Konsep Hepatitis B

Tinjauan Tentang Imunisasi Hepatitis B
Definisi Imunisasi Hepatitis B
             Kata imun berasal dari bahasa latin imunitas yang berarti pembebasan (kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan mereka terhadap  kewajiban terhadap warga biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi terhadap penyakit menular. Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel – sel serta produk zat – zat yang dihasikannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman – kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubuh (Badan Litbangkes, 2008).
Kuman disebut antigen. Pada saat pertama kali antigen ke dalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut antibodi. Pada umumnya reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat karena tubuh belum mempunyai pengalaman terhadap antigen yang masuk, tetapi pada reaksi yang kedua, ketiga dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibody terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak, itulah sebabnya pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut atau seandainya terkenapun tidak akan menimbulkan akibat yang fatal (Badan Litbangkes, 2008).
Imunisasi adalah pemberian vaksin kepada seseorang untuk melindunginya dari beberapa penyakit tertentu. Imunisasi merupakan upaya untuk mencegah penyakit lewat peningkatan kekebalan tubuh seseorang (Badan Litbangkes, 2008).
Imunisasi merupakan suatu upaya pencegahan yang paling efektif untuk mencegah penularan penyakit hepatitis B. Word Health Organization (WHO)  melalui program The Expanded Program on Immunisation (EPI) merekomendasikan pemberian vaksinasi terhadap 7 jenis antigen penyakit sebagai imunisasi rutin di Negara berkembang, yaitu BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B.
Imunisasi ada dua macam yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri contohnya imunisasi hepatitis B, sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat contohnya peningkatan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan, contoh lain adalah yang terdapat pada bayi baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari Ibunya terhadap campak (Depkes RI, 2004).
Data statistik menunjukkan makin banyak penyakit menular bermunculan dan senantiasa mengancam kesehatan. Setiap tahun di seluruh dunia ratusan ibu, anak – anak dan dewasa meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah, hal ini dikarenakan kurangnya informasi tentang pentingnya imunisasi. Bayi – bayi yang baru lahir, anak – anak usia muda yang bersekolah dan orang dewasa sama – sama memiliki resiko terserang penyakit – penyakit menular yang mematikan seperti, hepatitis B, dipteri, tetanus, thypus, radang selaput otak dan masih banyak penyakit lainnya yang sewaktu – waktu muncul dan mematikan, untuk itu salah satunya pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar bayi –bayi tersebut terlindungi hanya dengan melakukan imunisasi (Khalidatnnur & Masriati, 2007).
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam mencegah penyakit dan merupakan upaya preventif yang mendapatkan prioritas. Sampai saat ini ada tujuh penyakit infeksi pada anak yang dapat menyebabkan kematian dan cacat, walaupun sebagian anak dapat bertahan dan kebal. Ketujuh penyakit tersebut dimasukkan dalam program imunisasi yaitu tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak dan hepatitis B (Mirzal, 2008).
Imunisasi hepatitis B pada bayi adalah upaya memberikan stimulan kepada tubuh agar secara efektif membentuk antibody terhadap virus hepatitis B (anti–HBs). Program imunisasi hepatitis B dapat berkontribusi menurunkan angka kesakitan  dan kematian sebesar 80 -90% (Idwar, 2000). 
1.      Program imunisasi Hepatitis B di Indonesia
Imunisasi hepatitis B pada individu dimaksudkan agar individu membetuk  antibodi yang ditunjukan untuk mencegah  infeksi oleh virus hepatitis B. Tujuan utama pemberian imunisasi hepatitis B yaitu untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh infeksi hepatitis B dan manifestasinya, secara tidak langsung menurunkan angka kesakitan dan kematian karena kanker hati dan pengerasan hati (Depkes RI 2000).
Pemberian imunisasi hepatitis B sesuai dengan jadwal imunisasi rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2000 berdasarkan status HBsAg pada saat ibu melahirkan. Bayi yang dilahirkan dari Ibu dengan status HBsAg yang tidak diketahui, diberikan vaksin rekombinan (HB Vax-II 5μg atau engerix B 10 μg) atau vaksin plasma derived 10 mg secara intra muscular dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosisi kedua diberikan pada umur 1-2 bulan dosisi ketiga diberikan pada umur 6 bulan. Apabila pada pemeriksaan selanjutnya diketahui HBsAg ibu positif diberikan  segera 0,5 HBIF sebelum usia anak satu minggu. Bayi baru lahir dari Ibu HBsAg positif dalam waktu 12 jam setelah lahir dberikan 0,5 ml BIG dan vaksin rekombinan (HB Vax-II 5 mg atau engerix B 10 mg) intra muscular disisi tubuh yang berlalinan. Dosisi kedua di berika 1-2 bulan sesudahnya dan dosisi ketiga pada usia 6 bulan. Bayi yang lahir dengan HBsAg negatif diberikan vaksin rekombinan (HB Vax-II dengan dosisi minimal 2,5 μg atau engerix B 10μg, vaksin plasma derived dengan dosisi 10μg  intar muscular saat lahir sampai 2 bulan. Dosis kedua diberikan 1-2 bulan dan dosisi ketiga diberikan 6 bulan setelah dosis pertama. Adapun jadwal pelaksanaan program imunisasi nasiaonal adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Program Imunisasi Nasional
Umur
Vaksin
Tempat
Bayi lahir dirumah


0 Bulan (0-7 hari)
HB1
Dirumah
1 Bulan
BCG
Posyandu
2 Bulan
HB2
Posyandu
3 Bulan
HB2, DPT1, Polio1
Posyandu
4 Bulan
HB3, DPT2. Polio2
Posyandu
9 Bulan
Campak dan Polio 4
Posyandu
Bayi lahir di RS/Bidan praktek


0 Bulan (0-7hari)
HB1, Polio1, BCG
RS/Bidan Praktek
2 Bulan
HB2, DPT1, Polio 2
Posyandu
3 Bulan
HB3, DPT2, Polio 3
Posyandu
4 Bulan
DPT3, Polio 4
Posyandu
9 Bulan
Campak
Posyandu
Sumber : Depkes RI

>>>>>>slanjutnya klik di bawah<<<<<<



 

Link Kesehatan Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger