Diskusikan dengan dokter mengeni kebutuhan stimulasi nafsu makan atau makanan pelengkap
Edukasi:
  • Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya
  • Ajarkan pada pasien dan keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal
  • Dukung keluarga untuk membawakan makanan favorit pasien di rumah

  • Untuk mendukung peningkatan nafsu makan pasien
  • Mengetahui keseimbangan intake dan pengeluaran asuapan makanan
  • Sebagai data penunjang adanya perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan
  • Untuk dapat mengetahui tingkat kekurangan kandungan Hb, albumin, dan glukosa dalam darah

  • Mempertahankan berat badan yang ada agar tidak semakin berkurang
  • Meningkatkan nafsu makan pasien
  • Merangsang nafsu makan pasien
  • Meningkatkan rasa nyaman pasien untuk makan



  • Meningkatkan asupan makanan pada pasien

  • Mengetahui adanya bising atau peristaltik usus yang mengindikasikan berfungsinya saluran cerna

  • Mengetahui kandungan biokimiawi darah pasien


  • Memberikan asupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien


  • Memberi rangsangan pada pasien untuk menimbulkan kembali nafsu makannya


  • Agar pasien mengetahui kebutuhan nutrisinya dan cara memenuhinya yang sesuai dengan kebituhan
  • Agar pasien mendapatkan gizi yang seimbang dengan harga yang relatif terjangkau
  • Merangsan nafsu makan pasien

  1. Resiko infeksi b.d terhambatnya drainase sekret.
Tujuan : Meningkatnya fungsi indera penciuman klien
Kriteria hasil:
-          Klien tidak merasa lemas
-          Mukosa mulut klien tidak kering
INTERVENSI RASIONAL
Observasi:
  • Pantau adanya gejala infeksi

  • Kaji faktor yang dapat meningkatkan serangan infeksi

Mandiri :
  • Awasi suhu sesuai indikasi
  • Pantau suhu lingkungan


Health Education :
  • Menjaga lingkungan, ventilasi, dan juga pencahayaan dirumah tetap bersih



Rasional
  • Menjaga timbulnya infeksi
  • Menjaga perilakudan keadaan yang mendukung terjadinya infeksi

Rasional


  • Reaksi demam indicator adanya infeksi lanjut
  • Suhu ruangn atau jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal

  1. Hambatan interaksi sosial b.d suara sengau yang timbul akibat sumbatan polip
Tujuan: peningkatan sosialisasi
Kriteria Hasil:
-          Menunjukkan keterlibatan sosial
-          Menunjukkan penampilan peran
INTERVENSI RASIONAL
Observasi:
  • Kaji pola interaksi antara pasien dengan orang lain


Mandiri:
  • Tetapkan jadwal interaksi.

  • Identifikasi perubahan perilaku yang spesifik

  • Libatkan pendukung sebaya dalam memberikan umpan balik pada pasien dalam interaksi sosial
Kolaborasi:
  • Kolaborasi dengan psikolog untuk memberikan motivasi diri pada pasien
Edukasi:
  • Berikan informasi tentang sumber-sumber di komunitas yang akan membantu pasien untuk melanjutkan dengan meningkatkan interaksi sosial setelah pemulangan

  • Mengetahui tingkat sosialisasi pasien dengan orang lain.

  • Pasien dapat beristirahat dan bersosialisasi dengan maksimal.

  • Perawat dapat mengerti kondisi psikis pasien.

  • Keberadaan pendukung sebaya akan menjadi teman untuk bersosialisasi.

  • Motivasi diperlukan dalam mengubah persepsi pasien menjadi lebih baik.


  • Pasien dapat meningkatkan sosialisasi dengan  dengan baik pada komunitas masyarakat dan sekitarnya.



  1. Ansietas b.d kegelisahan adanya sumbatan pada hidung
Tujuan : pengurangan ansietas
Kriteria hasil :
-          Pasien tidak menunjukkan kegelisahan
-          Pasien dapat mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif
-          Tidak terjadi insomnia
INTERVENSI RASIONAL
Observasi:
  • Kaji tingkat kecemasan pasien

  • Tanyakan kepada pasien tentang kecemasannya
Mandiri:
  • Ajak pasien untuk berdiskusi masalah penyakitnya dan memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan pilihan
  • Berikan posisi yang nyaman pada pasien

  • Berikan hiburan kepada pasien
Kolaborasi:
  • Berikan obat- obatan penenang jika pasien mengalami insomnia
Edukasi:
  • Sediakan informasi faktual menyangkut diagnosis, perawatan, dan prognosis
  • Ajarkan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi

  • Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya dirasakan selama prosedur

  • Mengetahui tingkat kecemasan pasien

  • Mengetahui penyebab kecemasan pasien

  • Meningkatkan motivasi diri pasien


  • Tingkat kenyamanan pasien dapat mempengaruhi kecemasan pada pasien

  • Hiburan akan mengalihkan fokus pasien dari kecemasannya

  • Memberikan bantuan farmakologik untuk menenangkan pasien

  • Memberi pengetahuan yang faktual pada pasien

  • Relaksasi membantu menurunkan kecemasan pada pasien

  • Kejelasan mengenai prosedur dapan mengurangi kecemasan pasien


  1. Nyeri kronis b.d penekanan polip pada jaringan sekitar
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
-          Klien mengungkapakan kualitas nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
-          Klien tidak menyeringai kesakitan
-          Tidak ada kegelisahan dan ketegangan otot
-          Tidak terjadi perubahan pola tidur pada pasien
INTERVENSI RASIONAL
Observasi:
  • Kaji tingkat nyeri klien

  • Observasi tanda-tanda vital dan keluhan klien

  • Kaji pola tidur , pola makan, serta pola aktivitas pasien

Mandiri:
  • Ajarkan tekhnik relaksasi dan distraksi (misal: baca buku atau mendengarkan music)

Kolaborasi:
  • Kolaborasi dengan tim medis untuk terapi konservatif: pemberian obat acetaminofen; aspirin, dekongestan hidung; pemberian analgesik
Edukasi:
  • Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
  • Jelaskan pada keluarga dan pasien bahwa dalam penatalaksanaan ini membutuhkan kepatuhan penderita utk menghindari penyebab / pencetus alergi

  • Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya.
  • Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien. TTV dapat menunjukkan kualitas nyeri dan respon nyeri oleh tubuh pasien tersebut
  • Untuk mengetahui pengaruh nyeri yang timbul pada pola kesehatan pasien

  • Klien mengetahui teknik distraksi dan relaksasi sehingga dapat mempraktekannya bila mengalami nyeri.

  • Menghilangkan/ mengurangi keluhan nyeri klien. Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri.

  • Memberikan pengetahuan pada klien dan keluarga
  • Untuk memaksimalkan tindakan (mengurangi ketidak patuhan)

BAB IV
PENUTUPAN
4.1.  Simpulan
Polip nasi ialah massa lunak yang bertangkai di dalam rongga hidung yang terjadi akibat inflamasi mukosa. Permukaannya licin, berwarna putih keabu-abuan dan agak bening karena mengandung banyak cairan. Bentuknya dapat bulat atau lonjong, tunggal atau multipel, unilateral atau bilateral.
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif
atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Polip di kavum nasi terbentuk akibat proses radang yang lama. Penyebab tersering adalah sinusitis kronik dan rinitis alergi.
Diagnos keperawatan yang mungkin ditegakkan pada klien penderita polip antara lain:
  1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d adanya masa dalam hidung
  2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d menurunnya nafsu makan
  3. Resiko infeksi b.d penurunan fungsi indra penciuman
    1. Hambatan interaksi sosial b.d suara sengau yang timbul akibat sumbatan polip
    2. Ansietas b.d kegelisahan adanya sumbatan pada hidung
    3. Nyeri kronis b.d infeksi pada mukosa hidung (sinusitis kronis dan rinitis alergi)
4.2.  Saran
Mahasiswa keperawatan dan seseorang yang profesinya sebagai perawat diharapkan mampu memahami dan menguasai berbagai hal tentang polip seperti etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan lainnya, serta asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien yang menderita polip, agar gangguan pada daerah hidung ini dapat teratasi dengan baik.

Daftar Pustaka

Arief Mansoer dkk. 1999. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius fakultas kedokteran universitas Indonesia
Doenges, E. Mari Lynn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta: EGC
Greenberg J, 1998. Current Management of Nasal Polyposis. Diakses dari www.bcm.com
Jual, linda.1998.Rencana asuhan dan dokumentasi keperawatan-diagnosa keperawatan dan masalah kolaborasi. Jakarta : EGC

McClay JE, 2007. Nasal Polyps. Diakses dari www.emedicine.com
Szema AM, Monte DC, 2005. Nasal Polyposis: What Every Chest Physician
Prof H.Nurbaiti Iskandar. 1993. dokter DSTHT. Jakarta : Fakultas kedokteran universitas Indonesia . balai penerbit FKUI.
 

Link Kesehatan Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger