Kromosom

  1. Pengertian Kromosom
Kromosom adalah kromatin yang merapat, memendek dan membesar pada waktu terjadi proses pembelahan dalam inti sel (nucleus), sehingga bagian-bagiannya dapat terlihat dengan jelas di bawah mikroskop biasa. Kromosom berasal dari kata chroma = berwarna, dan soma = badan. Terdapat di dalam plasma nucleus, berupa benda-benda berbentuk lurus seperti batang atau bengkok, dan terdiri dari bahan yang mudah mengikat zat warna.
Istilah kromosom pertama kali diperkenalkan oleh W. Waldeyer pada tahun 1888,  walaupun Flemming (1879) telah melihat pembelahan kromosom di dalam inti sel. Ahli yang mula-mula menduga bahwa benda-benda tersebut terlibat dalam mekanisme keturunan ialah Roux (1887) melaporkan bahwa banyaknya benda itu di dalam nucleus dari mahkluk yang berbeda adalah berlainan, dan jumlahnya tetap selama hidupnya. Morgan (1993), menemukan fungsi kromosom dalam pemindahan sifat- sifat genetik. Beberapa ahli lainnya seperti Heitz (1935), Kuwanda (1939), Gritter (1940) dan Kauffmann (1948), kemudian menyusul memberi keterangan lebih banyak tentang morfologi kromosom.
2.      Morfologi kromosom
Kebanyakan makhluk di dalam  nukleusnya terdapat benda-benda halus berbentuk lurus seperti batang atau bengkok dan terdiri dari zat yang mudah  mengikat zat warna. Benda-benda tersebut dinamakan  kromosom dan zat yang menyusunnya disebut kromatin (Suryo, 1990 : 6). Kromosom dapat dilihat dengan mudah, apabila menggunakan teknik pewarnaan khusus selama nukleus membelah. Hal ini karena pada saat itu kromosom mengadakan kontraksi sehingga menjadi lebih tebal, dan dapat mengisap zat warna lebih baik. Dalam arti lain,  kromosom  tampak  jelas pada saat sel sedang membelah karena mengalami pemadatan dan  penggandaan. Ukuran kromosom  bervariasi  bagi setiap species. Panjangnya berkisar antara 0,2-50 mikron, diameternya antara 0,2-20 mikron dan pada manusia mempunyai panjang 6 mikron.
Suatu kromosom terdiri dari lengan kromosom dan sentromer. Adapun strukturnya digambarkan seperti berikut :


Struktur kromosom
Satu kromosom terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu :
a.       Sentromer disebut juga kinetochore, merupakan bagian kepala kromosom. Sentromer adalah daerah yang mengerut dari kromosom saat proses mitosis atau meiosis dan merupakan tempat melekatnya benang-benang gelendong. Fungsinya adalah sebagai tempat berpegangan benang plasma dari gelendong inti (spindle) pada stadium anafase. Sentromer tidak mengandung kromonema dan gen. Berdasarkan letak dan panjangnya lengan, sentromer dapat dibedakan dalam beberapa bentuk kromosom, yaitu :
                                    1)      Metasentris, apabila sentromer terletak di median (kira-kira di tengah kromosom), sehingga kromosom terbagi menjadi dua lengan sama panjang dan mempunyai bentuk seperti huruf V.
                                    2)      Submetasentris, apabila sentromer terletak di submedian (ke arah salah satu ujung kromosom), sehingga kromosom terbagi menjadi dua lengan tak sama panjang dan mempunyai bentuk seperti huruf J.
                                    3)      Akrosentris, apabila sentromen terletak di subterminal (di dekat ujung kromosom), sehingga kromosom tidak membengkok melainkan tetap lurus seperti batang. Satu lengan kromosom sangat pendek, sedang lengan lainnya sangat panjang.
                                    4)      Telosentris, apabila sentromen terletak di ujung kromosom, sehingga kromosom hanya terdiri dari sebuah lengan saja dan berbentuk lurus seperti batang. Kromosom manusia tidak ada yang telosentris.
b.      Lengan ialah badan kromosom sendiri. Mengandung kromonema dan gen. Lengan memiliki 3 daerah :
  1. Selaput, ialah lapisan tipis yang menyelimuti badan kromosom
  2. Kandung / matrix, mengisi seluruh lengan, terdiri dari cairan bening
  3. Kromonema, ialah benang halus berpilin-pilin yang terendam dalam kandung, dan berasal dari kromonema kromatin sendiri. Di dalam kromonema terdapat kromomer (pada manusia tidak jelas).
Melihat pada perbedaan banyaknya mengisap zat warna teknik mikroskopik, kromatin (kromosom yang sedang tidak mengalami proses pembelahan) bagian lengan kromosom dibedakan oleh E. Hertz (1928) atas :
1. Heterokromatin, ialah daerah kromatin yang relatif lebih banyak dan lebih mudah mengisap zat warna dibandingkan dengan bagian lain dari lengan.
2. Eukromatin, ialah daerah kromatin yang terang dan mengandung gen-gen yang sedang aktif.
Pada satu kromatin, daerah hetero tersebar di antara eukromatin, paling banyak dekat sentromer. Daerah heterokromatin sewaktu waktu dapat berubah menjadi eukromatin, bilamana gen-gennya berubah menjadi aktif. Sebaliknya daerah eukromatin dapat pula berubah menjadi heterokromatin, pada saat gen-gennya tidak aktif atau beristirahat. Dengan demikian dapatlah kita ketahui, bahwa suatu gen tidak selalu giat melakukan transkripsi, bergantung pada kebutuhan sel pada waktu bermetabolisme.
3.      Tipe Kromosom
Menjelang abad ke-20, banyak peneliti telah mencoba untuk mengetahui jumlah kromosom yang terdapat di dalam nukleus sel tubuh manusia, tetapi selalu menghasilkan data-data yang berbeda karena pada waktu itu teknik pemeriksaan kromosom masih terlalu sederhana. Dalam tahun 1912, Winiwater menyatakan bahwa di dalam sel tubuh manusia terdapat 47 kromosom. Tetapi kemudian pada tahun 1920 Painter menegaskan penemuannya, bahwa manusia memiliki 48 kromosom. Pendapat ini bertahan sampai 30 tahun lamanya, sampai akhirnya Tjio dan Levan dalam tahun 1956 berhasil membuktikan melalui teknik pemeriksaan kromosom yang lebih sempurna, bahwa nucleus sel tubuh manusia mengandung 46 kromosom.
Kromosom manusia dibedakan atas 2 tipe :
1. Autosom, ialah kromosom biasa, yang tidak berperan menentukan dalam mengatur jenis kelamin. Dari 46 krmosom di dalam nucleus sel tubuh manusia, maka yang 44 buah (22 pasang) merupakan autosom
2. Gonosom, ialah seks kromosom (kromosom kelamin), yang berperan dalam menentukan jenis kelamin. Biasanya terdapat sepasang kromosom. Melihat macamnya dapat dibedakan atas Kromosom X dan Kromosom Y.
B.     KAJIAN  TEORITIS TENTANG GEN DAN ALEL
Gen adalah unit terkecil bahan sifat menurun atau dapat diturunkan (hereditas). Besarnya diperkirakan 4-50mm. Istilah gen pertama kali diperkenalakan oleh W.Johansen (1909), sebagai pengganti istilah faktor keturunan atau elemen yang dikemukakan oleh Gregor Mendel. Gregor Mendel telah berasumsi tentang adanya suatu bahan yang terkait dengan suatu sifat atau karakter yang dapat diwariskan. Ia menyebutnya 'faktor'. Pada 1910, Thomas Hunt Morgan menunjukkan bahwa gen terletak di kromosom. Selanjutnya, terjadi 'perlombaan' seru untuk menemukan substansi yang merupakan gen. Banyak penghargaan Nobel yang kemudian jatuh pada peneliti yang terlibat dalam subjek ini.
Gen menumbuhkan serta mengatur berbagai jenis karakter dalam tubuh baik fisik maupun psikis. Pengaturan karakteristik ini melalui proses sintesa protein, seperti: kulit dibentuk oleh keratin, otot dari aktin dan miosin, darah dari Hb, globulin, dan fibrinogen, jaringan pengikat dari kolagen dan elastin, tulang dari Ossein, tulang rawan dari kondrin.
Gen sebagai faktor keturunan tersimpan di dalam kromosom, yaitu di dalam manik-manik yang disebut kromomer atau nukleusom dari kromonema. Morgan seorang ahli genetika dari Amerika Serikat menyebut kromomer itu dengan lokus. Lokus adalah lokasi yang diperuntukan bagi gen dalam kromosom. Jadi menurut Morgan, gen tersebut tersimpan di dalam setiap lokus yang khas dalam kromosom.
