ASUHAN
KEPERAWATAN (ASKEP) MORBID OBESITY
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Morbid obesitas merupakan suatu
penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak yang
berlebihan, sehingga dapat menganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila besar dan
jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang bertambah berat
badannya maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlahnya
bertambah banyak. Penelitian untuk mempelajari berbagai hormon dan sistem
neuroendokrin, yang mengatur keseimbangan energi dan lemak tubuh merupakan
tantangan lama dalam bidang biologi, dengan obesitas sebagai fokus kesehatan
masyarakat yang penting. Saat ini kita hidup pada masa dimana berat badan lebih
(indeks massa tubuh (IMT) 23-24.9 kg/m2) dan obesitas (IMT 25-30 kg/m2) sudah
menjadi suatu epidemi, dengan dugaan bahwa peningkatan prevalensi obesitas akan
mencapai 50% pada tahun 2025 bagi negara-negara maju.
Saat ini sebenarnya tenaga kesehatan
harus bersama-sama lebih tampil dan lebih tahu mengenai regulasi berat badan,
mekanisme perkembangan berat badan dan obesitas, dan banyaknya komorbiditas
yang berhubungan dengan hampir semua subspesialisasi. Karena hanya dengan
mendalami ini kita dapat melakukan pendekatan komprehensif pengobatan yang
efektif bagi obesitas.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa definisi dari Morbid Obesity?
2. Apa saja klasifikasi dari Morbid
Obesity?
3. Bagaimana etiologi dari Morbid
Obesity?
4. Bagaiamana patofisiologi dari Morbid
Obesity?
5. Bagaiamana manifestasi klinis Morbid
Obesity?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada
Morbid Obesity?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis pada
Morbid Obesity?
8. Bagaimana asuhan keperawatan
pada Morbid Obesity?
1.3 Tujuan
1. 1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep
dan asuhan keperawatan pada Morbid Obesity .
1. 2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memperoleh gambaran
tentang :
1. Definisi dari Morbid Obesity.
2. Klasifikasi dari Morbid Obesity.
3. Etiologi dari Morbid Obesity.
4. Patifisiologi dari Morbid Obesity.
5. Manifestasi klinis dari Morbid
Obesity.
6. Pemeriksaan diagnostik pada Morbid
Obesity.
7. Penatalaksanaan pada Morbid
Obesity.
8. Komplikasi klien dengan Morbid
Obesity.
9. WOC dari Morbid Obesity.
10. Asuhan keperawatan klien dengan
Morbid Obesity.
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dan
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan Morbid Obesity sehingga menunjang
pembelajaran mata kuliah pencernaa.
2. Mahasiswa mwngetahui asuhan
keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal dalam persiapan praktik di
rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Obesitas adalah istilah yang sering
digunakan untuk menyatakan adanya kelebihan berat badan. Kata obesitas berasal
dari bahasa Latin yang berarti makan berlebihan, tetapi saat ini obesitas
didefinisikan sebagai kelainan ata penyakit yang ditandai dengan penimbunan
jaringan lemak tubuh secara berlebihan.
Morbid obesity adalah keadaan
kesehatan dan status gizi dengan akumulasi lemak tubuh berlebih disertai resiko
kelainan patologis yang multi organ.
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi berat badan rendah,
normal,berat badan lebih berdasarkan indeks masa tubuh.
Indeks Massa Tubuh (BMI)
|
Kg/m2
|
Berat Badan Rendah
|
<18,5
|
Normal
|
18,5 – 22,9
|
Berat Badan Lebih
|
23,0
|
Berat Bdan Lebih dengan Resiko
|
23,0 – 24,9
|
Obes 1 (ringan)
|
25,0 – 40,0
|
Obes 2 (sedang)
|
40,0 – 100,0
|
Tabel 2.1 Tabel Indeks Massa Tubuh
Jenis obesitas:
a. Tipe Android (tipe buah apel)
Kegemukan tipe ini ditandai dengan
penumpukan lemak yang berlebihan dibagian tubuh sebelah atas yaitu disekitar
dada, bahu, leher dan muka. Pada muka ini lebih mudah menurunkan berat badan
dibanding tipe Genoid (tipe buah pear) asal bersamaan dengan diet dan olah raga
yang tepat.
b. Tipe Genoid (tipe buah pear)
Pada tipe ini lemak tertimbun
dibagian tubuh sebelah bawah yaitu disekitar perut, pinggul, paha, pantat, dan
umumnya banyak ditemui pada wanita yang lebih sukar untuk menurunkan berat
badan.
2.3 Etiologi
Penyebab morbid obesity adalah
multifaktor, faktor berikut ini sedikitnya terlibat pada beberapa kasus
obesitas:
a. Genetik Atau Keturunan
Obesitas pada manusia biasanya
keturunan, tetapi memisahkan penyebab genetik dengan lingkungan adalah sukar,
kemungkinan:
a) Menempatkan senter makan di atas
senter makan normal.
b) Herediter abnormal pada faktor
psikik
c) Faktor genetik pada pemakaian energi
dan penyimpanan energi
Bakat gemuk faktor keturunan dapat
mempengaruhi terjadinya kegemukan. Pengaruhnya belum jelas, tetapi ada bukti
yang mendukung fakta bahwa keturunan merupakan faktor penguat terjadinya
kegemukan. Dari hasil penelitian gizi di Amerika serikat dilaporkan bahwa
anak-anak dari orang tua normal mempunyai 10% peluang menjadi gemuk, peluang
tersebut akan meningkat menjadi 40-45% bila salah satu orang tuanya menderita
obesitas, dan akan meningkat lagi menjadi 70-80% bila kedua orang tuanya
mengalami obesitas. Ada penyakit Impaired Glucose Tolerance (IGT) dengan
pemeriksaan biologi molekular (b cell dysfunction) menunjukkan ada kelainan
genetik dan dengan gejala obesitas.
b. Faktor Endokrin
Hipotiroidei menjadi obesitas,
kemungkinan karena hilangnya aktivitas katabolisme, juga karena kerja tiroksin
untuk liposis, dapat dilihat pada miksudem
Resisten insulin pada diabetes tipe
II sering merupakan akibat obesitas, menurunnya reseptor insulin terutama di
otot skelet, hati dan jaringan lemak.
Fenomena ini diikuti dengan
menurunnya kemampuan insulin untuk transpor glukose, oksidasi glukose, dan
hipogenesis leh sel adipose.
Sensitivitas penghambat liposis
dalam sel lemak individu obesitas menjadi naik.
c. Faktor Sarafi (nerognik)
Pada manusia kerusakan fungsional
atau strktural seperti tumor, trauma dan inflamasi sampai dengan memberikan
obesitas.
d. Pola Makan
Saat ini pola makan adalah faktor
yang paling memengaruhi terjadinya kasus obesitas. Bayangkan di mana-mana ada
mall baru, setiap kali anak-anak muda jadi kepingin mencoba mall yang baru.
Janjian sama teman di mall. Menunggu waktu ekstrakulikuler ke mall. Weekend ke
mall lagi. Padahal di mall jarang ada restoran yang menyediakan makanan sehat.
Yang ada hanya burger, pizza, ayam goreng, crepes, dan lain-lain yang masuk
kategori junk food.” Padahal junk food mempunyai kandungan tinggi kalori, dari
karbohidrat dan dari lemak. Itu yang menyebabkan berat badan cepat naik,"
ujar Dr Leane.
Pola hidup modern, dengan pola makan
modern pula, yang sekarang ini banyak dianut orang ternyata sangat berpotensi
rawan Obesitas. Sebab, gaya hidup dan pola makan yang disebut modern ini jelas
sangat mengancam kualitas kesehatan, justru karena kelebihan gizinya. Kelebihan
gizi membuat orang menjadi kegemukan yang mengarah munculnya penyakit kronis,
khususnya diabetes melitus (DM).
Obesitas dapat terjadi karena salah
satu faktor atau kombinasi faktor, antara lain (1) suatu asupan makanan yang
berlebih, (2) rendahnya pengeluaran energi basal, dan (3) kurangnya aktivitas
fisik. Terjadinya obesitas karena adanya ketidakseimbangan antara asupan energi
dan energi yang dikeluarkan atau digunakan untuk beraktivitas. Karena asupan
terlalu banyak sementara pengeluaran kurang, maka terjadilah mula-mula
overweight (kelebihan berat) dan selanjutnya menjadi obese (gemuk).
e. Gaya Hidup
Seberapa sering anak-anak muda kita
berjalan kaki, Ke mal atau ke kafe sewaktu weekend banyak yang mengendarai
mobil, Banyak diantaranya yang malas ikut kegiatan ekstrakulikuler, dan mereka
merasa lebih nyaman di kamar sambil main PS. Itulah yang menyebabkan tidak
adanya output energi,
f. Lingkungan
Pengaruh keluarga, biasanya dari
keluarga mampu membelikan anak atau keluarganya makanan, atau uang saku yang
berlebihan, pengaruh trend makanan junk fod seperti kentang goreng, pizza,
burger, salad, ice cream,dll.
1) Kebiasaan
Kebiasaan makan dalam suatu keluarga
secara tidak langsung di contoh oleh anak – anaknya, misalnya makan yang
berlebih, frekuensi makan yang sering, kelebihan snack dan makan di luar waktu
makan.
2) Cara Memilih Makan Yang Salah
Hal ini terjadi terutama disebabkan
semakin banyaknya di jual makanan cepat saji yang mengandung kalori tinggi
(padat energi), seperti pizza, hamburger, fried chicken, spageti, es krim, kue
tart, donat, dan sebagainya yang mengandung lemak tinggi dan gula berlebih.
3) Menggoreng dan Memasak Dengan
Santan:
Minyak dan santan adalah lemak yang
mengandung ikatan jenuh sehingga sukar dipecah menjadi bahan bakar. Selain itu,
makanan yang digoreng dan diberi santan biasanya terdiri dari bahan – bahan
makanan tinggi kolesterol misalnya daging goreng, gulai, dan rendang. Oleh
karena itu biasakanlah lebih sering memasak dengan cara memepes, mengetim,
membakar atau memanggang.
4) Kebiasaan Mengemil
Makan di luar waktu makan, bila
tidak dibatasi, kalori yang masuk akan sanggat tinggi karena biasanya makanan
yang dipakai kue – kue manis dan gurih.
5) Melupakan Makan Pagi
Karena buru – buru dan dianggap
tidak praktis, orang biasanya akan melewatkan makan paginya. Tidak disadari
bahwa hal tersebut mengakibatkan cepat lapar. Makan pagi sangat diperlukan
untuk mendapat energi saat akan kerja, Rasa lapar akibat tidak makan pagi akan
dikompensasikan beberapa jam kemudian sehingga secara tidak sadar timbul
perasaan lapar dan akan mencari makanan camilan ataupun makan siang yang
jumlahnya jauh lebih baik banyak dibandingkan kalau sudah makan pagi
sebelumnya.
6) Makan Makanan Secara Berlebihan
Frekuensi makan yang tidak teratur
Menghindari nasi: penderita obesitas terkadang begitu hobi terhadap nasi,
mereka beranggapan bahwa seolah – olah nasi adalah sumber peningkatan berat
badan. Tanpa disadari, perasaan ini dikompensasikan kemakanan lain sebagai
pengganti nasi.
g. Psikologi
Makan berlebihan dapat terjadi
sebagai respon terhadap kesepian, berduka depresi. Karena dapat di konotasikan
waktu luang sebagi jam makan.
