GANGGUAN NUTRISI PADA LANSIA
GANGGUAN NUTRISI PADA LANSIA
DEFINISI
Nutrisi
adalah keseluruhan berbagai proses dalam tubuh makhluk hidup untuk
menerima bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan
bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktivitas penting dalam
tubuhnya sendiri. Gangguan nutrisi terjadi kalau diet mengandung satu
atau lebih nutrient dalam jumlah yang tidak tepat.
EPIDEMIOLOGI
Hasil
survey dari Negara Inggris yang diselenggarakan oleh DHSS dan
diterbitkan dalam tahun 1979 terlihat bahwa 3% dari subjek yang diteliti
mengalami malnutrisi klinik. Apabila angka ini tidak mengikutsertakan
kasus- kasus kegemukan dalam keseluruhan populasi manula maka akan
terdapat 300.000 manula dengan diet yang tidak memadai yang tidak dapat
dihindari dan dapat membawa pengaruh buruk bagi kesehatan. Kelainan gizi
yang sering dijumpai dalam survey adalah obesitas, konsumsi yang rendah
pada asam folat, vit. C, vit. D, vit. B, zat besi, dan kalsium.
FAKTOR PENYEBAB
Tinggal sendiri
Seseorang yang hidup sendirian sering tidak mempedulikan tugas memasak untuk menyediakan makanannya.
Kelemahan fisik
Contohnya
atritis atau cedera serebrovaskular (CVA) yang menyebabkan kesulitan
untuk berbelanja dan masak. Mereka tidak mampu merencanakan dan
menyediakan makanannya sendiri.
Kehilangan
Terutama
terlihat pada pria lansia yang tidak pernah memasak untuk mereka
sendiri. Mereka biasanya tidak memahami nilai suatu makanan yang gizinya
seimbang.
Depresi
Menyebabkan kehilangan nafsu makan. Mereka tidak mau bersusah payah berbelanja, emmasak atau memakan makanannya.
Pendapatan yang rendah
Ketidakmampuan untuk membeli makanan yang cermat untuk meningkatkan pengonsumsian makanan yang bergizi.
Penyakit saluran pencernaan
Termasuk sakit gigi, ulkus
Penyalahgunaan alcohol
Mengurangi asupan kalori dan tidak berkalori seperti asupan energy dengan sedikit factor nutrisi lain
Obat
Pada
lansia yang mendapat lebih banyak obat dibandingkan kelompok usia lain
yang lebih muda ini berakibat buruk terhadap nutrisi lansia. Pengobatan
akan mengakibatkan kemunduran nutrisi yang semakin jauh.
TANDA DAN GEJALA
Gigi tidak lengkap dan ompong
Nafsu makan menurun
Lesu
Tidak semangat
BB kurang / lebih dari normal
Perut terasa kembung
Sukar menelan
Mual muntah
PATOFISIOLOGI
Produksi saliva menurun → mempengaruhi proses perubahan kompleks karbohidrat menjadi disakorida
Fungsi ludah menurun → sukar menelan
Fungsi kelenjar pencenaan menurun → perut terasa tidak enak / kembung
Banyak gigi yang lepas (ompong) → nafsu makan berkurang
Dengan proses menua terjadi gangguan motilitas otot polos oesofagus.
Dari
proses perubahan-perubahan pada proses menua pada lansia menyebabkan
intake makanan pada lansia berkurang yang nantinya akan mempengaruhi
status gizi pada lansia.
DAMPAK GANGGUAN NUTRISI
Kelemahan
otot dan kelelahan karena energy yang menurun. Lansia dengan gangguan
nutrisi beresiko tinggi untuk terjatuh atau mengalami ketidakmampuan
dalam mobilisasi yang menyebabkan luka tekan atau cedera. Tulang akan
mudah rusak dan proses penyembuhan luka tekan akan berjalan lama serta
kondisinya akan memburuk. Kaum manula yang mendorong kesalahan gizi
dapat dibagi menjadi 3 kelompok :
Malnutrisi umum
Diet tidak mengandung beberapa nutrient dalam jumlah yang memadai.
Defisiensi nutrient tertentu
Terjadi
bila suatu makanan atau kelompok makanan tertentu tidak ada dalam diet.
Contoh : defisiensi zat besi pada manula yang keadaan gigi geliginya
jelek sehingga tidak makan daging karena kesulitan mengunyah dan
konsumsi vit. C yang rendah pada manula yang terus menerus dalam jangka
waktu yang lama mengalami diet lambung.
Obesitas
Disebabkan oleh kebiasaan makan yang jelek sejak usia muda. Gerakan manula yang gemuk akan menjadi lebih sulit.
KOMPLIKASI
Diabetes mellitus
Hipertensi
Penyakit jantung
Gastritis
Ulkus peptikum
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Radiografi dengan kontras barrem.
PENATALAKSANAAN
Memperhatikan
kebutuhan gizi pada lansia. Kecukupan energy sehari yan dianjurkan
untuk pria berusia lebih tua atau sama dengan 60 tahun dengan berat
badan sekitar 62 kg adalah 2200 kkal sedangkan untuk perempuan adalah
1850 kkal
Memperhatikan
bentuk dan variasi makanan yang menarik agar tidak membosankan (bentuk
cair, bubur saring, bubur, nasi tim, nasi biasa)
Menambah makanan cair lain / susu bila lansia tidak bias menghabiskan makanannya
Bila
terdapat penyakit metabolic seperti DM, gula sederhana dihindari, bila
terdapat penyakit gagal ginjal sebaliknya dipilih asam amino yang
esensial.
Perubahan
sederhana untuk memperbaiki diet bagi manula yaitu : Minum satu gelas
sari buah yang murni (jangan dicampuri air ataupun gula), Sarapan dengan
biji-bijian utuh (misalnya havermout, beras merah) dan telur setiap
pagi, Mengusahakan makan daging atau ikan paling tidak sekali dalam
sehari, Minum segelas susu pada waktu akan tidur, Paling sedikit makan
satu porsi sayuran setiap hari.
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Berat badan
Berhubungan dengan tinggi badan, contoh IMT (indeks massa tubuh) atau
catatan yang tepat
catatan yang tepat
Perubahan berat badan
Difokuskan pada kehilangan atau pertambahan berat badan saat ini
Pertumbuhan gigi
Apakah lansia memakai gigi palsu atau apakah mereka memerlukan gigi palsu? Apakah gigi palsu yang ada hilang atau rusak?
Kebiasaan makan
Aspek pribadi, budaya, dan agama mengenal asupan nutrisi
Kemampuan untuk makan
Dapatkah lansia memindahkan makanan dari piring ke mult dan menelannya dengan baik
Farmakologi
Apakah klien banyak meminum obat-obatan (termasuk medikasi yang dilakukan sendiri) yang dapat berakibat buruk terhadap nutrisi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan
Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d intake berlebih
Kurang perawatan diri makan b/d kelemahan atau kelelahan
Konstipasi b/d kebiasaan makan yang buruk.
INTERVENSI
“Ketidaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan”
Tingkatkan intake makanan melalui mengurangi gangguan dari lingkungan
Sajikan makanan yang mudah dicerna dalam keadaan hangat, tertutup dan berkan sedikit-sedikit tapi sering
Hindari makanan yang banyak mengandung gas
Berikan penkes Hg program diet yang benar
“Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d intake berlebih”
Lakukan pengkajian pola makan pasien
Buat program latiha untuk olahraga
Hindari makanan yang banyak mengandung lemak
Berikan penkes Hg : program diet yang benar akibat yang mungkin timbul pada kelebihan BB
“Kurang perawatan diri makan b/d kelemahan atau kelelahan”
Kurangi gangguan dari lingkungan pada saat makan
Kaji kebutuhan bantuan yang akan diberikan
Bantu dalam pemilihan makanan yang tepat dari menu
Bantu pasien dalam intake makanan
“Konstipasi b/d kebiasaan makan yang buruk”
Catat dan kaji warna, konsistensi, jumlah dan waktu BAB
Kaji dan catat pergerakanusus
Berikan cairan adekuat dan makanan tinggi serat
Berikan penkes Hg : kebiasaan diet, aktivitas cairan dan makanan yang mengandung gas serta kebiasaan BAB
PENYAKIT SISTEM PENCERNAAN
Sistem
pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat- zat gizi dan energi, menyerap zat-zat
gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak
dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran
pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga
meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu
pankreas, hati dan kandung empedu.
