Retardasi Mental
Keterbelakangan Mental (Retardasi Mental, RM)
adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada
dibawah rata-rata disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan
diri (berperilaku adaptif), yang mulai timbul sebelum usia 18 tahun.
Retardasi mental ialah keadaan dengan
intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau
sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara
keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi
mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa)
atau tuna mental. ( Idmgarut, 2009)
Menurut situs Kompas.com, retardasi mental
adalah “suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap,
yang terutama terlihat selama masa perkembangan sehingga berpengaruh pada semua
tingkat inteligensia, yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial.
Retardasi mental kadang disertai gangguan jiwa atau gangguan fisik lain”. (Imron Rosyadi, 2009)
1. Penyebab Retardasi
Mental
a. Akibat Infeksi dan atau
Intoksikasi.
Dalam
kelompok ini termasuk keadaan retardasi mental karena kerusakan jaringan otak
akibat infeksi intrakranial, karena serum, obat atau zat toksik lainnya.
b. Akibat Rudapaksa dan atau Sebab Fisik Lain.
Rudapaksa sebelum lahir serta juga trauma lain, seperti sinar x, bahan kontrasepsi dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainan dengan retardasi mental. Rudapaksa sesudah lahir tidak begitu sering mengakibatkan retardasi mental.
Rudapaksa sebelum lahir serta juga trauma lain, seperti sinar x, bahan kontrasepsi dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainan dengan retardasi mental. Rudapaksa sesudah lahir tidak begitu sering mengakibatkan retardasi mental.
c. Akibat Gangguan
Metabolisme, Pertumbuhan atau Gizi.
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme (misalnya gangguan metabolisme lemak, karbohidrat dan protein), pertumbuhan atau gizi termasuk dalam kelompok ini.
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme (misalnya gangguan metabolisme lemak, karbohidrat dan protein), pertumbuhan atau gizi termasuk dalam kelompok ini.
d. Akibat Penyakit Otak Yang
Nyata (postnatal).
Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat neoplasma (tidak termasuk pertumbuhan sekunder karena rudapaksa atau peradangan) dan beberapa reaksi sel-sel optak yang nyata, tetapi yang belum diketahui betul etiologinya (diduga herediter). Reaksi sel-sel otak ini dapat bersifat degeneratif, infiltratif, radang, proliferatif, sklerotik atau reparatif.
Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat neoplasma (tidak termasuk pertumbuhan sekunder karena rudapaksa atau peradangan) dan beberapa reaksi sel-sel optak yang nyata, tetapi yang belum diketahui betul etiologinya (diduga herediter). Reaksi sel-sel otak ini dapat bersifat degeneratif, infiltratif, radang, proliferatif, sklerotik atau reparatif.
e. Akibat Penyakit / Pengaruh
Pranatal Yang Tidak Jelas.
Keadaan ini diketahui sudah ada sejak sebelum lahir, tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomali kranial primer dan defek kogenital yang tidak diketahui sebabnya.
Keadaan ini diketahui sudah ada sejak sebelum lahir, tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomali kranial primer dan defek kogenital yang tidak diketahui sebabnya.
f. Akibat Kelainan
Kromosom.
Kelainan
kromosom mungkin terdapat dalam jumlah atau dalam bentuknya.
g. Akibat Prematuritas.
Kelompok ini termasuk
retardasi mental yang berhubungan dengan keadaan bayi pada waktu lahir berat
badannya kurang dari 2500 gram dan/atau dengan masa hamil kurang dari 38 minggu
serta tidak terdapat sebab-sebab lain seperti dalam sub kategori sebelum ini.
h. Akibat Gangguan Jiwa Yang
Berat.
Untuk
membuat diagnosa ini harus jelas telah terjadi gangguan jiwa yang berat itu dan
tidak terdapat tanda-tanda patologi otak.
i. Akibat Deprivasi
Psikososial.
Retardasi
mental dapat disebabkan oleh fakor-faktor biomedik maupun sosiobudaya.
Secara
kasar, penyebab RM dibagi menjadi beberapa kelompok:
1) Trauma (sebelum dan sesudah
lahir)
- Perdarahan intrakranial sebelum atau sesudah lahir.
- Cedera hipoksia (kekurangan oksigen), sebelum, selama atau sesudah lahir.
- Cedera kepala yang berat.
2) Infeksi (bawaan dan sesudah
lahir)
- Rubella kongenitalis
- Meningitis
- Infeksi sitomegalovirus bawaan
- Ensefalitis
- Toksoplasmosis kongenitalis
- Listeriosis
- Infeksi HIV
3) Kelainan kromosom
- Kesalahan pada jumlah kromosom (Sindroma Down)
- Defek pada kromosom (sindroma X yang rapuh, sindroma Angelman, sindroma Prader-Willi)
- Translokasi kromosom dan sindroma cri du chat .
4) Kelainan genetik dan
kelainan metabolik yang diturunkan
- Galaktosemia
- Penyakit Tay-Sachs
- Fenilketonuria
- Sindroma Hunter
- Sindroma Hurler
- Sindroma Sanfilippo
- Leukodistrofi metakromatik
- Adrenoleukodistrofi
- Sindroma Lesch-Nyhan
- Sindroma Rett
- Sklerosis tuberosa
5) Metabolik
- Sindroma Reye
- Dehidrasi hipernatremik
- Hipotiroid congenital
- Hipoglikemia (diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik)
6) Keracunan
- Pemakaian alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada ibu hamil
- Keracunan metilmerkuri
- Keracunan timah hitam
7) Gizi
- Kwashiorkor
- Marasmus
- Malnutrisi
- Lingkungan
- Kemiskinan
- Status ekonomi rendah
- Sindroma deprivasi.
(Medicastore,
2008)
2. Diagnosa
Pemeriksaan psikologis bisa dilakukan sebelum si anak berusia
cukup untuk masuk sekolah untuk menentukan apakah ia mengalami retardasi
mental. Karena
banyak variasi dalam perkembangan anak, anak berusia sangat muda mungkin
berkembang lebih lambat daripada teman sebayanya tetapi belum tentu ia
mengalami retardasi mental.
Asosiasi psikiaterik Amerika mengemukakan
kriteria berikut untuk diagnosa retardasi mental :
a. IQ yang jauh dibawah rata-rata (70
kebawah).
b. Daya fungsi adaptasi yang
lemah dalam hal ketrampilan.
sosial,
tanggung jawab, komunikasi, kesaling-bebasan, ketrampilan hidup sehari-hari,
kesanggupan untuk mencukupi diri sendiri yang lambat jika dibandingkan dengan
usianya.
c. Serangan sebelum usia 18
tahun.
3. Tingkatan Retardasi Mental
Tabel 2.1 Tingkatan
Retardasi Mental
Tingkat
|
Kisaran IQ
|
Kemampuan Usia Prasekolah
(sejak lahir-5 tahun) |
Kemampuan Usia Sekolah
(6-20 tahun) |
Kemampuan Masa Dewasa
(21 tahun keatas) |
Ringan
|
52-68
|
§ Bisa membangun kemampuan sosial &
komunikasi
§ Koordinasi otot sedikit terganggu
§ Seringkali tidak terdiagnosis
|
§ Bisa
mempelajari pelajaran kelas 6 pada akhir usia belasan tahun.
§ Bisa
dibimbing ke arah pergaulan sosial
§ Bisa dididik
|
Biasanya bisa mencapai
kemampuan kerja & bersosialisasi yg cukup, tetapi ketika mengalami stres
sosial ataupun ekonomi, memerlukan bantuan
|
Moderat
|
36-51
|
§ Bisa berbicara & belajar berkomunikasi.
§ Kesadaran sosial kurang
§ Koordinasi otot cukup.
|
§ Bisa
mempelajari beberapa kemampuan sosial & pekerjaan
§ Bisa
belajar bepergian sendiri di tempat-tempat yg dikenalnya dengan baik
|
§ Bisa
memenuhi kebutuhannya sendiri dengan melakukan pekerjaan yg tidak terlatih
atau semi terlatih dibawah pengawasan
§ Memerlukan
pengawasan & bimbingan ketika mengalami stres sosial maupun ekonomi yg
ringan
|
Berat
|
20-35
|
§ Bisa mengucapkan beberapa kata
§ Mampu
mempelajari kemampuan untuk menolong diri sendiri
§ Tidak
memiliki kemampuan ekspresif atau hanya sedikit
§ Koordinasi otot jelek
|
§ Bisa berbicara atau belajar berkomunikasi
§ Bisa
mempelajari kebiasaan hidup sehat yg sederhana
|
§ Bisa
memelihara diri sendiri dibawah pengawasan
§ Dapat
melakukan beberapa kemampuan perlindungan diri dalam lingkungan yg
terkendali.
|
Sangat berat
|
19 atau kurang
|
§ Sangat terbelakang
§ Koordinasi ototnya sedikit sekali
§ Mungkin memerlukan perawatan khusus.
|
§ Memiliki beberapa koordinasi otot
§ Kemungkinan
tidak dapat berjalan atau berbicara
|
§ Memiliki
beberapa koordinasi otot & berbicara.
§ Bisa
merawat diri tetapi sangat terbatas
§ Memerlukan perawatan khusus.
|
Sumber
: Medicastore, 2008
4. Terapi Retardasi Mental
Pencegahan retardasi mental melalui perawatan
pra kelahiran dan pengendalian infeksi secara lebih baik adalah pengobatan yang
terbaik. Setelah retardasi mental berhasil didiagnosa, fungsi sosial dan
intelektual anak bisa ditingkatkan melalui program yang dirancang untuk
merangsang perkembangan. Kini sekolah mulai mengadakan pelatihan bicara dan
bahasa, terapi bermain, dan ketrampilan sosial. (Yulius dan Iva, 2008).
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan
pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan keadaan-sosio ekonomi,
konseling genetik dan tindakan kedokteran (umpamanya perawatan prenatal yang
baik, pertolongan persalinan yang baik, kehamilan pada wanita adolesen dan
diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak-anak).
(Idmgarut, 2009)
Terapi mengandung arti proses penyembuhan dan
pemulihan jiwa yang benar-benar sehat. Di antaranya terapi-terapi yang digunakan meliputi beberapa
bentuk:
a. Terapi holistic, yaitu
terapi yang tidak hanya menggunakan obat danditujukan kepada gangguan jiwanya
saja, dalam arti lain terapi ini mengobati pasien secara menyeluruh.
b. Psikoterapi keagamaan, yaitu terapi
yang diberikan dengan kembali
mempelajari
dan mengamalkan ajaran agama.
c. Farmakoterapi, yaitu terapi dengan
menggunakan obat. Terapi ini biasanya diberikan oleh dokter dengan memberikan
resep obat pada pasien.
d. Terapi perilaku, yaitu terapi yang
dimaksudkan agar pasien berubah baik sikap maupun perilakunya terhadap obyek
atau situasi yang menakutkan. Secara bertahap pasien dibimbing dan dilatih
untuk menghadapi berbagai objek atau situasi yang menimbulkan rasa panik dan
takut. Sebelum melakukan terapi ini diberikan psikoterapi untuk memperkuat kepercayaan
diri. (Plenduz, 2009)
5. Klasifikasi Retardasi
Mental
1) Retardasi Mental Ringan
IQ
sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang yang terkena Retardasi Mental.
Pada umumnya anak-anak dengan Retardasi Mental Ringan ini tidak dapat dikenali
sampai anak tersebut menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah.
2) Retardasi Mental Sedang
IQ sekitar 35-40 sampai 50-55.
3) Retardasi Mental Berat
IQ sekitar 20-25 sampai 35-40.
4) Retardasi Mental Sangat Berat
IQ dibawah 20 atau 25.
(Unordinary, 2009)
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Ferlina, Shinta. (2005). Definisi Makanan. (Online). (http://www.khasiatku.com/definisi-makanan. diakses tanggal 19 Juni 2009).
Idmgarut. (2009). Retardasi Mental. (Online). (http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/04/retardasi-mental-rm/diakses tanggal 16 Juli 2009).
Isfandari, Siti & Rahajeng, Ekowati. (2007). Pengaruh Faktor Berat Badan, Usia Kandungan, Posisi Anak Terhadap Taraf Retardasi Mental. (Online). (http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15 pengaruhFaktorBeratBadan.pdf/15 PengaruhFaktorBeratBadan.htmldiakses tanggal 16 Juli 2009)