ASI
merupakan makanan yang terbaik bagi bayi karena telah disesuaikan oleh Sang
Pencipta untuk kebutuhan bayi tersebut (FKUI, 1991). ASI Ekslusif adalah
pemberian Air Susu Ibu (ASI) sedini mungkin setelah persalinan yang
pemberiannya tanpa jadwal dan tidak diselingi oleh makanan lain walaupun hanya
air putih, sampai bayi berumur 6 bulan. ASI merupakan salah satu jenis makanan
yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi, baik fisik dan psikologis, sosial
maupun spiritual. ASI terdiri dari nutrisi yang mencakup hampir 200 unsur zat
makanan, hormon, unsur kekebalan faktor pertumbuhan, anti alergi, serta anti
inflamasi (Purwanti, 2004).
Faktor kekebalan
ASI antara lain adalah lisozim. Lisozim merupakan unsur protein yang ada dalam
ASI yang berfungsi menghancurkan bakteri berbahaya. Lisozim dan imunoglobulin A
(IgA) di dalam tubuh dapat memecah dinding sel bakteri kuman Enterobacter dan
kuman Gram Positif, salah satunya adalah Mycobacterium tuberculosis (Purwanti,
2004). Asupan gizi memiliki hubungan yang erat dengan proses
infeksi bakteri dan virus. Dian (2007) menyebutkan bahwa dengan pemberian ASI
eksklusif dapat memberikan satu cakupan gizi yang baik untuk anak khususnya
untuk melindungi anak dari infeksi saluran pernafasan dan saluran pencernaan.
Indonesia tingkat
kesadaran ibu dalam memberikan ASI Ekslusif kepada anak masih terhitung kurang.
Tercatat 6,7 balita
atau 27,3 persen dari seluruh balita di Indonesia menderita kurang gizi akibat
pemberikan susu formula sebelum anak berusia 6 bulan (Asih, 2006).
Data Dinas
Kesehatan Kota Salatiga di Jawa Tengah menyebutkan bahwa terdapat hubungan
antara penberian ASI Eksklusif dengan terjadinya infeksi Tuberkulosis. Resiko terjadinya penyakit Tuberkulosis
Paru pada anak dan balita yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif adalah 9,198
kali lebih besar dibandingkan balita yang mendapat ASI Eksklusif (Suhardi,
2007).