BAB II
PEMBAHASAN
UMUM
Anatomi
Dasar Panggul
Penyokong Panggul
Tulang
panggul mengelilingi dan melindungi organ di dalamnya, tetapi tulang hanya
berperan sedikit sebagai organ penyokong. Organ panggul terutama disokong oleh
otot dasar panggul, dan ditunjang oleh ligamentum.
Fungsi anatomi otot dasar panggul
(otot levator ani) telah dipelajari selama beberapa tahun, tetapi sulit
dipahami. Otot dasar panggul berkontraksi untuk menahan urin dan feses dan relaksasi untuk pengosongan urin dan feses.
Dasar panggul juga berperan dalam respon wanita normal. Otot ini akan
meregang saat proses kelahiran bayi, tetapi akan kembali berkontraksi saat
postpartum.
Pintu bawah panggul terdiri atas diafragma
pelvis, diafragma urogenital, dan lapisan-lapisan otot yang berada di luarnya.
Pada persalinan, lapisan-lapisan otot dan fasia mengalami tekanan dan dorongan
sehingga dapat timbul prolapsus genitalis.
Diafragma pelvis terbentuk oleh otot
levator ani dan otot koksigeus dan menyerupai sebuah mangkok. Menahan Di garis
tengah bagian depan mangkok ini terbuka (hiatus genitalis). Di sana uretra,
vagina dan rektum keluar dari pelvis minor. Diafragma urogenitalis yang menutup
arkus pubis dibentuk oleh aponeurosis otot transversus perinei profundus dan
otot transversus superfisialis. Di dalam sarung aponeurosis itu terdapat otot
rhabdosfingter uretra.
Gambar
1. Lapisan Otot-Otot Paling Luar dari
Pintu Bawah Panggul
Lapisan paling luar (distal) dibentuk oleh otot
bulbokavernosim yang melingkari genitalia eksterna, otot perinei transversus
superfisialis, otot iskhiokavernosum, dan otot sfingter ani eksternus.2
Semua otot ini di bawah pengaruh
saraf motorik dan dapat dikejangkan aktif. Fungsi otot-otot tersebut di atas
adalah sebagai berikut: Otot levator ani menahan dan memfiksasi alat-alat
rongga panggul pada tempatnya, menahan tekanan intraabdominal yang mendadak
meninggi seperti pada waktu batuk dan mengejan, bekerja sebagai sfingter
terutama pada wanita sebagai sfingter vagina3; otot sfingter ani
eksternus diperkuat oleh otot levator ani menutup anus, otot bulbokavernosum
mengecilkan introitus vagina di samping memperkuat fungsi otot sfingter vesisae
internus yang terdiri atas otot polos.2
Penyokong Uterus
Uterus difiksasi dalam rongga
pelvis oleh jaringan ikat dan ligamen antara lain.4
-
Ligamentum
kardinale sinistrum et dekstrum (Mackenrodt) yaitu ligamentum yang terpenting,
berperan mencegah penurunan uterus, terdiri atas jaringan ikat tebal, dan
berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis.
-
Ligamentum
sakro-uterinum sinistrum et dekstrum, yaitu ligamentum yang menahan uterus
supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks bagian belakang, kiri dan
kanan, ke arah os sacrum kiri dan kanan.
-
Ligamentum
rotundum sinistrum et dekstrum, yaitu ligamentum yang menahan uterus dalam
antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah
inguinal kiri dan kanan. Pada kehamilan, uterus berkontraksi kuat dan
ligamentum rotundum menjadi kencang serta menarik daerah inguinal.
-
Ligamentum
latum sinistrum et dekstrum, yaitu ligamentum yang meliputi tuba, berjalan dari
uterus ke arah sisi, merupakan bagian peritoneum viserale yang meliputi uterus
dan kedua tuba dan berbentuk lipatan.
-
Ligamentum
infundibulo-pelvikum, yaitu ligamentum yang menahan tuba fallopii berjalan dari
arah infundibulum ke dinding pelvis.
Definisi dan Klasifikasi
Prolaps organ pelvis adalah
perpindahan ke bawah atau keluar salah satu organ pelvis dari lokasi normalnya.
