LEPRA
(KUSTA)
Sinonim
•
Zaraath (bahasa Hebrew, Kitab Injil);
•
Kushtha (Hindi) berasal “Kushnati” =
“eating away”
•
Aussatz (German); Lepre (French);
Prokaza (Rusia)
•
Mafung (China); Raibyo (Japan); Judham
(Arab)
•
Leprosy; Morbus Hansen (M.H); Hansen
Disease
Definisi
•
Penyakit infeksi kronis, disebabkan Mycobacteroium
leprae
•
Mula-mula mengenai SS tepi, lalu kulit
& mukosa traktus respiratorius atas, RES, mata, otot, tulang, testis &
organ lain, kecuali SSP.
•
Cenderung menyebabkan cacat tangan dan
kaki
Etiologi
•
Mycobacterium leprae atau
basil Hansen
•
Ditemukan th 1873 oleh G.H.A Hansen,
Norwegia
•
Basil tahan asam, batang, p. 1-8 μ &
l. 0,2-0,5 μ
•
Berkelompok (globus) atau tersebar
satu-satu, sifat parasit obligat intraseluler (jaringan dengan suhu dingin)
•
Tidak dapat dibiakan dalam media buatan,
dpt menyebabkan infeksi sistemik pd armadillo
Cutaneus Mycobacterium Infection
•
A. TYPICAL
1. Mycobact. Leprae
a. Tuberkuloid (TT.)
b. Borderline (BB.)
c. Lepromatous (LL.)
2. Mycobact. Tuberculosis
a. Scrofuloderma
b. TBC kutis verukosa
c. Lupus vulgaris
d. TBC kutis gumosa
e. TBC kutis orifisialis
•
B. ATYPICAL
1. Gol. I: Fotokromogen
- M. marinum
- M. ulcerans
2. Gol. II: Skotokromogen
- M. scrofulaceum
3. Gol. III: Nonfotokromogen
- M. battey
- M. intracellulare
4. Gol. IV: Rapid growers
- M. fortuitum
- M. chelonei
Sejarah
•
Sejak dahulu kala ditulis dlm Kitab
Injil (± 1400 thn SM kushtha atau Zaraath, bhs Hebrew)
•
1873: kuman ditemukan G.H.A Hansen
(+osmic acid). Percobaan infeksi
pada dirinya dan Dr. Danielssen (4x)
•
1879: diakui Albert Neisser
(German), berhasil pewarnaan BTA +
fuchsin & gentian violet
•
1960: Shepard ó
inokulasi pada telapak mencit
•
1963: Rees &
Waters ó
inokulasi pada mencit (+thymectomy & radiasi) à
infiltrat hidung, telinga dan kaki
•
1965: Kircheimer &
Storrs (USA) infeksi sistemik pd Armadillo
Epidemiologi
•
± 15 – 20 juta penderita di dunia
•
Penyakit endemis à tropis
dan subtropis (di Asia, Afrika &
Amerika Latin a.l Brasil, Chili)
•
± 4 juta penduduk di India
•
± 200.000 penderita di Indo. (Irian
& SulSel, Maluku, NTT, KalBar, Sumatra, Jawa & Bali)
•
Sosial ekonomi, higiene dan lingkungan
hidup buruk
•
Usia 25 – 35 tahun (13% anak < 14
tahun; tak pernah bayi < 1 tahun)
Patogenesis
•
Sumber penularan penderita MB
(multi-basiler) sebagai kontak (+)
melalui:
–
Kontak langsung erat dan lama à lesi
kulit + suhu dingin (terutama Susceptible persons)
–
Droplet infection (aerogen) dari/
melalui mukosa hidung (infeksi melalui oral lambung & kulit utuh ditentang
ahli)
–
Dapat ditularkan melalui tempat tidur,
pakaian, dll o.k diyakini M.leprae dapat bertahan hidup beberapa hari di luar
tubuh
–
Kemungkinan penularan melalui gigitan
serangga diakui
Gambaran Klinis
•
Cermin kekebalan seluler penderita (CMI)
•
Dari bbp klasifikasi yg dikembangkan, à klasifikasi Ridley & jopling (1962) yg membagi
lepra menjadi 5 kelompok atas dasar gambaran klinis, bakteriologik, histopatologik
dan imunologis, yang digunakan dlm bidang penelitian sekarang secara luas
dipakai dalam klinik dan epidemiologi (utk pemberantasan)
•
Tipe TT & LL à tipe
polar yang tidak berubah
•
Tipe BB
•
Tipe tengah
•
Paling tidak stabil, dapat berubah ke
tipe lain
•
Lesi berbentuk makula infiltratif
•
Permukaan berkilat
•
Batas lesi kurang jelas & cenderung
simetris
•
Lesi sangat bervariasi baik ukuran,
bentuk dan distribusinya
•
Khas lesi punch out =
makula hipopigmentasi yang oval cekung bag tengah dengan batas jelas dengan
lesi-lesi kecil di tepinya
•
Tipe BT
•
Tipe peralihan kearah TT
•
Berupa makula/ plakat dengan lesi
satelit di pinggirnya
•
Lesi 1 atau beberapa
•
Hipopigmentasi
•
Kering
•
Skuama tak jelas
•
Ada ggn saraf ringan biasanya asimetris
•
Tipe BL
•
Tipe peralihan kearah LL
•
Awalnya beberapa makula
•
Bentuk bervariasi cepat menyebar ke
seluruh tubuh disertai papel dan nodus yang tegas dengan distribusi simetris.
•
Bagian tengah sering mencekung
dibandingkan pinggir luarnya
•
Ditemukan plak punch out lesion
•
Tanda kerusakan saraf spt ggn
sensibilitas, kurangnya keringat, gugurnya rambut lebih cepat muncul dari tipe
LL serta penebalan saraf yang teraba pada tempat predileksi
Perbedaan TT & LL
Perbedaan
|
Tuberkuloid (TT)
|
Lepromatosa (LL)
|
Jumlah
lesi
|
1 /
bbrp
|
Banyak
|
Efloresensi
|
Makula
/ plakat
|
Papul,
nodul & infiltrat
|
Distribusi
|
Asimetris
|
Simetris
|
Permukaan
Lesi
|
Lebih
kasar
|
Lebih
halus & mengkilap
|
Tepi
lesi
|
Batas
jelas
|
Batas
tak jelas
|
Anestesi
|
Jelas
stad dini
|
Tak
jelas, biasa stad lanjut
|
Kontraktur
|
Sering
stad dini
|
Terutama
stad lanjut
|
Bakterioskopi
|
BTA –
atau sedikit
|
BTA
banyak
|
Histopatologi
|
Tuberkel
|
Lini
tenang (Subepidermal clear zone)
Sel
busa (Foam cell/ Virchow cell)
|
Tes
Lepromin
|
Positif
Imunitas
seluler
|
Negatif
Imunitas
seluler¯
|
Simtomatologi
1. Efloresensi
Kulit
Makula, papula, nodula
Infiltrat à ulkus
Makula
hipopigmentasi yang khas + 5A yaitu :
•
Achromia = tidak ada pigmen
•
Anestesia = baal
•
Atrofi = kulit agak mencekung
•
Alopesia = tanpa rambut
•
Anhidrosis = tidak berkeringat
2. Kelainan
Saraf
a.
Penebalan saraf perifer, a.l:
N.facialis: raba bagian pelipis
N.auric.magnus: raba sisi/ lateral leher
N. radialis: raba lateral lengan atas
N.ulnaris: raba dorsal epicondilus
lateral
N.peroneus lateral: raba dorsal
capitulum fibulae
N.tibialis posterior: raba dorsal
maleolus medialis
b. Gangguan sensibilitas
(+ tabung
reaksi, jarum
& kapas)
–
Lakukan pemeriksaan:
•
rasa suhu (panas & dingin)
•
rasa sakit (tajam & tumpul)
•
rasa raba (sentuhan kapas)
•
rasa nyeri dalam
d. Gangguan Saraf Autonom
a.
Alopesia (alis mata/ madarosis,
bulu mata)
b. Anhidrosis
(tes potlot Gunawan, tes histamin)
e. Gangguan Saraf Motorik
a. Atrofi
otot thenar, hipothenar & interphalangeal
b. Claw Hand & Drop Wrist
c. Drop Foot & Claw Toes
3.
Gangguan organ-organ lain (merupakan komplikasi), a.l:
a. Mata: iritis, iridosiklitis, ggn visus
(buta), lagofthalmus
b. Hidung: epistaksis, hidung
pelana (kerusakan tulang rawan
c.
Lidah: nodus, ulkus
d. Larings: suara parau
e. Ginjal: pielonefritis, nefritis
interstitiel, Glomerulonefritis, amilidosis ginjal
f. Testis: epididimitis, orchitis, atrofi à ginekomastia & steril
g. Kel limfe: limfadenitis
h. Tulang & sendi: artritis,
tendosinovitis, absorpsi tulang jari tangan (mutilasi)
Pada
Stadium Lanjut: xerosis, ulkus tropikum, mutilasi, ankilosis
Diagnosis
1. Anamnesa teliti (±
80%)
–
Keluhan utama/ tambahan
–
Riw kontak dengan penderita
–
Latar belakang keluarga, asal/
sos-ekonomi
2. P.f (klinis):
–
Bercak kulit: makula hipopigmentasi/
eritematosa + ggn rasa sentuh, suhu & nyeri
–
Penebalan saraf dan atau nyeri disertai
dengan :
•
Gangguan sensoris à rasa
nyeri sampai dengan mati rasa
•
Gangguan motoris à paresis
& paralisis
•
Gangguan otonom à kulit
kering & retak, edema & alopesia
3. Pemeriksaan Bakteriologi
v Pew
Ziehl Neelsen/ Kinyoun Gabet/ Tan Thiam Hok
–
Bahan dari 6 lokasi à lesi
kulit (2), cuping telinga (2), kulit distal jari telunjuk/ tengah (2)
–
Bahan biopsi kulit atau saraf
Indeks Bakteri
Untuk
menentukan klasifikasi penyakit Lepra, dengan melihat kepadatan BTA tanpa
melihat kuman hidup (solid) atau mati (fragmented/ granular)
0
|
BTA -
|
1 –
10/ 100 L.P
|
+1
|
1 –
10/ 10 L.P
|
+2
|
1 –
10/ 1 L.P
|
+3
|
10 –
100/ 1 L.P
|
+4
|
100 –
1000/ 1 L.P
|
+5
|
>
1000/ 1 L.P
|
+ 6
|
Indeks Morfologi
Untuk
menentukan persentasi BTA hidup atau mati
Rumus:
Jumlah BTA solid
x 100 %
= X %
Jumlah
BTA solid + non solid
Guna:
•
Untuk melihat keberhasilan terapi
•
Untuk melihat resistensi kuman BTA
•
Untuk melihat infeksiositas penyakit
4. Pemeriksaan
histopatologik (utk membedakan tipe TT & LL)
–
Pada tipe TT à
ditemukan Tuberkel (Giant cell, limfosit)
–
Pada tipe LL à
ditemukan sel busa (Virchow cell/ sel lepra) yi histiosit dimana di dalamnya
BTA tidak mati, tapi berkembang biak membentuk gelembung. Ditemukan lini tenang
(subepidermal clear zone)
5. Pemeriksaan
tes lepromin (digunakan utk melihat daya imunitas pdrt thdp peny Lepra)
•
TES MITSUDA
–
Menggunakan
basil lepra mati
–
Hasil rx
diperiksa stlh 3 – 4 minggu
–
Interpretasi:
»
-
tidak ada reaksi/
kelainan
»
+/- papel
+ eritema Æ < 3
mm
»
+1 papel
+ eritema Æ 3 – 5
mm
»
+2 papel
+ eritema Æ > 5
mm
»
+3 ulserasi
• TES FRENANDEZ
–
Menggunakan fraksi prot M.leprae
–
Hasil reaksi diperiksa setelah 48 jam
–
Interpretasi:
»
- tidak
ada kelainan
»
+/- indurasi
+ eritema Æ < 5
mm
»
+ 1 indurasi
+ eritema Æ 5 – 10
mm
»
+ 2 indurasi
+ eritema Æ10 – 15
mm
»
+ 3 indurasi + eritema Æ 15 – 20 mm
Dalam
perjalanan penyakit Lepra sering timbul gambaran klinik yang
disebut
REAKSI
LEPRA (Lepra Reaction) t.d:
1. Reaksi Lepra Tipe I (Reversal
Reaction)
Sering pada tipe Pausi-basiler
(TT-BB)
1.a. Reaksi Down Grading o.k.
imunitas penderita menurun, sehingga proliferasi bakteri >>, timbul
lesi-lesi baru à tipe
L
1.b. Reaksi Up Grading o.k.
peningkatan imunitas
penderita, sehingga lesi yang tenang à
meradang akut à tipe T
Gejala:
Kelainan kulit
bertambah dengan atau tanpa ringan/ berat à cacat
a.l. Claw Hand
2. Reaksi Lepra Tipe II (Eritema
Nodosum Leprosum/ ENL)
Sering timbul tipe multibasiler (BL-LL), di
sini imunitas humoral menurun,
sehingga terjadi reaksi
dengan antigen yang banyak dilepas serta mengaktifkan sistem komplemen à kompleks imun
Umumnya sedang dapat terapi DDS (Dapsone)
Gejala:
v Malaise, mialgia, demam sampai menggigil
Infiltrat bertambah à nodulus/ nodus eritematosus
berkelompok + nyeri tekan terutama di muka, punggung, dada
v Iritis, neuritis, arthritis,
pleuritis, nefritis, orchitis
v Faktor Pencetus:
v Setelah terapi intensif
v Stress fisik/ mental
v Infeksi
v Pembedahan
v Imunisasi
v Kehamilan & saat setelah melahirkan
Tujuan
utama program pemberantasan kusta
•
Memutus rantai penularan penyakit dengan
cara a.l:
–
Menurunkan insiden penyakit (deteksi
dini & pencegahan)
–
Mengobati dan menyembuhkan penderita
–
Mencegah timbulnya cacat
–
Rehabilitasi medik, psikologis &
sosial
Terapi
Obat DDS (4,4
diamino-difenil-sulfon, Dapson)
–
Bersifat bakteriostatik menghambat enzim
dihidrofolat sintetase, bekerja sbg antimetabolit PABA
–
Dosis tunggal (sampai 6 bulan):
•
50 – 100 mg/ hari à utk
dewasa
•
2 mg/ kgBB untuk anak-anak
–
Efek samping
•
Insomnia, neuropatia
•
Erupsi obat à
nekrolisis epidermal toksika !!
•
Hepatitis
•
Leukopenia,anemia hemolitik,
methemoglobinemia
Rifampisin
–
merupakan obat paling ampuh dg sifat
bakteriostatik kuat utk BTA
–
bekerja menghambat enzim polimerase RNA
dengan ikatan ireversibel, harga mahal
–
Dosis:
•
600 mg/ hari (5 – 15 mg/ kgBB/hari)
•
900 – 1200 mg/ minggu à flu
like syndrome
•
600 atau 1200/ bulan à efek
& toleransi baik
–
Efek samping
•
Ggn Gastrointestinal
•
Erupsi kulit
•
Hepatotoksik & nefrotoksik
Klofasimin (B-663, Lamprene)
–
Merupakan derivat zat warna iminofenazin
dengan efek bakteriostatik, cara menggangu metabolisme radikal oksigen
–
Efek anti-inflamasi berguna utk reaksi
lepra, harga relatif mahal
–
Dosis:
•
50 mg/ hari atau 100 mg/ 3x seminggu (1
mg/ kgBB sehari)
•
300 mg/ bulan utk cegah reaksi lepra
–
Efek samping
•
Pigmentasi kulit à
keringat & air mata merah
•
Gangguan GIT à
anorexia, vomitus, diare, kadang-kadang nyeri abdomen
SKEMA REJIMEN MDT-WHO
Untuk Pausi-basiler
•
Rifampisin 600 mg/ bulan (diawasi)
•
Dapson 100 mg/hari (swakelola) à 6 bln
(dosis 1 – 2 mg/kgBB/hari)
Untuk Multi-basiler
•
Rifampisin 600 mg/ bulan (diawasi)
•
Dapson 100 mg/ hari (swakelola)
•
Lamprene 50 mg/ hari atau 100 mg/3x
seminggu atau 300 mg/ bulan (diawasi)
OBAT KUSTA BARU
•
OFLOKSASIN
–
Merupakan obat turunan fluorokuinolon
yang paling efektif thd M.leprae
–
Kerja melalui hambatan thdp enzim girase
DNA mikobakterium
–
Dosis percobaan: 400 mg/ hari selama 1
bulan
•
MINOSIKLIN
–
Merupakan turunan tetrasiklin yang aktif
thdp M.lepra karena sifat lipofiliknya mampu menembus dinding sel kuman
–
Cara kerjanya menghambat sintesis
protein
–
Obat ini dapat menembus kulit dan
mencapai jaringan saraf yang mengandung banyak kuman
–
Dosis uji klinis: 100 mg/ hari selama 2
bulan
•
KLARITROMISIN
–
Merupakan obat golongan makrolid (spt
eritromisin & roksitromisin)
–
Mempunyai efek bakterisidal setara
dengan ofloksasin & minosiklin ada mencit
–
Bekerja dengan menghambat sintesis
protein
–
Dosis uji klinis: 500 mg/ hari