Penuaan
dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan metabolism
di sel lainnya.Proses ini menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan
perubahan komposisi tubuh. Perubahan pada system pencernaan :
Kehilangan
gigi,penyebab utama adanya periodontal desease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun.Penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk
dan gizi yang buruk.
Indera
pengecap menurun.Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir.atropi
indera pengecap (±80%),hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di
lidah teritama rasa manis,asin,asam,pahit.Selain itu sekresi air ludah
berkurang sampai kira-kira 75% sehingga mengakibatkan rongga mulut
menjadi kering dan bisa menurunkan cita rasa.
Usofagus
melebar.Penuaan usofagus berupa pengerasansfringfar bagian bawah
sehingga menjadi mengendur(relaksasi) dan mengakibatkan usofagus melebar
(presbyusofagus).Keadaan ini memperlambat pengosongan usofagus dan
tidak jarang berlanjut sebagaiher nianhiatal.Gangguan menelan biasanya
berpangkal pada daerah presofagus tepatnta di daerah osofaring
penyebabnya tersembunyi dalam system saraf sentral atau akibat gangguan
neuromuskuler seperti jumlah ganglion yang menyusut sementara lapisan
otot menebal dengan manometer akan tampak tanda perlambatan pengosongan
usofagus.
Lambung,rasa
lapar menurun (sensitivitas lapar menurun).Lapisan lambung menipis
diatas 60 tahun,sekresi HCL dan pepsin berkurang,asam lambung
menurun,waktu pengosongan lambung menurun dampaknya vitamin B12 dan zat
besi menurun.
Peristaltic lemah dan biaanya timbul konstipasi
Fungsi
absopsi melemah (daya absorpsi terganggu).Berat total usus halus
berkurang diatas usia 40 tahun meskipun penyerapan zat gizi pada umumnya
masih dalam batas normal,kecuali kalsium (diatas 60 tahun)dan zat besi.
Liver
(hati).Penurunan enzim hati yang terlibat dalam oksidasi dan
reduksi,yang menyebabkan metabolisme obat dan detoksifikasi zat kurang
efisien.
Produksi saliva menurun sehingga mempengaruhi proses perubahan kompleks krbohidrat menjadi disakarida. Fungsi ludah sebagai pelican makanan berkurang sehingga proses menelan menjadi sukar.
Keluahn-keluhan
seperti kembung, perasaan tidak enak di perut dan sebagainya,
seringkali disebabkan makanan yang kurang dicernaakibat berkurangnya
fungsi kelenjar pencernaan. Juga dapat disebabkan karena berkurangnya
toleransi terhadap makanan terutama yang mengandung lemak.
Keluhan
lain yang sering dijumpai adalah konstipasi, yang disebabkan karena
kurangnya kadar selulosa, kurangnya nafsu makan bisa disebabkan
karenanya banyaknya gigi yang sudah lepas. Dengan proses menua bisa
terjadi gangguan motilits otot polos esophagus, bisa juga terjadi refluks disease (terjadi akibat refluks isi lambung ke esophagus), insiden ini mencapai puncak pada usia 60 – 70 tahun.
Penyakit yang lazim terjadi pada system pencernaan.
Anemia (defisiensi zat besi)
Anemia
cukup umum pada populasi lansia,yang mungkin disebabkan kondisi
predisposisi yang mendasari,seperti malnutrisi,dan infeksi
kronis.Prognosis anemia lebih baik setelah therapy penggantian zat besi.
Etiologi
Asupan diet zat besi yang tidak adekuat atau diet tidak seimbang yang buruk
Malabsorpsi zat besi,seperti pada diare kronis,gastrektomi parsial atau total,dan sindrom malabsorpsi seperti penyakit seliak
Kehilangan
darah sekunder akibat perdarahan GI yang disebabkan obat (akibat
antikoagulan,aspirin,steroid) atau akibat perdarahan karena trauma,ulkus
GI,tumor ganas,dan varises.
Hemolisis intravascular yang disebabkan hemoglobulinuria atau hemoglobulinuria nokturia, aroksimal
Trauma eritrosit mekanis yang disebabkan oleh katup jantung prostetik atau filter vena kava.
Tanda dan gejala
Dapat asimtomatik selama bertahun-tahun.
Keletihan
Sakit kepala
Tidak dapat berkonsentrasi
Nafas pendek (khusus pada kerja fisik)
Penigkatan frekuensi infeksi
Pada
anemia kronis, disfagia efek neuromuskuler (gangguan
vasomotorik,parestesia,dan nyeri neuralgik),glosistis (lidah merah,
bengkak ,lunak, berkilat dan nyeri tekan), stomatitis serta kuku rapuh.
Pada tahap lanjut,takhikardia (disebabkan oleh penurunan perfusi oksigen dan peningkatan curah jantung)
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan darah dapat menunjukan hal-hal berikut :
Kadar Hb rendah (<12gr/dl pada pria,<10gr/dl pada wanita)
Hematokrit rendah (<47ml?dl pada pria,<42ml/dl pada wanita)
Kadar zat besi serum rendah,
Hitung SDM rendah
Pemeriksaan sumsum tulang menunjukan deplesi atau tidak ada simpanan zat besi dan hyperplasia normoblastik
Pemeriksaan
Gi,seperti uji feses, barium telan dan enema,endoskopik,dan
sigmoidoskopi untuk menyingkirkan atau memastikan apakah perdarahan
disebabkan defisiensi zat besi.
Penanganan
Sebelum
penanganan dapat dimulai,penyebab yang mendasari anemia harus
dipastikan.Selanjutnya terapi penggantian zat besi yang terdiri atas
preparat oral atau kombinasi zat besi dan asam askorbat (meningkatkan
absorpsi zat besi) dapat diberikan.
Diagnosa keperawatan
“ Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi zat besi dalam diet “
Intervensi
Berikan suplemen zat besi sesuai program
Pantau kepatuhan pasien terhadap terapi penggantian zat besi yang diprogramkan.
Pantau apakah pasien mengalami over dosis penggantian zat besi.
Pantau hitung darah lengkap pasien dan zat besi serum dengan teratur
Kaji kebiasaan diet keluarga untuk asupan zat besi
Evaluasi riwayat obat-obatan pasien.
“Gangguan ferpusi jaringan berhubungan dengan penurunan Hb “
Intervensi
Berikan terapi oksigen jika perlu untuk membantu
mencegah dan mengurangi hipoksia
Berikan periode istirahat yang sering untuk mengurangi kelemahan fisik
Sesuai program,berikan analgesic untuk mengurangi sakit kepala dan ketidaknyamanan lain.
Pantau pasien apakah ada tanda dan gejala penururnan perfusi ke organ-organ vital
Pantau frekuensi nadi pasien dengan sering
Penyluhan
Berikan penjelasan pasien tentang penyakitnya dan program pengobatan
Anjurkan pasien untuk tidak berhenti terapi
Informasikan kepada pasien bawsa susu dan antasida mengganggu absorpsi tetapi vitamin c dapat meningkatkan absorpsi.
Beri tahu pasien untuk melaporkan setiap efek merugikan dari terapi zat besi seperti : mual,muntah,diare,dan konstipasi
Ajarkan pasien untuk menjadwalkan aktivitas dengan periode istirahat yang dapat disesuaikan dengan kondisi anemianya.
Karena
defisiensi zat besi dapat berulang,jelaskan kebutuhan untuk pemeriksaan
teratur dan kepatuhan terhadap terapi yang diresepkan.
Gastritis Kronis
Gastritis
adalah suatu inflamasi mukosa lambung yang dapat bersifat akut ataupun
kronik.gastritis akut adalah penyakit lambung yang paling
umum,menyebabkan kemerahan pada mukosa,edema,hemoragi dan erosi.
Gastrits kronis biasanya terjadi pada lansia dan pasien yang mengalami
anemia pernisiosa.gastritis kronis biasanya melibatkan kondisi patologi
yang mendasari akibat dari atropi mukosa lambung.gastritis kronis kronis
dapat mengalami ulkus lambung dan karsinoma
.
Etiologi
Diperkirakan oleh heliobacter pylori.
Tanda dan gejala
Tanda
dan gejala seperti gastritis akut yaitu seperti :ketidaknyamanan pada
epigastrik,nyeri karena sulit mencerna makanan,anoreksia,mual serta
muntah.
Intoleransi terhadap makanan pedas dan berlemak
Nyeri epigastrik ringan yang mereda dengan makan
Pemeriksaan diagnostic
Endoskopi
GI untuk memastikan gastritis dilakukan dalam 24 jam
perdarahan.pemeriksaan ini dikontraindikasikan setelah menelan agens
korosif.
Pemeriksaan laboratorium dapat mendeteksi perdarahan samar dalam muntah atau feses,jika pasien mengalami perdarahan lambung
Pemeriksaan darah menunjukan bahwa kadar Hb dan Ht mengalami penurunan apabila pasien mengalami anemia akibat perdarahan.
Pemeriksaan H pylori dan nafas berbau urea memperlihatkan adanya antibody H pylori
Penanganan
Prioritas
penanganan segera adalah menghilangkan penyebab gastritis.sebagai
contoh,gastritis yang disebabkan oleh bakteri diobati dengan
antibiotic,ingesti racun dinetralkan dengan antidote yang tepat.
Untuk
pasien yang menderita gastritis kronis,antasida diberikan perjam,yang
dapat mengurangi frekuensi gastritis akut.Sebagaian pasien memerlukan
analgetik sampai terjadi pemulihan,kebutuhan oksigen,volume darah serta
keseimbangan cairan perlu diperhatikan.
Diagnose keperawatan
“Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anorexia”
Intevensi
Kaji intake makanan,
Timbang BB secara teratur,
Berikan perawatan oral secara teratur, anjurkan klien makan sedikit tapi sering,
Berikan makanan dalam keadaan hangat,
Auskultasi bising usus,
Kaji makanan yang disukai,
“Resti
gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, muntah”
Intervensi
Kaji tanda dan gejala dehidrasi,
Observasi TTV,
Ukur intake dan out
Anjurkan klien untuk minum ± 1500-2500ml,
Observasi kulit dan membran mukosa,
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus
“Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung “
Intervensi
Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri,
Observasi TTV,
Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman,
Anjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam,
Lakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi untuk mengurangi nyeri
Penyluhan
Ajarkan pasien mengenal penyebab,pemeriksaan diagnostic serta program pengobatan
Berikan pasien daftar makanan yang dihindari,seperti : merica,atau makanan yang sangat berbumbu,alcohol,kafein
Jika pasien merokok anjurkan unutk berhentibantu
Ajari pasien cara mengatasi stress,seperti; meditasi,relaksasi,nafas dalam dan imajinasi terbimbing
Ajarkan anggota keluarga tentang pentingnya mendukung pasien ketika ia membuat perubahan diet dan gaya hidup yang diperlukan.
Inkontinensia fekal
Meskipun
biasanya bukan merupakan tanda penyakit mayor,inkontinensia dapat
menyebabkan gangguan yang serius pada kesejahteraan fisik dan psikologis
lansia. Inkontinensia fekal dapat terjadi secara bertahap (seperti
demensia) atau tiba-tiba (seperti cedera medulla spinalis).
Etiologi
Inkontinensia
fekal biasanya akibat dari statis fekal dan impaksi (sebagai suatu
massa atau kumpulan yang mengeras) yang disertai penurunan aktivitas,
Diet yang tidak tepat.
Penggunaan laksatif yang kronis
Penurunan asupan cairan
Deficit neurologis
Komplikasi pembedahan pelvis,prostat atau rektum
Obat-obatan seperi antihistamin,psikotropik dan preparat besi
Tanda dan gejala
Rembesan feses yang terus menerus dari rectum
Ketidakmampuan mengenali kebutuhan defekasi
Kram abdomen dan distensi
Pemeriksaan dianostik
Pemeriksaan rectum digital dapat menyingkirkan inpaksi fekal
Kolonoskopi mungkin diperlukan untuk mendeteksi gangguan usus lainnya.
Penanganan
Pasien
yang mengalami inkontinensia fekal harus dikaji penyebab masalah yang
mendasari penyakitnya dengan cermat.Pelatihan kembali defekasi merupakan
terapi pilihan bijak, misalnya adalah tonus sfingter anal yang
buruk,latihan otot-otot panggul dapat membantu mengoreksinya.lansia
dapat diajarkan untuk mengontrkasikan dan merilekskan sfingter anal
dalam program latihan yang teratur untuk menguatkan otot-otot tersebut.
Jika inkontinensia disebabkan oleh impaksi,sumbatan harus dihilangkan
dengan enema atau secara manual.Enema atau supositoria dapat digunakan
secara berulang untuk mendapatkan evakuasi feses yang tuntas
Diagnose keperawatan
“Inkontinensia fekal berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler”,
Intervensi
Berikan asupan cairan yang adekuat
Mulai aktivitas dan program olah raga
Tetapkan
latihan kebiasaan,mencakup toileting yang terjadwal seperti setelah
sarapan pagi,tingkatkan kesadaran akan refleks defekasi,
Jika terdapat kerusakan neurologis berat,induksi konstipasi dengan antidiare dan diet berserat rendah,selang-seling
“Ansietas berhubungan dengan inkontinensia fekal”
Intervensi
Jadwalkan waktu tambahan untuk mendorong dan member dukungan pada pasien untuk mengurangi rasa malu
Berikan dukungan akibat kehilangan pengendalian
Berikan pujian atas keberhasialn pasien
“Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inkontinensia fekal”
Intervensi
Pertahankan perawatan hygiene yang efektip untuk meningkatkan kenyamanan pasien dan mencegah kerusakan kulit dan infeksi
Bersihkan area perianal sesering mungkin
Oleskan krim awar pelembab
Kendalikan bau yang tidak sedap
Penyuluhan
Ajarkan pasien untuk secara bertahap menghilangkan penggunaan laksatif
Libatkan keluarga untuk melakukan perawatan kulit untuk mencegah iritasi dan infeksi
Konstipasi
Seiring
bertambahnya usia dan perubahan fisiologis yang normal,konstipasi umum
terjadi pada lansia.konstipasi diperburuk oleh nutrisi yang buruk,asupan
cairan yang rendah,dan imobilisasi.konstipasi terjadi karena penurunan
peristaltic koon dan perlambatan impuls syaraf yang merasakan kebutuhan
akan defekasi.Dengan bertambahnya usia,sfingter anal interna kehilangan
tonusnya dan defekasi tertunda.Jika tidak diobati konstipasi dapat
menyebabkan impaksi fekal dan megakolon.
Tanda dan gejala
Periode waktu lama antara defekasi
Keram dan kembung pada abdomen
Abdomen keras
Mengejan selama defekasi
Feces kecil dank eras
Bising usus jauh atau kurang terdengar
Nyeri punggung
Sakit kepala
Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan rectum digital dapat memastikan atau menyingkirkan masalah fisiologis
Penanganan
Penanganan jangka pendek dapat terdiri dari laksatif yang kuat untuk mengosongkan seluruh usus.
Pengobatan
jangka panjang mencakup diet tinggi serat,asupana caiaran yang
adekuat,mengurangi penggunaan laksatif dan member waktu yang cukup unuk
mengevakuasi usus secara tuntas sesuai rutinitas normal.
Untuk
impaksi fekal pengangkatan feces manual diikuti dengan enema yang
mengguanakan retensi-minyak hangat dan enema yang mengguanakan sabun
pembersih.Setelah 3 hari pasien mendapat pelunak feces dan stimulasi
defekasi.
Diagnose keperawatan
“Konstipasi
yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, obstruksi usus,
megakolon,Imobilisasi, asupan cairan dan serat yang tidak adekuat”
Intervensi
Tanyakan pasien mengenai asupan dietnya
Dorong peningkatan asupan cairan dan diet tinggi serat
Berikan pelunak feces sesuai resep
Anjurkan pasien merespon desakan untuk defekasi dengan segera
Anjurkan peningkatan aktivitas olahraga
Penyluhan
Ajarkan pasien lansia metoda untuk mengurangi konstipasi yang mencakup:
Diet tinggi seratPeningkatan asupan cairan
Aktifitas fisik yang lebih banyak
Membuat
penyesuaian dengan keterbatasan fisik yang dapat menghambat kemampuan
pergi ke kamar mandi sebelum desakan untuk defekasi hilang.
DAFTAR PUSTAKA
Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC
Fakultas Kedokteran UI. 2000. Pedoman Pengelolan Kesehatan Pasien Geriatri. Untuk Dokter dan Perawat. Jakarta
Beck, Mary E. 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-penyakit untuk Perawat dan Dokter. Jakarta : Yayasan Essentia Medico
Tarwoto, Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Prima Medika