Perpindahan ini biasanya dibagi menjadi
derajat 0 sampai 3 (atau 0 sampai 4). Derajat 3 atau 4 merupakan prolaps total
atau procidentia. Berbagai istilah digunakan
untuk menggambarkan prolaps organ genital antara lain:1
-
Sistokel
adalah penurunan kandung kemih
-
Sistouretrokel
adalah sistokel yang mengikutsertakan uretra sebagai bagian dari kompleks organ
yang prolaps
-
Prolaps
uteri adalah penurunan uterus dan serviks melalui kanalis vaginalis menuju
introitus vagina
-
Rektokel adalah protrusi rektum menuju lumen vagina
posterior
-
Enterokel adalah herniasi usus halus menuju lumen
vagina
Gambar 2. Prolaps Organ Pelvis
Salah satu baku emas untuk menentukan stadium
prolaps adalah Pelvic Organ Prolapse
Quantification (POPQ) yang mengukur hiatus genitalia, korpus perineal, dan
panjang vagina total. Hiatus genitalia diukur dari pertengahan meatus uretra
eksternal hingga posterior garis tengah himen. Badan perineal diukur dari batas
posterior hiatus genital hingga pembukaan mid anal. Panjang vagina total adalah
kedalaman terbesar dari vagina dalam cm saat apeks vagina direduksi hingga
posisi normal. Semua pengukuran kecuali panjang vagina total diukur saat pasien
mengedan.1
Gambar 2.
Terminologi standar dari klasifikasi POP-Q.
Definisi
dan batasan kuantifikasi yaitu:
Aa
|
Dinding vagina anterior, 3
cm proksimal dari himen
|
-3 s.d. +3
|
Ba
|
ujung terdepan prolaps
dinding anterior vagina
|
-3 s.d. +tvl
|
C
|
ujung distal serviks atau
tunggul vagina (bila serviks tidak ada)
|
+/-tvl
|
D
|
ujung distal forniks
posterior
|
+/-tvl
|
Ap
|
dinding vagina posterior, 3
cm proksimal hymen
|
-3 s.d. +3
|
Bp
|
ujung prolaps dinding vagina
posterior
|
-3 s.d. +tvl
|
gh
|
hiatus genital, yaitu jarak
tegak lurus antara pertengahan meatus uretra ke hymen posterior
|
tidak ada batas
|
Pb
|
badan perineal, yaitu jarak
tegak lurus antara pertengahan anus ke hymen posterior
|
tidak ada batas
|
Tvl
|
panjang vagina total, yaitu forniks posterior
atau tunggul vagina ke himen
|
tidak ada batas
|
Sistem pembagian stadium
prolaps organ pelvik menurut ICS
Stadium 0: titik Aa, Ap, Ba,
dan Bp semuanya -3 cm dan titik yang lain (C,D)<-(X-2) cm
Stadium I: kriteria stadium 0
tidak dipenuhi dan ujung prolaps yang terendah <-1cm
Stadium II: ujung terendah
prolaps > -1 cm, namun < +1 cm
Stadium III: ujung terendah
prolaps >+1 cm, namun <+(X-2) cm
Stadium IV: ujung terendah
prolaps > + (X-2) cm
*) X = panjang total vagina
dalam cm pada stadium 0, III, dan IV.4
Epidemiologi
Defek jaringan penyokong
pelvis relatif sering dan meningkat seiring usia dan paritas. Di Amerika
Serikat, studi dari 16.000 paien
menunjukkan frekuensi prolaps uteri sebesar 14,2%. Rerata usia
dilakukannya bedah untuk prolaps organ uteri adalah 54,6 tahun. Perbedaan
frekuensi berdasar ras diperkirakan berhubungan dengan komponen genetik.
Prolaps uteri paling sering terjadi pada multipara (sekitar >50%) dan wanita
menopause. Prolaps terkadang terjadi pada wanita nullipara atau wanita muda
(sekitar 2% untuk prolaps simtomatik) dan jarang terjadi pada neonatus.5.6
Etiologi
Kondisi yang berhubungan dengan prolaps uteri antara lain:4,5,6
-
Trauma
obstetrik (meningkat dengan multiparitas, ukuran janin lahir per vaginam)
akibat peregangan dan kelemahan jaringan penyokong pelvis
-
Kelemahan kongenital dari jaringan penyokong pelvis
(berhubungan dengan spina bifida pada neonatus)
-
Penurunan
kadar estrogen (contohnya menopause) berakibat hilangnya elastisitas struktur
pelvis
-
Peningkatan
tekanan intraabdominal, contohnya obesitas, penyakit paru kronik, asma
-
Varian anatomi
tertentu seperti wanita dengan diameter transversal pintu atas panggul yang
lebar atau pintu atas panggul dengan orientasi vertikal yang kurang, serta
uterus yang retrograde.
Patofisiologi
Prolaps uteri diakibatkan oleh kelemahan jaringan penyokong pelvis,
meliputi otot, ligament, dan fasia. Pada dewasa, kondisi ini biasanya
disebabkan oleh trauma obstetrical dan laserasi selama persalinan. Proses
persalinan per vaginam menyebabkan peregangan pada dasar pelvis, dan hal ini
merupakan penyebab paling signifikan dari prolaps uteri. Selain itu, seiring
proses penuaan, terdapat penurunan kadar estrogen sehingga jaringan pelvis
kehilangan elastisitas dan kekuatannya.6
Rendahnya kadar kolagen
berperan penting dalam prolaps uteri, ditunjukkan oleh peningkatan risiko pada
pasien dengan sindrom Marfan dan sindrom Ehlers-Danlos. Pada neonatus, prolaps
uteri disebabkan oleh kelemahan otot atau defek persarafan pelvis secara
kongenital.6
Diagnosis
a. Anamnesis
Gejala diperberat saat berdiri
atau berjalan dalam waktu lama dan pulih saat berbaring. Pasien merasa lebih nyaman saat pagi hari, dan gejala memberat saat
siang hari. Gejala-gejala tersebut antara
lain:1,5,6
-
Pelvis
terasa berat dan nyeri pelvis
-
Protrusi atau penonjolan jaringan
-
Disfungsi seperti dispareunia, penurunan libido, dan kesulitan orgasme
-
Nyeri punggung bawah
-
Konstipasi
-
Kesulitan berjalan
-
Kesulitan berkemih
-
Peningkatan frekuensi, urgensi, dan inkontinensia
dalam berkemih
-
Nausea
-
Discharge
purulen
-
Perdarahan
-
Ulserasi
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan pelvis
lengkap, termasuk pemeriksaan rektovaginal untuk menilai tonus sfingter. Alat
yang digunakan adalah spekulum Sims atau spekulum standar tanpa bilah anterior.
Penemuan fisik dapat lebih diperjelas dengan meminta pasien meneran atau
berdiri dan berjalan sebelum pemeriksaan. Hasil pemeriksaan fisik pada posisi
pasien berdiri dan kandung kemih kosong dibandingkan dengan posisi supinasi dan
kandung kemih penuh dapat berbeda 1-2 derajat prolaps. Prolaps uteri ringan dapat
dideteksi hanya jika pasien meneran pada pemeriksaan bimanual. Evaluasi
status estrogen semua pasien. Tanda-tanda menurunnya estrogen:
o
Berkurangnya rugae mukosa vagina
o
Sekresi berkurang
o
Kulit perineum tipis
o
Perineum mudah robek
Pemeriksaan fisik juga harus dapat menyingkirkan
adanya kondisi serius yang mungkin berhubungan dengan prolaps uteri, seperti
infeksi, strangulasi dengan iskemia uteri, obstruksi saluran kemih dengan gagal
ginjal, dan perdarahan. Jika terdapat obstruksi saluran kemih, terdapat nyeri
suprapubik atau kandung kemih timpani. Jika terdapat infeksi, dapat ditemukan discharge serviks purulen.1,5,6
c. Laboratorium
Pemeriksaan
ditujukan untuk mengidentifikasi komplikasi yang serius (infeksi, obstruksi
saluran kemih, perdarahan, strangulasi), dan tidak diperlukan untuk kasus tanpa
komplikasi. Urinalisis dapat dilakukan untuk mengetahui infeksi saluran kemih.
Kultur getah serviks diindikasikan untuk kasus yang disertai ulserasi atau discharge purulen. Pap smear atau biopsi
mungkin diperlukan bila diduga terdapat keganasan. Jika terdapat gejala atau
tanda obstruksi saluran kemih, pemeriksaan BUN dan kadar kreatinin serum
dilakukan untuk menilai fungsi ginjal.6
d. Radiologi
USG
pelvis dapat berguna untuk memastikan prolaps ketika anamnesis dan pemeriksaan
fisik meragukan. USG juga dapat mengeksklusi hidronefrosis. MRI dapat digunakan
untuk menentukan derajat prolaps namun tidak rutin dilakukan.6
Penatalaksanaan
a. Terapi Medis
Pasien prolaps uteri ringan
tidak memerlukan terapi, karena umumnya asimtomatik. Akan tetapi, bila gejala
muncul, pilihan terapi konservatif lebih banyak dipilih. Sementara itu, pasien
dengan prognosis operasi buruk atau sangat tidak disarankan untuk operasi,
dapat melakukan pengobatan simtomatik saja. 5,7
b. Terapi Konservatif
Pengobatan cara ini tidak
terlalu memuaskan tetapi cukup membantu. Cara ini dilakukan pada prolapsus
ringan tanpa keluhan, atau penderita yang masih menginginkan anak lagi, atau
penderita menolak untuk dioperasi, atau kondisinya tidak mengizinkan untuk
dioperasi. 6,7,8
- Latihan-latihan otot dasar
panggul
Latihan ini sangat berguna pada prolapsus ringan,
terutama yang terjadi pada pasca persalinan yang belum lewat 6 bulan. Tujuannya
untuk menguatkan otot-otot dasar panggul dan otot-otot yang mempengaruhi miksi.
