KONSEP DISCHARGE PLANNING
Pendahuluan
Discharge
Planning adalah suatu proses dimana
mulainya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan
kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam
mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke
lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan beberapa proses formal yang
melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok
orang ke kelompok lainnya (RCP,2001). Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai
discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan
menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual dan
potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga,
memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam
mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan
mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan. Merupakan usaha keras perawat
demi kepentingan pasien untuk mencegah dan meningkatkan kondisi kesehatan
pasien, dan sebagai anggota tim kesehatan, perawat berkolaborasi dengan tim
lain untuk merencanakan, melakukan tindakan, berkoordinasi dan memfasilitasi
total care dan juga membantu pasien memperoleh tujuan utamanya dalam
meningkatkan derajat kesehatannya.
Tujuan Discharge Planning
Adalah
meningkatkan kontinuitas perawatan, meningkatkan kualitas perawatan dan
memaksimalkan manfaat sumber pelayanan kesehatan. Discharge Planning dapat mengurangi hari rawatan pasien,
mencegah kekambuhan, meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan pasien dan
menurunkan beban perawatan pada keluarga dapat dilakukan melalui Discharge
Planning ( Naylor, 1990 ). Dan menurut Mamon et al (1992), pemberian discharge
planning dapat meningkatkan kemajuan pasien, membantu pasien untuk mencapai
kualitas hidup optimum disebelum dipulangkan, beberapa penelitian bahkan
menyatakan bahwa discharge planning memberikan efek yang penting dalam
menurunkan komplikasi penyakit, pencegahan kekambuhan dan menurunkan angka
mortalitas dan morbiditas (Leimnetzer et al,1993: Hester, 1996)
Seorang Discharge Planners bertugas membuat
rencana, mengkoordinasikan dan memonitor dan memberikan tindakan dan proses
kelanjutan perawatan (Powell,1996). Discharge planning ini menempatkan
perawat pada posisi yang penting dalam proses pengobatan pasien dan dalam team
discharge planner rumah sakit, pengetahuan dan kemampuan perawat dalam proses
keperawatan dapat memberikan kontinuitas perawatan melalui proses discharge
planning ( Naylor,1990 ) . Perawat dianggap sebagai seseorang yang memiliki
kompetensi lebih dan punya keahlian
dalam melakukan pengkajian secara akurat, mengelola dan memiliki komunikasi
yang baik dan menyadari setiap kondisi dalam masyarakat. (Harper, 1998 ).
Keuntungan
Discharge Planning
Bagi Pasien :
- Dapat memenuhi kebutuhan pasien
- Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.
- Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya
- Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh support sebelum timbulnya masalah.
- Dapat memilih prosedur perawatannya
- Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat dihubunginya.
Bagi Perawat :
-
Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di
gunakan
-
Menerima informasi kunci setiap waktu
-
Memahami perannya dalam system
-
Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru
-
Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang
berbeda dan cara yang berbeda.
-
Bekerja dalam suatu system dengan efektif.
Justifikasi Metode Discharge Planning
Di Indonesia semua pelayanan
keperawatan di Rumah Sakit , telah merancang berbagai bentuk format Discharge
Planning, namun discharge planning kebanyakan dipakai hanya dalam bentuk
pendokumentasian resume pasien pulang, berupa informasi yang harus di sampaikan
pada pasien yang akan pulang seperti intervensi medis dan non medis yang sudah
diberikan, jadwal kontrol, gizi yang harus dipenuhi setelah dirumah. Cara ini
merupakan pemberian informasi yang sasarannya ke pasien dan keluarga hanya
untuk sekedar tahu dan mengingatkan, namun tidak ada yang bisa menjamin apakah
pasien dan keluarga mengetahui faktor resiko apa yang dapat membuat penyakitnya
kambuh, penanganan apa yang dilakukan bisa terjadi kegawatdaruratan terhadap
kondisi penyakitnya, untuk itu
pelaksanaan discharge planning di rumah sakit apalagi dengan penyakit kronis
seperti stroke, diabetes mellitus, penyakit jantung dan lain-lain yang memiliki
resiko tinggi untuk kambuh dan berulangnya kondisi kegawatan sangat penting
dimana akan memberikan proses deep-learning pada pasien hingga terjadinya
perubahan perilaku pasien dan keluarganya dalam memaknai kondisi kesehatannya.
Contoh Discharge
Planning yang diberikan pada pasien TB Paru :
Yang prinsip
pelaksanaannya tetap melalui proses pengkajian, sehingga perawat dapat memulai
discharge planning tergantung hasil pengkajian.
selanjutnya klik disamping >>>>DISCHARGE PLANNING PADA KLIEN TB PARU<<<<<<<<<<<
selanjutnya klik disamping >>>>DISCHARGE PLANNING PADA KLIEN TB PARU<<<<<<<<<<<