BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
Tuan A
umur 45 thaun sehari-hari bekerja sebagai nelayan, didiagnosa Ca Nasofaring
stadium 2. Dua hari tealah terpasang trakeostomy, keluhan saat ini sesak
dan gelisah serta terlihat menarik diri dari interaksi sosial.
Askep
kasus:
Pengkajian
Anamnesa:
1. Identitas pasien
- Nama : Tuan A
- TTL : Surabaya , 19-06-1965
- Alamat : Jl. Cucut 76
- Usia : 45 Tahun
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Pekerjaan : nelayan
- Nama Ayah/Ibu : Mr. M / Mrs. W
- Pekerjaan Istri : buruh cuci
- Agama : Islam
- Suku bangsa : Jawa
- Pendidikan terakhir : SD
- Diagnosa : Ca. Nasofaring
2. Keluhan Utama :
Keluhan
utama yang di rasakan sesak dan gelisah
3. Riwayat
Penyakit Sekarang :
Tuan A merasakan sesak, merasa malu
saat menemui orang lain karena tidak berbicara dengan normal.
4. Riwayat
penyakit keluarga : -
5. Riwayat
penyakit masa lalu : -
Pemeriksaan
Fisik:
1.
B1
(Breath) : kesulitan bernafas, batuk (mungkin gejala yang ada), riwayat trauma
dada
2.
B2
(Blood) : takikardia, frekuensi tak teratur. TD hiper/hipotensi
3.
B3
(Brain) : dizziness, cemas
4.
B4
(Bladder) : -
5.
B5
(Bowel) : nafsu makan turun, BB turun, Pasien lemah
6.
B6
(Bone): malaise
Pemeriksaan
focus klien dengan trakeostomy :
1.
Tanda-tanda
vital
2.
Bukti
adanya hipoksia
3.
Frekuensi
dan pola pernafasan
4.
Bunyi
nafas
5.
Status
neurologis
6.
Volume
tidal, ventilasi semenit, kapasitas vital kuat
7.
Kebutuhan
pengisapan
8.
Upaya
ventilasi spontan klien
9.
Status
nutrisi
10.
Status
psikologis
Pemeriksaan
Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan trakeostomi yaitu :
1.
Pemeriksaan
fungsi paru
2.
Analisa
gas darah arteri
3.
Kapasitas
vital paru
4.
Kapasitas
vital kuat
5.
Volume
tidal
6.
Inspirasi
negative kuat
7.
Ventilasi
semenit
8.
Tekanan
inspirasi
9.
Volume
ekspirasi kuat
10.
Aliran-volume
11.
Sinar
X dada
12.
Status
nutrisi / elektrolit.
3.2
Analisa Data
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
DS:
DO: RR
menurun, pola nafas tidak teratur, pucat, ketidaknormalan frekuensi, irama dan
kedalaman nafas, hipoksia, tachycardia, tekanan O2 dan CO2 menurun.
Pada lapangan paru bawah bilateral terdapat bercak-bercak nodular
|
Trakeostomy
Akumulasi
secret pada jalan jalan nafas yang menjadi daerah insisi trakeostomy
Jalan
nafas terganggu
Bersihan
jalan nafas tidak efektif
|
Bersihan
jalan nafas tidak efektif
|
DS :
DO :
klien terpasang trakeostomi
|
Trakeostomy
insisi
trakeostomy
kondisi
daerah insisi yang tidak bersih
kuman,
bakteri berkembang
resiko
infeksi
|
Resiko infeksi
|
DS :
Klien tidak bisa mengeluarkan suaranya saat mencoba bicara
DO:
suara klien tidak terdengar. Hanya terdengar suara hembusan. Klien
berkomunikasi dengan isyarat
|
Trakeostomy
Daerah
insisi trakeostomy
Membuka
saluran baru yang dilalui udara sebelum pita suara
Suara
yang dihasilkan tidak bisa sampai menggetarkan pita suara
Suara
tidak keluar
Gangguan
komunikasi verbal
|
Gangguan
komunikasi verbal
|
DS : -
DO:
klien menjadi sangat murung, pendiam dan terlihat membatasi diri
|
Trakeostomy
Gangguan
komunikasi dengan orang lain
Merasa
berbeda dengan orang lain
Rendah
diri
Gangguan
citra tubuh
|
Gangguan
citra tubuh
|
Diagnosa
1.
Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret
Tujuan :
Tidak ada sekret pada jalan nafas
Kriteria
hasil : Ronchi dan wheezing tidak terdengar
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Mengauskultasi
paru setiap 4 jam
2.
Menganjurkan
klien untuk tarik nafas dalam dan batuk
3.
Melakukan
fisioterapi nafas jika tidak ada kontraindikasi
4.
Membersihkan
trakheostomy tube klien sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan jumlah akumulasi
secret
5.
Melakukan
suctioning bila perlu
6.
Melakukan
nebulizing
|
1.
Jika
ditemukan crackles dan wheezing dapat mengintrepretasikan adanya sekret pada
jalan nafas
2.
Pasien
dapat mengeluarkan sekret dengan tarik nafas dalam dan batuk tanpa suctioning
3.
Untuk
membantu pasien mengeluarkan sekret dengan batuk
4.
Dengan
membersihkan trakheostomy, menghindari terjadinya penumpukan sekret dan agar
jalan nafas bersih
5.
Suctioning
membersihkan jalan nafas dari sekret
6.
Nebulizer
membantu untuk mengencerkan secret sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan
|
1.
Resiko
infeksi berhubungan dengan pembuatan saluran nafas baru dari mekanisme pertahanan
respirasi.
Tujuan :
Memperkecil adanya infeksi sehingga kemungkinan komplikasi tidak ada
Kriteria
hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Cuci
tangan sebelum melakukan prosedur
2.
Monitor
dan laporkan adanya tanda-tanda infeksi, misalnya demam, penurunan RR
(Respiratory Rate), dahak kental, peningkatan jumlah sel darah merah
3.
Jaga
pemaparan trakheostomy terhadap benda asing
4.
Gunakan
teknik steril dalam melakukan perawatan trakheostomi dan suctioning
5.
Anjurkan
untuk diet tinggi kalori tinggi protein
1.
Dengan
tangan yang bersih saat melakukan prosedur, memperkecil kemungkinan
terjadinya infeksi
2.
Mengidentifikasi
adanya infeksi dan memperkecil komplikasi
3.
Pemaparan
terlalu sering pada trakheostomy mengakibatkan pneumonia
4.
Agar
mikroorganisme tidak dapat masuk ke jalan nafas
5.
Untuk
meningkatkan sistem imun
|
1.
Gangguan
komunikasi verbal berhubungan dengan terpasangnya trakheostomy tube
Tujuan :
Klien mampu berkomunikasi
Kriteria
hasil : Interaksi sosial klien berkembang
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Beri
kesempatan klien untuk berkomunikasi
2.
Amati
gerak non verbal klien
3.
Sediakan
kertas dan bolpoin jika pasien lemah tidak mampu berbicara banyak
4.
Ajarkan
pada pasien yang terpasang trakheostomi tentang cara menutup lubang
trakheostomi dengan jari yang bersih atau tutup yang khusus jika ingin
berbicara
1.
Memberikan
klien untuk mengungkapkan apa yang klien butuhkan
2.
Gerak
non verbal mengintepretasikan perasaan klien
3.
Pasien
bisa berkomunikasi dengan menulis di kertas jika lemah
4.
Menutup
jalur masuknya udara melalui trakheostomi maka pasien dapat berbicara
|
1.
Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan terpasangnya trakheostomy tube
Tujuan :
Mengembalikan kepercayaan diri klien
Kriteria
hasil : Klian tidak lagi merasa harga dirinya rendah
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji
perasaan klien terhadap trakheostomi yang terpasang pada dirinya
2.
Dekati
pasien dengan komunikasi teraupetik
3.
Minta
pasien untuk mengungkapkan perasaannya saat dipasang trakheostomi
4.
Bantu
pasien untuk menemukan cara yang efektif untuk mengatasi penampilan
trakheostomi agar tidak mengganggu pandangan
1.
Pengkajian
adalah hal dasar sebelum menentukan perawatan
2.
Untuk
meningkatkan sikap kooperatif klien
3.
Untuk
mengetahui masalah yang dialami klien agar mudah menemukan solusi
4.
Dapat
meningkatkan harga diri pasien
|
BAB II
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Trakeostomi
merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat suatu jalan nafas
didalam trakea servikal. Perbedaan kata – kata yang dipergunakan dalam
membedakan “ostomy” dan “otomy” tidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab
lubang yang diciptakan cukup bervariasi dalam ketetapan permanen atau tidaknya.
Terdapat 2
macam tracheostomy
1.
Tracheal
stoma post laryngectomy: merupakan tracheostomy permanen. Tracheal cartilage
diarahkan kepermukaan kulit, dilekatkan pada leher. Rigiditas cartilage
mempertahankan stoma tetap terbuka sehingga tidak diperlukan tracheostomy tube
(canule).
2.
Tracheal
stoma without laryngectomy: merupakan tracheostomy temporer. Trachea dan jalan
nafas bagian atas masih intak tetapi terdapat obstruksi. Digunakan tracheostomy
tube (canule) terbuat dari metal atau Non metal (terutama pada penderita yang
sedang mendapat radiasi dan selama
4.2
Saran
Setelah
membaca makalah kami ini, kami berharap kepada pembaca, khususnya pada
mahasiswa keperawatan dapat lebih memahami lebih dalam mengenai pemasangan
trakeostomy.
DAFTAR
PUSTAKA
Somantri,
Irman. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. 2008. Jakarta : Salemba Medika.
Doenges,
dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. 2000. Jakarta : EGC
Davis, FA.
Understanding Respiratory System. 2007.