Latihan ini dilakukan selama beberapa bulan. Caranya ialah penderita disuruh
menguncupkan anus dan jaringan dasar panggul seperti biasanya setelah selesai
BAB, atau penderita disuruh membayangkan seolah-oleh sedang miksi dan tiba-tiba
menahannya. Latihan ini menjadi lebih efektif dengan menggunakan perineometer
menurut Kegel. Alat ini terdiri atas obrturator yang dimasukkan ke dalam
vagina, dan yang dengan suatu pipa dihubungkan dengan suatu manometer. Dengan
demikian, kontraksi otot-otot dasar panggul dapat diukur.
- Penatalaksanaan dengan
pessarium
Pengobatan dengan pessarium sebenarnya hanya
bersifat paliatif, yaitu menahan uterus di tempatnya selama dipakai. Oleh
karena itu, jika pessarium diangkat, timbul prolapsus lagi. Ada berbagai macam
bentuk dan ukuran pessarium. Prinsip pemakaian pessarium adalah bahwa alat
tersebut mengadakan tekanan pada dinding vagina bagian atas, sehingga bagian
dari vagina tersebut berserta uterus tidak dapat turun dan melewati vagina
bagian bawah. Jika pessarium terlalu kecil atau dasar panggul terlalu lemah,
pessarium dapat jatuh dan prolapsus uteri akan timbul lagi. Pessarium yang
paling baik untuk prolapsus genitalis ialah pessarium cincin, terbuat dari
plastik. Jika dasar panggul terlalu lemah dapat digunakan pessarium Napier.
Pessarium ini terdiri atas suatu gagang (stem) dengan ujung atas suatu mangkok
(cup) dengan beberapa lubang, dan di ujung bawah 4 tali. Mangkok ditempatkan di
bwah serviks dan tali-tali dihubungkan dengan sabuk pinggang untuk memberi
sokongan kepada pessarium. Sebagai pedoman untuk mencari ukuran yang cocok,
diukur dengan jari jarak antara forniks vagina dengan pinggir atas intraoitus
vagina. Ukuran tersebut dikurangi dengan 1 cm untuk mendapatkan diameter dari
pessarium yang dipakai.
Pessarium diberi zat pelicin dan dimasukkan miring
sedikit ke dalam vagina. Setelah bagian atas masuk ke dalam vagina, bagian
tersebut ditempatkan ke forniks vagina posterior. Untuk mengetahui setelah
dipasang, apakah ukuran pessarium cocok atau tidak, penderita disuruh mengejan
atau batuk. Jika pessarium tidak keluar,
penderita disuruh jalan-jalan, apabila ia tidak merasa nyeri, pessarium dapat
dipakai terus.
Pasien yang menggunakan pessarium harus mempunyai vagina
yang well-esterogenized. Pasien
postmenopause sebaiknya diberikan terapi sulih hormon, atau sebagai alternatif,
dapat digunakan esterogen topikal intravaginal, 4-6 minggu sebelum pemasangan
pessarium, sehingga saat pemasangan pessarium pasien dapat merasa nyaman,
meningkatkan komplians, serta pemakaian dapat lebih lama. Terapi sulih
esterogen dapat membantu mengurangi kelemahan otot dan jaringan penghubung
lainnya yang menyokong uterus. Esterogen juga dapat memperlambat terjadinya
prolaps lebih lanjut, dan dapat mencegah terjadinya iritasi pada serviks,
kandung kemih, dan rektum (tergantung bagian mana yang prolaps dahulu), juga
esterogen dapat membantu proses penyembuhan pada wanita yang menjalani proses
operasi prolaps vagina. Ada beberapa efek samping pemakaian esterogen, antara
lain meningkatkan risiko pembekuan darah, penyakit empedu, dan kanker payudara.
Pemakaiannya
pun harus dengan pengawasan dokter.
Gambar 3. Macam-macam pessarium. A) Ring, (B)
Shaatz, (C) Gellhorn, (D) Gellhorn, (E) Ring with support, (F) Gellhorn, (G)
Risser, (H) Smith, (I) Tandem cube, (J) Cube, (K) Hodge with knob, (L) Hodge,
(M) Gehrung, (N) Incontinence dish with support, (O) Donut, (P) Incontinence
ring, (Q) Incontinence dish, (R) Hodge with support, (S) Inflatoball (latex)
Indikasi penggunaan pessarium adalah:
a.
Kehamilan
b.
Bila penderita belum siap untuk dilakukan operasi
c.
Sebagai terapi tes, menyatakan bahwa operasi harus
dilakukan
d.
Penderita menolak untuk dioperasi, lebih memilih
terapi konservatif
e.
Untuk menghilangkan gejala simptom yang ada, sambil
menunggu waktu operasi dapat dilakukan.
Kontraindikasi terhadap
pemakaian pessarium ialah:
a.
Radang pelvis akut atau subakut
b.
Karsinoma
Komplikasi penggunaan
pessarium ada beberapa, antara lain:
- Penyakit inflamasi akut
pelvis
- Nyeri setelah insersi
- Rekuren vaginitis
- Fistula vesikovaginal
c. Terapi Operatif
Prolaps uteri biasanya disertai dengan prolaps
vagina. Maka, jika likakukan pembedahan untuk prolapsus uteri, prolapsus vagina
perlu ditangani pula. Ada kemungkinan terdapat prolapsus vagina yang
membutuhkan pembedahan, padahal tidak ada prolaps uteri, atau sebaliknya.
Indikasi untuk melakukan operasi pada prolaps vagina ialah adanya keluhan.6,8
Terapi pembedahan pada
jenis-jenis prolapsus vagina:6
- Sistokel
Operasi
yang lazim dilakukan ialah kolporafia anterior. Setelah diadakan sayatan dan
dinding vagina depan dilepaskan dari kandung kencing dan urethta, kandung
kencing didorong ke atas, dan fasia puboservikalis sebelah kiri dan sebelah
kanan dijahit digaris tengah. Sesudah dinding vagina yang berlebihan dibuang, dinding
vagina yang terbuka ditutup kembali. Kolporafia anterior dilakukan pula pada
urethrokel.
- Rektokel
Operasi
disini adalah kolpoperinoplastik. Mukosa dinding belakang vagina disayat dan
dibuang berbentuk segitiga dengan dasarnya batas antara vagina dan perineum,
dan dengan ujungnya pada batas atas retrokel. Sekarang fasia rektovaginalis
dijahit di garis tengah, dan kemudian m. levator ani kiri dan kanan didekatkan
di garis tengah. Luka pada dinding vagina dijahir, demikian pula otot-otot
perineum yang superfisial. Kanan dan
kiri dihubungkan di garis tengah, dan akhirnya luka pada kulit perineum
dijahit.
- Enerokel
Sayatan
pada dinding belakang vagina diteruskan ke atas sampai ke serviks uteri.
Setelah hernia enterokel yang terdiri atas peritoneum dilepaskan dari dinding
vagina, peritoneum ditutup dengan jahitan setinggi mungkin. Sisanya dibuang dan
di bawah jahitan itu ligamentum sakrouterinum kiri dan kanan serta fasia
endopelvik dijahit ke garis tengah.
- Prolapsus uteri
Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus
uteri tergantung dari beberapa faktor, seperti umur penderita, keinginannya
untuk masih mendapatkan anak atau untuk mempertahankan uterus, tingkat
prolapsus, dan adanya keluhan.
Macam-macam Operasi:6,7,8
- Ventrofikasasi
Pada
golongan wanita yangmasih muda dan masih ingin mempunyai anak, dilakukan
operasi untuk membuat uterus ventrofiksasi dengan cara memendekkan lIgamentum
rotundum atau mengikat ligamentum rotundum ke dinding perut atau dengan cara
operasi Purandare.
- Operasi Manchester
Pada operasi
ini biasanya dilakukan amputasi serviks uteri, dan penjahitan ligamentum
kardinale yang telah dipotong, di muka serviks; dilakukan pula kolporafia
anterior dan kolpoperioplastik. Amputasi serviks dilakukan untuk memperpendek
serviks yang memanjang (elongasi colli). Tindakan ini dapat menyebabkan
infertilitas, abortus, partus prematur, dan distosia servikalis pada
persalinan. Bagian yang terpenting dari operasi Menchester adalah penjahitan
ligamentum kardinale di depan serviks karena dengan tindakan ini ligamentum
kardinale diperpendek, sehingga uterus akan terletak dalam posisi
anteversifleksi, dan turunnya uterus dapat dicegah.
- Histerektomi vaginal
Operasi
ini tepat untuk dilakukan pada prolaps uteri tingkat lanjut, dan pada wanita
menopause. Keuntungannya adalah pada saat yang sama dapat dilakukan operasi
vagina lainnya (seperti anterior dan posterior kolporafi dan perbaikan
enterokel), tanpa memerlukan insisi di tempat lain maupun reposisi pasien. Saat
pelaksanaan operasi, harus diperhatikan dalam menutup cul-de-sac dengan
menggunakan kuldoplasti McCall dan merekatkan fasia endopelvik dan ligamen
uterosakral pada rongga vagina sehingga dapat memberikan suport tambahan.
Setelah uterus diangkat, puncak vagina digantungkan pada ligamentum rotundum
kanan kiri, atas pada ligamentum infundibulo pelvikum, kemudian operasi akan
dilanjutkan dengan kolporafi anterior dan kolpoperineorafi untuk mencegah
prolaps vagina di kemudian hari.
- Kolpokleisis (Operasi
Neugebauer-Le Fort)
Pada
waku obat-obatan serta pemberian anestesi dan perawatan pra/pasca operasi belum
baik untuk wanita tua yang secara tidak aktif, dapat dilakukan operasi
sederhana dengan men jahitkan dinding vagina depan dengan dinding belakang,
sehingga lumen vagina tertutup dan uterus letaknya di atas vagina. Akan tetapi,
operasi ini tidak memperbaiki sistokel dan rektokelnya sehingga dapat
menimbulkan inkontinensia urine. Obstipasi serta keluhan prolaps lainnya juga
tidak hilang.
Pencegahan
Pemendekan waktu persalinan, terutama kala pengeluaran
dan kalau perlu dilakukan elektif (seperti ekstraksi forceps dengan kelapa
sudah di dasar panggul), membuat episiotomi, memperbaiki dan mereparasi luka
atau kerusakan jalan lahir dengan baik, memimpin persalinan dengan baik agar
dihindarkan penderita meneran sebelum pembukaan lengkap betul, menghindari
paksaan dalam pengeluaran plasenta (perasat
Crede), mengawasi involusi uterus pasca persalinan tetap baik dan cepat,
serta mencegah atau mengobati hal-hal yang dapat meningkatkan tekanan
intraabdominal seperti batuk-batuk yang kronik, mengangkat benda-benda
berat. Pada wanita sebaiknya
melakukan senam Kegel sebelum dan setelah melahirkan. Selain itu usia produktif
dianjurkan agar penderita jangan terlalu banyak punya anak atau sering melahirkan.
Untuk wanita dengan IMT diatas normal, sebaiknya menurunkan berat badan dengan
olahraga, serta diet yang tinggi serat.
Komplikasi
Pessarium dapat menyebabkan
vaginitis, perdarahan, ulserasi, obstruksi saluran kemih dengan retensi,
fistula, dan erosi ke dalam kandung kemih atau rektum. Sebagian besar
komplikasi diakibatkan pemakaian pessarium yang terlalu lama tanpa kontrol.
Perdarahan abdomen adalah komplikasi yang dapat terjadi pada sakrokolpopeksi.
Perlukaan pada pleksus vena presakral atau arteri sakro media pada saat operasi
dapat terjadi. 7,9
Prognosis
Bila prolaps uteri tidak
ditatalaksana, maka secara bertahap akan memberat. Prognosis akan baik pada
pasien usia muda, dalam kondisi kesehatan optimal (tidak disertai penyakit
lainnya), dan IMT dalam batas normal. Prognosis buruk pada pasien usia tua,
kondisi kesehatan buruk, mempunyai gangguan sistem respirasi (asma, PPOK),
serta IMT diatas batas normal. Rekurensi prolaps uteri setelah tindakan operasi
sebanyak 16%.
o Realimentasi
dini
o FC 24 jam
o Ceftriaxone
1x2 g IV
o Profenid
supp 3x1
o Hematinik
1x1
o Rawat
ruangan