Gen sebagai zarah kompak yang mengandung satuan informasi genetik dan mengatur sifat-sifat menurun tertentu memenuhi lokus suatu kromosom. Setiap kromosom mengandung banyak gen. Oleh sebab itu, dalam setiap kromosom khususnya di dalam kromonema terdapat deretan lokus.  Batas antar lokus yang satu dengan lokus yang lain tidak jelas seperti deretan kotak-kotak.
Pada saat itu DNA yang sudah ditemukan dan diketahui hanya berada pada kromosom (1869), tetapi orang belum menyadari bahwa DNA terkait dengan gen. Melalui penelitian Oswald Avery terhadap bakteri Pneumococcus (1943), serta Alfred Hershey dan Martha Chase (publikasi 1953) dengan virus bakteriofag T2, barulah orang mengetahui bahwa DNA adalah bahan genetik.  Gen terdiri dari DNA yang diselaputi dan diikat oleh protein. Jadi secara kimia dapat disebut bahwa bahan genetis itu adalah DNA.
Sebagai substansi hereditas, gen mempunyai fungsi sebagai berikut:
            a)      Mengatur perkembangan dan proses metabolisme individu
            b)      Menyampaikan informasi genetis dari generasi ke generasi berikutnya
            c)      Sebagai zarah tersendiri dalam kromosom. Zarah adalah zat terkecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi.
           d)      Setiap gen mendapat tempat khusus dalam kromosom.
Gen bersifat antara lain :
            a)      Sebagai materi tersendiri yang terdapat dalam kromosom
            b)      Mengandung informasi genetika
            c)      Dapat menduplikasikan diri pada peristiwa pembelahan sel

Alel berasal dari kata allelon singkatan dari allelomorf yang artinya bentuk lain. Alel merupakan sepasang gen yang terletak pada lokus yang sama pada kromosom yang homolog, yang bertugas membawa suatu sifat/karakter. Tidak semua gen mempunyai 2 alel ada juga yang lebih dari 2 disebut beralel banyak (alel ganda), misalnya : gen yang mengatur protein darah.
Contoh alel ganda:
  1. Homozygot : alel dengan pasangan kedua gen pada suatu individu sama (simbolnya sam /genotipenya sama)
  2. Heterozygot : alel dengan pasangan kedua gen tidak sama ( simbolnya berbeda/genotipenya sama).
Dari sudut pandang genetika klasik, alel (dari bahasa Inggris allele) merupakan bentuk alternatif dari gen dalam kaitan dengan ekspresi suatu sifat (fenotipe). Sebagai ilustrasi, suatu lokus dapat ditempati gen yang mengatur warna kelopak bunga merah (alel untuk bunga merah) dan juga alel untuk warna kelopak bunga putih (alel untuk bunga putih). Pada individu, pasangan alel menentukan genotipe dari individu yang bersangkutan.
Sejalan dengan perkembangan genetika, pengertian alel menjadi lebih luas dan umum. Dalam arti modern, alel adalah berbagai ekspresi alternatif dari gen atau seberkas DNA, tergantung tingkat ekspresi genetik yang diamati.
  1. Pada tingkat fenotipe, pengertian alel adalah seperti yang dikemukakan di atas.
  2. Pada tingkat enzim (dalam analisis isoenzim), alel sama dengan isoenzim.
  3. Pada tingkat genom, alel merupakan variasi-variasi yang diperoleh pada panjang berkas DNA (polimorfisme DNA).
  4. Pada tingkat transkriptom, alel adalah bentuk-bentuk alternatif dari RNA yang dihasilkan oleh suatu oligo.
  5. Pada tingkat proteom, alel merupakan variasi-variasi yang bisa dihasilkan dalam suatu keluarga gen.
C.    KARIOTYPE
Kariotype berasal dari dua kata karyon = inti dan typhos = bentuk. Kariotype adalah susunan kromosom yang berurutan menurut panjang, jumlah dan bentuk dari sel somatis suatu individu. Untuk mempelajari kromosom ini telah digunakan bermacam-macam jaringan, tetapi yang paling umum digunakan adalah kulit, sumsum tulang atau darah perifer. Penemuan penting dan mutakhir adalah dengan pembuatan kultur jaringan. Bahan untuk penelitian adalah darah vena.
Cara kerja :
1.      Darah vena diambil sebanyak 5 cc.
2.      Sel-sel darah dipisahkan dan dicampur dengan medium kultur yang mengandung zat phytohaemaglutinin (PHA):
a.       Sel-sel darah merah menggumpal, dan sel – sel darah putih dapat terpisah
b.      Sel-sel darah putih terpacu untuk membelah
3.      Sel-sel darah putih dipelihara dalam keadaan steril pada suhu 370C untuk kira-kira 3 hari.
4.      Setelah terjadi pembelahan, dibutuhkan zat kolkhisin sedikit, sehingga pembelahan terhenti pada stadium metaphase (kromosom mengalami kontraksi maksimal dan terlihat jelas).
5.      Satu jam kemudian ditambah larutan hipotonik salin, sehingga sel-sel membesar dan kromosom kromosom menyebar letaknya pada satu bidang datar.
6.      Kromosom-kromosom dipotret dengan sebuah kamera yang dipasang pada mikroskop.
7.      Kromosom hasil pemotretan kemudian digunting, diatur dalam pasangan homolog, mulai dari yang paling besar sampai ke yang paling kecil.
8.      Terdapat 22 pasang autosom dan sepasang kromosom kelamin. Seringkali sulit membedakan kromosom satu dengan yang lain. Karenanya kromosom dikelompokkan menjadi kelompok A – G berdasarkan ukuran kromosom serta letak dari sentromer.
Sedangkan untuk membedakan kromosom perempuan dan laki- laki terlihat pada kromosom X dan Y. Pada perempuan kromosom ke 23 merupakan pasangan XX dan laki-laki XY. Kromosom-X mirip dengan kromosom-kromosom pada kelompok C, dan kromosom-Y mirip dengan kromosom-kromosom dari kelompok G.
Setiap species mahkluk hidup memiliki bentuk dan jumlah kromosom sendiri-sendiri, dengan demikian kariotypenya pun tentu sendiri-sendiri pula. Peranan kariotype dalam pengamatan sifat keturunan besar sekali. Dengan kariotype dapat diketahui kelainan kromosom pada manusia.
D.    GOLONGAN DARAH
  1. Alel-Alel Berganda
Sebagian besar gen yang ada dalam populasi sebenarnya terdiri lebih dari dua bentuk alel. Golongan darah A B O pada manusia merupakan satu contoh dari alel berganda dari sebuah gen tunggal.
Ada empat kemungkinan fenotip untuk karakter ini:
a.       Golongan darah seseorang mungkin A, B, AB atau O. Huruf-huruf ini menunjukkan dua karbohidrat, substansi A dan substansi B, yang mungkin ditemukan pada permukaan sel darah merah.
b.      Sel darah seseorang mungkin mempunyai sebuah substansi (tipe A atau B), kedua-duanya (tipe AB), atau tidak sama sekali (tipe O).
c.       Kesesuaian golongan darah sangatlah penting dalam transfusi darah. Jika darah donor mempunyai faktor (A atau B) yang dianggap asing oleh resipien, protein spesifik yang disebut antibodi yang diproduksi oleh resipien akan mengikatkan diri pada molekul asing tersebut sehingga menyebabkan sel-sel darah yang disumbangkan menggumpal. Penggumpalan ini dapat membunuh resipien.
d.      Keempat golongan darah dihasilkan dari berbagai kombinasi antara tiga alel yang berbeda dari satu gen, disimbolkan sebagai IA (untuk karbohidrat A), IB (untuk karbohidrat B) dan i (menghasilkan karbohidrat yang bukan A maupun B). Ada enam genotip yang mungkin. Alel IA dan IB kedua-duanya dominan terhadap alel i. Jadi, individu IA IA dan IA i mempunyai golongan darah tipe A, dan IB IB dan IB i mempunyai tipe B. Homozigot resesif, ii, mempunyai golongan darah tipe O, sebab tidak ada substansi A maupun B yang diproduksi. Alel IA dan IB adalah kodominan; keduanya diekspresikan dalam fenotip dari heterozigot IA IB, yang memiliki golongan darah tipe AB.
2.      Golongan Darah O-A-B
a.      Antigen A dan B (Aglutinogen)
Dua antigen tipe A dan tipe B terdapat pada permukaan sel darah merah pada sebagian besar populasi. Antigen-antigen (sebuah zat yang merangsang respon imun, terutama dalam menghasilkan antibodi) inilah (yang disebut juga aglutinogen karena mereka seringkali menyebabkan aglutinasi/pembekuan sel darah) yang menyebabkan reaksi transfusi. Karena antigen-antigen ini diturunkan, orang dapat tidak mempunyai antigen tersebut di dalam selnya, atau hanya satu, atau sekaligus mempunyai keduanya.