Stres atau depresi merupakan faktor
pisikologis (emosional). Menurut Dr.Hilde Bruch, faktor tersebut berhubungan
erat dengan rasa lapar dan nafsu makan. Sejumlah hormon akan disekresi sebagai
tanggapan dari keadaan psikologis sehingga terjadi peningkatan metabolisme
energi untuk dipecah dan digunakan untuk aktifitas fisik. Jika seseorang tidak
dapat mengunakan bahan bakar yang telah disediakan maka tubuh tidak mempunyai
alternatif lain sehinga menyimpanya sebagai lemak. Proses tersebut menyebabkan
glukosa darah menurun sehingga menyebabkan rasa lapar pada orang yang mempunyai
tekanan psikologis.
Stres (rasa cemas, takut) akan
muncul pada pola yang berbeda untuk setiap orang. Beberapa orang dalam
menghadapinya akan mengalihkan perhatian pada makanan, terutama yang menjadi
kesukaanya, memang sementara waktu, hal tersebut dapat mengatasi kejemuan,
menimbulkan perasaan puas, dan mengatasi suasana stres. Apabila keadaan ini
berlanjut dan tidak terkontrol, otomatis akan timbul suatu kebiasaan makan yang
tidak baik karena dapat mengakibatkan kegemukan (obesitas). Terutama bila
makanan yang sering dimakan kaya akan kalori, tinggi lemak dan karbohidrat.(http.e-psikologi.com,07)
2.4 Patofisiologi
Metabolisme glukosa berperan penting
dalam mengatur penumpukan lemak, selama kelebihan kalori disimpan sebagai lemak
dan kekurangan glukosa akan terjadi pelepasan lemak sebagai sumber energi.
Individu yang obesitas mampu menyimpan lemaknya dengan mudah, namun tidak mampu
melepas lemak ini atau membakarnya untuk energi.
Faktor heredity juga berperan
penting dalam perkrmbangan obesity. Individu yang obes ditandai dengan
kebiasaan makan pada malam hari dan sering kali tidak makan saat pagi hari.
Ada teori yang menjelaskan mengenai
perkembangan obesitas yaitu pertama, teori sel adipose menjelaskan jumlah sel
di jaringan adipose meningkat maka ukuran sel lemak juga meningkat. Kedua,
teori point set bahwa individu yang mempunyai tingkat predetermine untuk berat
badan relatif stabil selama usia dewasa, maka dengan meningkatnya intake kalori
maka metabolic rate meningkat untuk membakar kelebihannya, bila intake
dikuirangi maka metabolisme menurun untuk menyimpan energi.
Faktor sosial budaya juga berperan
penting dalam peningkatan berat badan.pola makan tiap budaya dan sosial
berbeda. Begitu juga denga faktor psikologis bisa memberikan suatu dasar untuk
pola makan. Pada remaja juga kebiasaan makannya adalah mencoba berbagai makanan
dan senang makan dengan kawan bermainn dibandingkan dengan keluarga. Para
remaja umumnya emosional mereka yang dipengaruhi adalah gangguan body image,
harga diri rendah, isolasi sosial, depresi dan merasa ditolak.
2.5 Manifestasi klinis
Obesitas dapat terjadi pada semua
golongan umur, akan tetapi pada anak biasanya timbul menjelang remaja dan dalam
masa remaja terutama anak wanita, selain berat badan meningkat dengan pesat,
juga pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat (ternyata jika periksa usia
tulangnya), sehingga pada akhirnya remaja yang cepat tumbuh dan matang itu akan
mempunyai tinggi badan yang relative rendah dibandingkan dengan anak yang
sebayanya.
Bentuk tubuh, penampilan dan raut
muka penderita obesitas :
a. Paha tampak besar, terutama pada
bagian proximal, tangan relatif kecil dengan jari – jari yang berbentuk
runcing.
b. Kelainan emosi raut muka, hidung
dan mulut relatif tampak kecil dengan dagu yang berbentuk ganda.
c. Dada dan payudara membesar,
bentuk payudara mirip dengan payudara yang telah tumbuh pada anak pria keadaan
demikian menimbulkan perasaan yang kurang menyenangkan.
d. Abdomen, membuncit dan
menggantung serupa dengan bentuk bandul lonceng, kadang – kadang terdapat strie
putih atau ungu.
e. Lengan atas membesar, pada
pembesaran lengan atas ditemukan biasanya pada biseb dan trisebnya
Pada penderita sering ditemukan
gejala gangguan emosi yang mungkin merupakan penyebab atau keadaan dari
obesitas.
Penimbunan lemak yang berlebihan
dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru - paru, sehingga
timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan
aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan
menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu),
sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai
masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis
(terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering
ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan
tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga
panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang
lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah
cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
"http://id.wikipedia.org/wiki/Obesitas,"
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan metabolik atau
endorin
Dapat
menyatakan ketidaknormalan misalnya hipotiroidisme, hipogonadisme, peningkatan
pada insulin, hiperglikemi. Dapat juga menyebabkan gangguan neuroendokrin dalam
hipotalamus yang mengakibatkan berbagai gangguan kimia.
2. Pemeriksaan antropometrik
Dapat
memperkirakan rasio lemak dan otot.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Obesitas dianjurkan
agar melalui banyak cara secara bersama-sama. Terdapat banyak pilihan antara
lain:
1. Gaya hidup
Perubahan perilaku dan pengaturan
makan. Prinsipnya mengurangi asupan kalori dan meningkatkan keaktifan fisik, dikombinasikan
dengan perubahan perilaku. Kata pepatah Cina kuno “makan malam sedikit akan
membuat Anda hidup sampai sembilan puluh sembilan tahun”. Pertama usahakan
mencapai dan mempertahankan BB yang sehat. Konsumsi kalori kurang adalah faktor
penting untuk keberhasilan penurunan BB. Pengaturan makan disesuaikan dengan
banyak faktor antara lain usia, keaktifan fisik. Makan jumlah sedang makanan
kaya nutrien, lemak rendah dan kalori rendah. Pilih jenis makanan dengan
kepadatan energi rendah seperti sayur-sayuran dan buah-buahan, jenis makanan
sehat, jenis karbohidrat yang berserat tinggi, hindari manis-manisan, kurangi
lemak. Awasi ukuran porsi, dan hitung kalori misalnya makanan yang diproses
mengandung lebih banyak kalori daripada yang segar. Perbanyak kerja fisik,
olahraga teratur, dan kurangi waktu nonton TV.
1. Bedah bariatrik
Di Amerika Serikat cara ini
dianjurkan bagi mereka dengan IMT 40 kg/m2 atau IMT 35,0-39,9 kg/m2 disertai
penyakit kardiopulmonar, DM t2, atau gangguan gaya hidup dan telah gagal mencapai
penurunan BB yang cukup dengan cara non-bedah. (NIH Consensus Development Panel
pada tahun 1991). Kemudian pada tahun 2004 ASBS Consensus menganjurkan juga
cara ini untuk mereka dengan IMT 30,0–34,9 kg/m2 dengan keadaan komorbid yang
dapat disembuhkan atau diperbaiki secara nyata. Dapat diharapkan penurunan BB
maksimal 21–38%.
1. Obat-obat anti obesitas
Ada obat yang mempunyai kerja
anoreksian (meningkatkan satiation, menurunkan selera makan, atau satiety,
meningkatkan rasa kenyang, atau keduanya), contohnya Phentermin. Obat ini hanya
dibolehkan untuk jangka pendek. Orlistat menghambat enzim lipase usus sehingga
menurunkan pencernaan lemak makanan dan meningkatkan ekskresi lemak dalam tinja
dengan sedikit kalori yang diserap. Sibutramine meningkatkan statiation dengan
cara menghambat ambilan kembali monoamine neurotransmitters (serotonin,
noradrenalin dan sedikit dopamin), menyebabkan peningkatan senyawa-senyawa
tersebut di hipotalamus. Rimonabant termasuk kelompok antagonuis CB1, yang
menghambat ikatan cannabinoid endogen pada reseptor CB1 neuronal, sehingga
menurunkan selera makan dan menurunkan BB. Orlistat, sibutramin dan rimonabant
dapat dipergunakan untuk jangka lama dengan memperhatikan efek sampingnya;
rimonabant masih ditunda di Amerika Serikat. Sayangnya obat-obatan tersebut
tiada yang dapat memenuhi harapan dan kebutuhan orang. Oleh karena itu industri
farmasi masih mengembangkan banyak calon obat baru.
1. Balon Intragastrik
Balon Intragastrik adalah kantung
poliuretan lunak yang dipasang ke dalam lambung untuk mengurangi ruang yang
tersedia untuk makanan.
1. Pintasan Usus
Pintasan usus meliputi penurunan
berat badan dengan cara malabsorbsi. Tindakan ini kadang-kadang dilakukan
dengan diversi biliopankreatik, yang memerlukan reseksi parsial lambung dan eksisi
kandung empedu dengan transeksi jejunum . jejunum proksimal dianastomosiskan
(dihubungkan melalui pembedahan) ke ilium distal, dan jejunum distal
dianastomosiskan ke bagian sisa dari lambung.
2.8 Komplikasi
Seorang obesitas menghadapi risiko
masalah kesehatan yang berat, antara lain:
1. Hipertensi.
Penambahan jaringan lemak
meningkatkan aliran darah. Peningkatan kadar insulin berkaitan dengan retensi
garam dan air yang meningkatkan volum darah. Laju jantung meningkat dan
kapasitas pembuluh darah mengangkut darah berkurang. Semuanya dapat
menungkatkan tekanan darah.
1. Diabetes.
Obesitas merupakan penyebab utama DM
t2. Lemak berlebih menyebabkan resistensi insulin, dan hiperglikemia
berpengaruh negatif terhadap kesehatan.
1. Dislipidemia.
Terdapat peningkatan kadar
low-density lipoprotein cholesterol (jahat), penurunan kadar high-density
lipoprotein cholesterol (baik) dan peningkatan kadar trigliserida. Dispilidemia
berisiko terbentunya aterosklerosis.
1. 4. Penyakit jantung koroner dan Stroke
Penyakit-penyakit ini
merupakan penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis.
1. Osteoartritis.
Morbid obesity memperberat beban
pada sendi-sendi.
1. 6. Apnea tidur.
Obesitas menyebabkan saluran napas
yang menyempit yang selanjutnya menyebabkan henti napas sesaat sewaktu tidur
dan mendengkur berat.
1. Asthma
Anak dengan BBL atau obes cenderung
lebih banyak mengalami serangan asma atau pembatasan keaktifan fisik.
1. 8. Kanker
Banyak jenis kanker yang
berkaitan dengan BBL misalnya pada perempuan kanker payudara, uterus, serviks,
ovarium dan kandung empedu; pada lelaki kanker kolon, rektum dan prostat.
1. 9. Penyakit perlemakan hati
Baik peminum alkohol maupun
bukan dapat mengidap penyakit perlemakan hati (non alcoholic fatty liver
disease = NAFLD) atau non alcoholic steatohepatitis (NASH) yang dapat
berkembang menjadi sirosis.
10. Penyakit kandung empadu
Orang dengan BBL dapat menghasilkan
banyak kolesterol yang berisiko batu kandung empedu.
selanjutnya,,,,pengkajian pasien dengan Morbid Obesity