Asuhan Kefarmasian dengan ISPA

 ASUHAN KEFARMASIAN UNTUK PENYAKIT ISPA

PENDAHULUAN
Salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk-pilek, disebabkan oleh virus, dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk-pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk-pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun) (www.dokterkecil.wordpress.com).
Kematian yang ditimbulkan dari ISPA antara 20 persen hingga 30 persen, dan merupakan masalah kesehatan yang jangan diabaikan karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang tinggi yaitu 1 dari 4 kematian yang terjadi. Jadi bisa diperkirakan mengalami 3 hingga 6 episode ISPA setiap tahun. Kemudian bisa di presentasikan sekitar 40 persen hinggan 60 persen dari kunjungan di Puskesmas adalah penyakit ISPA. Ini adalah kematian yang terbesar pada umumnya karena pneumonia dan bayi kurang dari 2 bulan.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau secara istilah kedokteran adalah ISPA merupakan penyakit yang menyerang balita dan sekian dari beberapa korban harus di rawat inap di rumah sakit karena penyakit yang membahayakan. Serangan di saluran pernapasan pada masa bayi dan anak bisa menimbulkan kecacatan hingga dewasa.
Penyakit ini dapat ditularkan melalui udara pernapasan yang mengandung kumat yang terhirup orang sehat lewat saluran pernapasan. Viruslah yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan bagian atas, yang sering terjadi pada semua golongan masyarakat di musim dingin. Akan tetapi ISPA yang tidak ditangani secara lanjut, akan menjadi momok sebuah pneumonia yang menyerang anak kecil dan balita apabila terdapat zat gizi yang kurang dan ditambah dengan keadaan lingkungan yang tidak bersih. Beban Immunologis yang besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, tidak tersedianya atau pemakaian berlebih antibiotik dan meningkatnya infeksi silang yang merupakan resiko utama pada anak – anak dan balita

DEFINISI

ISPA sering disalah-artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar, ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, yang meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut:
  • Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisma ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
  • Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract)
  • Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (www.images.arikbliz.multiply.multiplycontent.com).
PENYEBAB & PENCETUS ISPA
Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran mukosa bersilia (silia = rambut-rambut halus). Udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke posterior/belakang ke rongga hidung dan ke arah superior/atas menuju faring (www.dokterkecil.wordpress.com).
Secara umum, efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.
KLASIFIKASI ISPA
Program Pemberantasan Penyakit ISPA (P2 ISPA) membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitupneumonia (radang paru-paru) dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi lagi atas derajat beratnya penyakit, yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk-pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin.
Berikut ini adalah klasifikasi ISPA berdasarkan P2 ISPA :
  •  Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
  • Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada ke dalam.
  • Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat (www.dokterkecil.wordpress.com).
TANDA-TANDA BAHAYA ISPA
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan. Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratories (Rasmaliah, 2004).
a. Tanda-tanda klinis
  •   Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak.
  •   Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
  •   Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung.
  •   Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
b. Tanda-tanda laboratoris
* hypoxemia,
* hypercapnia dan
* acydosis (metabolik dan atau respiratorik) (Rasmaliah, 2004).
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin (4).
FARINGITIS
Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring dan sering meluas ke jaringan sekitarnya. Faringitis biasanya timbul bersama-sama dengan tonsilitis, rhinitis dan laryngitis. Faringitis banyak diderita anak-anak usia 5-15 th di daerah dengan iklim panas. Faringitis dijumpai pula pada dewasa yang masih memiliki anak usia sekolah atau bekerja di lingkungan anak-anak.
a. Tanda dan Penyebab
Faringitis mempunyai karakteristik yaitu demam yang tiba-tiba, nyeri tenggorokan, nyeri telan, adenopati servikal, malaise dan mual. Faring, palatum, tonsil berwarna kemerahan dan tampak adanya pembengkakan. Eksudat yang purulen mungkin menyertai peradangan. Gambaran leukositosis dengan dominasi neutrofil akan dijumpai. Khusus untuk faringitis oleh streptococcus gejala yang menyertai biasanya berupa demam tiba-tiba yang disertai nyeri tenggorokan, tonsillitis eksudatif, adenopati servikal anterior, sakit kepala, nyeri abdomen, muntah, malaise, anoreksia, danrash atau urtikaria.
Faringitis yang paling umum disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes yang merupakan Streptocci Grup A hemolitik. Bakteri lain yang mungkin terlibat adalah Streptocci Grup C, Corynebacterium diphteriae, Neisseria Gonorrhoeae. Streptococcus Hemolitik Grup A hanya dijumpai pada 15-30% dari kasus faringitis pada anak-anak dan 5-10% pada faringitis dewasa. Penyebab lain yang banyak dijumpai adalah nonbakteri, yaitu virus-virus saluran napas sepertiadenovirus, influenza, parainfluenza, rhinovirus dan respiratory syncytial virus (RSV).
b. Terapi
1. Outcome
Mengatasi gejala secepat mungkin, membatasi penyebaran infeksi serta membatasi komplikasi.
2. Terapi Utama
Terapi antibiotika ditujukan untuk faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus Grup A, sehingga penting sekali untuk dipastikan penyebab faringitis sebelum terapi dimulai. Terapi dengan antibiotika dapat dimulai lebih dahulu bila disertai kecurigaan yang tinggi terhadap bakteri sebagai penyebab, sambil menunggu hasil pemeriksaan kultur.
3. Terapi Pendukung
· Analgesik seperti ibuprofen.
· Antipiretik (Obat penurun panas, contoh: Parasetamol).
· Kumur dengan larutan garam, gargarisma khan.
· Lozenges/Tablet hisap untuk nyeri tenggorokan.

BRONKHITIS
Bronkhitis adalah kondisi peradangan pada daerah trakheobronkhial. Peradangan tidak meluas sampai alveoli. Bronkhitis seringkali diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bronkhitis akut mungkin terjadi pada semua usia, namun bronkhitis kronik umumnya hanya dijumpai pada dewasa. Pada bayi penyakit ini dikenal dengan nama bronkhiolitis. Bronkhitis akut umumnya terjadi pada musim dingin, hujan, kehadiran polutan yang mengiritasi seperti polusi udara, dan rokok.
a. Tanda dan Penyebab
Batuk yang menetap yang bertambah parah pada malam hari serta biasanya disertai sputum.Rhinorrhea sering pula menyertai batuk dan ini biasanya disebabkan oleh rhinovirus. Sesak napas bila harus melakukan gerakan eksersi (naik tangga, mengangkat beban berat). Lemah, lelah, lesu, nyeri telan (faringitis), laringitis, biasanya bila penyebab adalah Chlamydia. Nyeri kepala, demam pada suhu tubuh yang rendah yang dapat disebabkan oleh virus influenza, adenovirus ataupun infeksi bakteri. Adanya ronchii. Skin rash dijumpai pada sekitar 25% kasus.
Penyebab bronkhitis akut umumnya virus seperti rhinovirus, influenza A dan B, coronavirus, parainfluenza, dan respiratory synctial virus (RSV). Ada pula bakteri atypical yang menjadi penyebab bronkhitis yaitu Chlamydia pneumoniae ataupun Mycoplasma pneumoniae yang sering dijumpai pada anak-anak, remaja dan dewasa. Bakteri atypical sulit terdiagnosis, tetapi mungkin menginvasi pada sindroma yang lama yaitu lebih dari 10 hari. Penyebab bronkhitis kronik berkaitan dengan penyakit paru obstruktif, merokok, paparan terhadap debu,polusi udara, infeksi bakteri.

b. Terapi
1. Outcome
Tanpa adanya komplikasi yang berupa superinfeksi bakteri, bronkhitis akut akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tujuan penatalaksanaan hanya memberikan kenyamanan pasien, terapi dehidrasi dan gangguan paru yang ditimbulkannya. Namun pada bronkhitis kronik ada dua tujuan terapi yaitu: pertama, mengurangi keganasan gejala kemudian yang kedua menghilangkan eksaserbasi dan untuk mencapai interval bebas infeksi yang panjang.
2. Terapi Utama
Terapi antibiotika pada bronkhitis akut tidak dianjurkan kecuali bila disertai demam dan batuk yang menetap lebih dari 6 hari, karena dicurigai adanya keterlibatan bakteri saluran napas seperti S. pneumoniae, H. Influenzae.42,44 Untuk batuk yang menetap > 10 hari diduga adanya keterlibatan Mycobacterium pneumoniae sehingga penggunaan antibiotika disarankan. Untuk anak dengan batuk > 4 minggu harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut terhadap kemungkinan TBC, pertusis atau sinusitis.
 
3. Terapi Pendukung
· Stop rokok, karena rokok dapat menggagalkan mekanisme pertahanan tubuh.
· Bronkhodilasi menggunakan salbutamol, albuterol.
· Analgesik atau antipiretik menggunakan parasetamol, NSAID.
· Antitusiv, codein atau dextrometorfan untuk menekan batuk.
· Vaporizer.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. DEPKES RI. Jakarta.
Rasmaliah, 2004. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Sumatera Utara.
 

Link Kesehatan Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger