Hidronefrosis
adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua ginjal akibat
adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik
sehingga tekanan diginjal meningkat (Smeltzer dan Bare, 2002).
Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal (Sylvia, 1995).
Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak.
Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal (Sylvia, 1995).
Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak.
Etiologi Hidronefrosis
-Jaringan
parut ginjal/ureter.
-Batu
-Neoplasma/tomur
-Hipertrofi prostat
-Kelainan konginetal pada leher kandung kemih dan uretra
-Penyempitan uretra
-Pembesaran uterus pada kehamilan (Smeltzer dan Bare, 2002).
-Batu
-Neoplasma/tomur
-Hipertrofi prostat
-Kelainan konginetal pada leher kandung kemih dan uretra
-Penyempitan uretra
-Pembesaran uterus pada kehamilan (Smeltzer dan Bare, 2002).
Patofisiologi Hidronefrosis
Apapun
penyebab dari hidronefrosis, disebabkan adanya obstruksi baik parsial ataupun
intermitten mengakibatkan terjadinya akumulasi urin di piala ginjal. Sehingga
menyebabkan disertasi piala dan kolik ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal
terjadi ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap maka
ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertrofi kompensatori),
akibatnya fungsi renal terganggu (Smeltzer dan Bare, 2002).
Manifestasi Klinis Hidronefrosis
-Pasien
mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akut dapat
menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maja
disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri
dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal
ginjal kronik akan muncul, seperti:
-Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
-Gagal jantung kongestif.
-Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).
-Pruritis (gatal kulit).
-Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
-Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
-Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.
Amenore, atrofi testikuler.
(Smeltzer dan Bare, 2002)
-Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
-Gagal jantung kongestif.
-Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).
-Pruritis (gatal kulit).
-Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
-Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
-Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.
Amenore, atrofi testikuler.
(Smeltzer dan Bare, 2002)
Penatalaksanaan
Tujuannya
adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari hidronefrosis
(obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan melindungi fungsi
ginjal.Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan
nefrostomi atau tipe disertasi lainnya. Infeksi ditangani dengan agen anti
mikrobial karena sisa urin dalam kaliks akan menyebabkan infeksi dan
pielonefritis. Pasien disiapkan untuk pembedahan mengangkat lesi obstrukstif
(batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah satu fungsi ginjal rusak parah dan
hancur maka nefrektomi (pengangkatan ginjal) dapat dilakukan (Smeltzer dan
Bare, 2002).
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1).
Gangguan keseimbangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan cairan.
Tujuan: Volume cairan seimbangKriteria hasil:
-RR dan TTV normal/stabil
-Turgor baik, mukosa lembab
-Intake dan output seimbangIntervensi:
-Timbang BB tiap tiga hari.
-Observasi TTV
-Beri posisi trendelenberg
-Pantau intake dan output
-kolaborasi pemberian diuresis
-Cek laboratorium darah lengkap/rutin
Tujuan: Volume cairan seimbangKriteria hasil:
-RR dan TTV normal/stabil
-Turgor baik, mukosa lembab
-Intake dan output seimbangIntervensi:
-Timbang BB tiap tiga hari.
-Observasi TTV
-Beri posisi trendelenberg
-Pantau intake dan output
-kolaborasi pemberian diuresis
-Cek laboratorium darah lengkap/rutin
2).
Resti infeksi berhubungan dengan akses haemodialise
Tujuan:
Infeksi tidak terjadiKriteria hasil:
-Tidak ada tanda-tanda infeksi
-Tidak ada sepsis dan pus
Tindakan:
-Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
-Tutup luka dengan teknik aseptik
-Monitor jika ada peradangan
-Monitor TTV
-Kolaborasi pemberian antibiotik
-Tidak ada tanda-tanda infeksi
-Tidak ada sepsis dan pus
Tindakan:
-Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
-Tutup luka dengan teknik aseptik
-Monitor jika ada peradangan
-Monitor TTV
-Kolaborasi pemberian antibiotik
3).
Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan obstruksi akut.
Tujuan:
Nyeri berkurang sampai hilangKriteria hasil:
-Pasien tampak rileks
-Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurangIntervensi:
-Kaji tingkat nyeri
-Beri penjelasan penyebab nyeri
-Ajarkan relaksasi dan distraksi
-Kolaborasi pemberian analgetik
-Pasien tampak rileks
-Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurangIntervensi:
-Kaji tingkat nyeri
-Beri penjelasan penyebab nyeri
-Ajarkan relaksasi dan distraksi
-Kolaborasi pemberian analgetik
4).
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia
Tujuan:
Kebutuhan aktivitas terpenuhiKriteria hasil:
-Meningkatkan kemampuan mobilitas
-Melaporkan penurunan gejala-gejala intoleransi aktivitas Intervensi:
-Kaji respon individu terhadap aktivitas, nyeri, dispnea, vertigo
-Meningkatkan aktivitas klien secara bertahap
-Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
-Meningkatkan kemampuan mobilitas
-Melaporkan penurunan gejala-gejala intoleransi aktivitas Intervensi:
-Kaji respon individu terhadap aktivitas, nyeri, dispnea, vertigo
-Meningkatkan aktivitas klien secara bertahap
-Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
5).
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah
Tujuan:
Nutrisi terpenuhiKriteria hasil:
-Masukan per oral meningkat
-Berat badan dalam rentang normalIntervensi
-Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat.
-Berikan porsi makan kecil tapi sering
-Ciptakan suasanya yang menyenangkan
-Dukung klien untuk makan bersama anggota keluarga
-Masukan per oral meningkat
-Berat badan dalam rentang normalIntervensi
-Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat.
-Berikan porsi makan kecil tapi sering
-Ciptakan suasanya yang menyenangkan
-Dukung klien untuk makan bersama anggota keluarga
Daftar
Pustaka
- Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
- Price, Sylvia. 1992. Patofisiologi edisi keempat. Jakatya: EGC.
- Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. Buku aajar keperawatan medikal bedah edisi 8. Jakarta: EGC.