b.      Golongan Darah O-A-B yang Utama
Pada transfusi darah dari orang ke orang, donor darah dan darah resipien normalnya diklasifikasikan ke dalam empat tipe O-A-B utama, bergantung pada ada atau tidaknya kedua aglutinogen, yaitu aglutinogen A dan B. Bila tidak terdapat aglutinogen A ataupun B, golongan darahnya adalah golongan O. Bila hanya terdapat aglutinogen tipe A, darahnya adalah golongan A. Bila hanya terdapat aglutinogen tipe B, darahnya adalah golongan B. Dan bila terdapat aglutinogen A dan B, darahnya adalah golongan AB.
c.       Penentuan Genetik dari Aglutinogen
Dua gen, satu pada setiap dua kromosom yang berpasangan, akan menentukan golongan darah O-A-B. Kedua gen ini bersifat alelomorfik yang dapat menjadi salah satu dari ketiga golongan, tetapi hanya satu tipe saja pada setiap kromosom: tipe O, tipe A, atau tipe B. Gen tipe O tidak berfungsi atau hampir tidak berfungsi, sehingga tipe ini menghasilkan aglutinogen tipe O yang tidak khas dalam sel. Sebaliknya, gen tipe A dan B menghasilkan aglutinogen yang kuat dalam sel. Enam kemungkinan kombinasi dari gen-gen ini, yaitu OO,OA,OB,AA,BB, dan AB. Kombinasi gen-gen ini dikenal sebagai genotip, dan setiap orang merupakan salah satu dari keenam genotip tersebut. Orang dengan genotip OO tidak menghasilkan aglutinogen, dan karena tiu, golongan darahnya adalah O. Orang dengan genotip OA atau AA menghasilkan aglutinogen tipe A, dan karena itu, mempunyai golongan darah A. Genotip OB dan BB menghasilkan golongan darah B, dan genotip AB menghasilkan golongan darah AB.
d.      Aglutinin
Bila tidak terdapat aglutinogen tipe A dalam sel darah merah seseorang, maka dalam plasmanya akan terbentuk antibodi yag dikenal sebagai aglutinin anti A. Demikian pula, bila tidak terdapat aglutinogen tipe B di dalam sel darah merah, maka dalam plasmanya terbentuk antibodi yang dikenal sebagai aglutini anti-B. Jadi, golongan darah O, meskipun tidak mengandung aglutinogen, tetapi mengandung aglutinin anti-A dan anti-B; golongan darah A mengandung aglutinogen tipe A dan aglutinin anti-B; dan golongan darah B mengandung aglutinogen tipe B dan aglutinin anti-A. Akhirnya, golongan darah AB mengandung kedua aglutinogen A dan B tetapi tidak mengandung aglutinin sama sekali. Golongan darah dengan genotipnya dan unsur pokok aglutinogen serta aglutininnya.
e.       Pewarisan Antigen A dan B
Antigen A dan B diwariskan sebagai alelomorf Mendel, A dan B adalah dominan. Misalnya, seseorang yang bergolongan darah B mendapatkan turunan satu antigen B dari setiap ayah dan ibu atau satu antigen dari salah satu orang tua dan satu O dari orang tua lain; jadi, seorang individu yang berfenotip B dapat mempunyai genotip BB (homozigot) atau BO (heterozigot).
Kalau golongan darah orang tua diketahui, kemungkinan genotip pada anak-anak mereka dapat ditetapkan. Kalau kedua orang tuanya bergolongan B, mereka dapat mempunyai anak bergenotip BB (antigen B dari kedua orang tua), BO (antigen B dari salah satu orang tua, O dari orang tua lain yang heterozigot), atau OO (antigen O dari kedua orang tuanya, yang keduanya heterozigot). Kalau golongan darah seorang ibu dan anaknya diketahui, penggolongan darah dapat membuktikan bahwa seseorang adalah bukan ayahnya, meskipun tidak dapat membuktikan bahwa ia adalah ayahnya.
Manfaat prediktif semakin besar kalau penggolongan darah kelompok orang yang bersangkutan ini meliputi pula identifikasi antigen lain selain aglutinogen ABO. Dengan menggunakan sidik DNA, angka penyingkiran paternal meningkat hampir mendekati 100%.
3.      Golongan Darah Rh
Bersama dengan sistem golongan darah O-A-B, sistem Rh juga penting dalam transfusi darah. Perbedaan utama antara sistem O-A-B dan sistem Rh adalah sebagai berikut: Pada sistem O-A-B, aglutinin bertanggung jawab atas timbulnya reaksi transfusi yang terjadi secara spontan, sedangkan pada sistem Rh, reaksi aglutinin spontan hampir tak penah terjadi. Malahan, orang mula-mula harus terpajan secara masif dengan antigen Rh, biasanya melalui transfusi darah atau melalui ibu yang memiliki bayi dengan antigen, sebelum terdapat cukup aglutinin untuk menyebabkan reaksi transfusi yang bermakna.
a.      Antigen Rh
Terdapat enam tipe antigen Rh yang biasa, salah satunya disebut faktor Rh. Tipe-tipe ini ditandai dengan C, D, E, c, d dan e. Orang yang memiliki antigen C tidak mempunyai antigen c, tetapi orang yang kehilangan antigen C selalu mempunyai antigen c. Keadaan ini sama halnya untuk antigen D-d dan E-e. Juga, akibat cara penurunan faktor-faktor ini, maka setiap orang hanya mempunyai satu dari ketiga pasang antigen tersebut.
Tipe antigen D dijumpai secara luas di masyarakat dan bersifat lebih antigenik daripada antigen Rh lain. Oleh karena itu, seseorang yang mempunyai tipe antigen ini dikatakan Rh-positif, sedangkan mereka yang tidak mempunyai tipe antigen D dikatakan Rh-negatif. Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa bahkan pada orang-orang dengan Rh-negatif, beberapa antigen Rh lainnya masih dapat menimbulkan reaksi transfusi, walaupun biasanya jauh lebih ringan.
Kira-kira 85 persen dari seluruh orang kulit putih adalah Rh-positif dan 15 persennya Rhnegatif.
Pada orang kulit hitam Amerika, persentase Rh positifnya kira-kira 95%, sedangkan pada orang kulit hitam afrika, betul-betul 100%.
b.      Pembentukan Aglutinin Anti-Rh
Bila sel darah merah yang mengandung faktor Rh, atau protein sebagai hasil pemecahan sel darah merah, disuntikkan ke tubuh orang yang darahnya tidak memiliki faktor yang sama –artinya, pada orang yang Rh negatif- akan terbentuk aglutinin anti-Rh dengan sangat lambat, konsentrasi maksimum aglutinin akan tercapai kira-kira 2 sampai 4 bulan kemudian. Respon imun ini untuk sebagian besar timbul pada orang-orang tertentu daripada yang lain. Bila berkali-kali terpajan dengan faktor Rh, maka orang dengan Rh negatif akhirnya menjadi sangat ”peka” terhadap faktor Rh.
c.       Gambaran Khas Reaksi Transfusi Rh
Bila orang dengan Rh-negatif sebelumnya tidak pernah terpajan dengan darah Rh-positif, maka transfusi darah Rh-positif ke tubuh orang tersebut tidak segera menyebabkan reaksi. Meskipun demikian, pada beberapa orang, terbentuklah antibodi anti-Rh dalam jumlah yang cukup selama 2 sampai 4 minggu berikutnya, yang menimbulkan aglutinasi pada sel-sel transfusi yang masih terdapat dalam darah sirkulasi. Sel-sel ini kemudian dihemolisis oleh sistem makrofag jaringan. Jadi, timbul reaksi transfusi lambat, walaupun biasanya ringan. Pada transfusi darah Rh-positif selanjutnya pada orang yang sama, dimana ia sekarang sudah terimunisasi terhadap faktor Rh, maka reaksi transfusi menjadi sangat kuat dan dapat menjadi berat seperti reaksi transfusi akibat golongan darah A atau B.
4.      Golongan Darah M, N, dan MN
Pengelompokan ini didasarkan pada dua molekul spesifik yang terletak pada permukaan sel darah merah. Orang-orang dengan golongan darah M mempunyai satu dari kedua tipe molekul ini dan orang dengan golongan darah N mempunyai tipe yang lainnya. Golongan MN dikarakterisasi oleh adanya kedua molekul pada sel darah merah.
Sebuah lokus gen tunggal, dimana dua variasi alel bisa berada, menentukan golongan-golongan darah ini. Individu M adalah homozigot untuk satu alel; individu N adalah homozigot untuk alel yang lainnya. Kondisi heterozigot terdapat pada golongan MN. Perlu diperhatikan bahwa fenotip MN bukanlah intermediet antara fenotip M dan N, tetapi kedua fenotip tersebut secara sendiri-sendiri terekspresikan oleh adanya kedua tipe molekul ini pada sel darah merah.
 

Link Kesehatan Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger