BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
1.
Data
subyektif :
1.
Lokasi
nyeri (menyebar kebagian yang mana)
2.
Dada
terasa berat, kencang, seperti diperas.
3.
Awitan
dan lamanya nyeri.
4.
Faktor-faktor
pencetus nyeri : kegiatan, panas, dingin, stress, makanan (banyak lemak).
5.
Faktor-faktor
yang dapat mengurangi nyeri : istirahat, nitro-gliserin
6.
Data
obyektif :
Apabila
nyeri angina sedang dialami pasien, maka fokus perawat adalah tingkah laku
pasien seperti, cemas, ketakutan dan memegang dada, disamping itu, perawat juga
perlu melihat melihat tanda-tanda vital dan perubahan irama jantung.
1.
Aktivitas
dan istirahat
Kelemahan,
kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan Tachycardia dan
dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).
1.
Sirkulasi
Mempunyai
riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi, diabetes
melitus. Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau
terlambatnya capilary refill time, disritmia. Suara jantung, suara jantung
tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/
ventrikel kehilangan kontraktilitasnya. Murmur jika ada merupakan akibat dari
insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi. Heart rate
mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi cardia). Irama
jnatung mungkin ireguler atau juga normal. Edema: Jugular vena distension,
odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal jantung. Warna kulit
mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
1.
Eliminasi
Bising
usus mungkin meningkat atau juga normal.
1.
Nutrisi
Mual,
kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan
perubahan berat badan.
1.
Neuro
sensori
Nyeri
kepala yang hebat, Changes mentation.
1.
Kenyamanan
Timbulnya
nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan
nitrogliserin. Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar
sampai ke lengan, rahang dan wajah. Karakteristik nyeri dapat di katakan
sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami. Sebagai akibat nyeri
tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur tubuh,
menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah,
respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.
1.
Respirasi
Dispnea
dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit
pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi,
pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler.
Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
1.
Interaksi
sosial
Stress,
kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
1.
Pengetahuan
Riwayat di
dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke,
hipertensi, perokok.
1.
Studi
diagnostik
ECG
menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi, gelombang T
inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang
mencerminkan adanya nekrosis. Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat
dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12
jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
1.
Elektrolit
Ketidakseimbangan
yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas
jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
1.
Pemeriksaan
penunjang
1.
Whole
blood cell
Leukositosis
mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.
1.
Analisa
gas darah
Menunjukan
terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis ata akut.
1.
Kolesterol
atau trigliserid
Mungkin
mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
1.
Chest
X ray
Mungkin
normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikiler.
1.
Echocardiogram
Mungkin
harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing ruang
pada jantung.
1.
Exercise
stress test
Menunjukan
kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.
3.2
Diagnosa keperawatan
1.
Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau sumbatan
pada arteri koronaria.
2.
Intoleransi
aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.
3.
Resiko
terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate,
irama, konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial
infark.
4.
Resiko
terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan
darah, hipovolemia.
5.
Resiko
terjadinya ketidakseimbangan cairan excess berhubungan dengan penurunan perfusi
organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan plasma protein.
3.3
Intervensi
1.
Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau sumbatan
pada arteri koronaria.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan
adanya penurunan rasa nyeri dada, menunjukan adanya penuruna tekanan dan cara
berelaksasi.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Monitor
dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri.
1.
Membantu
membedakan nyeri dada dini dan alat evaluasi kemungkinan kemajuan menjadi
angina tak stabil(angina stabil biasanya terjadi 3-5 menit sementara
angina tidak stabil dapat berakhir lebih dari 45 menit)
2.
Monitor
tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, kesadaran).
1.
TD
dapat meningkat secara sehubungan dengan rangsangan simpatis, kemudian turun
bila curah jantung dipenuhi. Takikardi juga terjadi pada respons terhadap
rangsangan simpatis dan dapat berlanjut sebagai kompensasi bila curah jantung
turun.
2.
Anjurkan
pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri dada.
1.
Nyeri
dan penurunan curah jantung dapat merangasang system saraf simaptis untuk
mengeluarkan sebaggian besar norepinefrin yang meningkatkan agregasi
trombosit dan mengeluarkan tromboxane A2. Ini vasokonstriksi poten yang
meyebabkan spasme arteri korroner yang dapat mencetus, dan mengkomplikasi dan
memperlama nyeri. Nyeri tak bisa ditahan yang menyebabkan vasogal, menurunkan
TD dan tekanan jantung.
2.
Ciptakan
suasana lingkungan yangtenang dan nyaman
1.
Stress
mental/emosi meningkatkan kinerja miokard
2.
Ajarkan
dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tehnik relaksasi
1.
Teknik
relaksasi dengan nafas dalam dapat mengurangi rasa nyeri
2.
Kolaborasi
dalam : Pemberian oksigen dan Obat-obatan (beta blocker, anti angina,
analgesic)
1.
Oksigen
bermanfaat untuk meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard/iskemia
2.
Ukur
tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan pengobatan dengan narkosa.
1.
Memberikan
informasi tentang kemajuan penyakit. Alat dalam evaluasi keefektifan
intervensi dan dapat menunjukkan kebutuhan perubahan program pengobatan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1.
Intoleransi
aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.
Tujuan:
setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunnjukan peningkatan kemampuan
dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak
adanya angina.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Catat
irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan
|
Untuk
memonitoring kondisi pasien
|
1.
Anjurkan
pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
|
Agar
kerja jantung tidak berat, sehingga jantung dapat relaksasi
|
1.
Anjurkan
pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.
|
Agar pembuluh
darah tidak mengalami vasokontriksi yang menyebabkan kerja jantung meningkat
|
1.
Jelaskan
pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.
|
Agar
pasien mengetahui apa saja aktivitas yang tidak boleh dilakukan
|
1.
Resiko
terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate,
irama, konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial
infark.
Tujuan:
tidak terjadi penurunan cardiac output selama di lakukan tindakan keperawatan.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Lakukan
pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada posisi berdiri, duduk
dan tiduran jika memungkinkan).
|
Takikardi
dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia dan menurunnya curah jantung. Perubahan
juga terjadi pada TD(hipo/hiper) karena respon jantung.
|
1.
Catat
warna kulit dan kaji kualitas nadi
|
Sirkulasi
perifer turun jika curah jantung turun. Membuat kulit pucat atau warna
abu-abu dan menurunnya kekuatan nadi
|
1.
Auskultasi
suara nafas dan Catat perkembangan dari adanya S3 dan S4.
|
S3,S4
dan creackles terjadi karena dekompensasi jantung atau beberapa obat(penyekat
beta).
|
1.
Dampingi
pasien pada saat melakukan aktivitas.
|
Penghematan
energy membantu menurunkan beban jantung
|
1.
Kolaborasi
dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti
disritmia.
|
Untuk
hasil penunjang dan pengobatan lebih lanjut
|
1.
Resiko
terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan
darah, hipovolemia.
Tujuan:
selama dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi penurunan perfusi jaringan.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji
adanya perubahan kesadaran
|
Untuk
mengevaluasi kondisi pasien
|
1.
Inspeksi
adanya pucat, cyanosis, kulit yang dingin dan penurunan kualitas nadi
perifer.
|
Untuk
mengetahui kondisi tugor pasien
|
1.
Kaji
adanya tanda Homans (pain in calf on dorsoflextion), erythema, edema.
|
Untuk
mendeteksi adanya komplikasi
|
1.
Kaji
respirasi (irama, kedalam dan usaha pernafasan).
|
Untuk
mengevaluasi irama nafas pasien
|
1.
Kaji
fungsi gastrointestinal (bising usus, abdominal distensi, constipasi).
|
Untuk
mendeteksi terjadinya konstipasi
|
1.
Monitor
intake dan out put.
|
Untuk mengetahui
balance cairan dalam tubuh
|
1.
Kolaborasi
dalam: Pemeriksaan ABG, BUN, Serum ceratinin dan elektrolit.
|
Untuk
mendeteksi adanya kerusakan di gnjal
|
1.
Resiko
terjadinya ketidakseimbangan cairan excess berhubungan dengan penurunan perfusi
organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan plasma protein.
Tujuan: tidak terjadi kelebihan cairan di dalam tubuh klien selama dalam
perawatan.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji
adanya jugular vein distension, peningkatan terjadinya edema.
|
Untuk
mengidentifikasi terjadinya jugular vein distension
|
1.
Ukur
intake dan output (balance cairan).
|
Untuk
mengetahui balance cairan di dalam tubuh
|
1.
Kaji
berat badan setiap hari.
|
Untuk mengetahui
pasien kurang gizi atau tidak
|
1.
Sajikan
makanan dengan diet rendah garam
|
Agar
pasien tidak mengalami hipertensi
|
1.
Kolaborasi
dalam pemberian deuritika.
|
Agar
cairan berlebih dalam tubuh dapat keluar dr tubuh
|
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit
jantung koroner disebabkan karena terjadinya penumpukan plak pada arteri
koroner yang berlangsung lama. Plak yang menempel pada arteri koroner lambat
laun akan menyebabkan aterosklerosis. Penatalaksanaan hal ini dapat dilakukan
dengan cara non operatif dan operatif, non operatif meliputi penggunaan
obat-obatan dan perubahan gaya hidup sedangkan operatif dengan cara angioplasty
dan CABG. Obat-obatan yang biasa digunakan untuk managemen lipid antara lain
adalah golongan resin, kolestiramin, lovastatin dsb yang mempunyai efek samping
yang berbeda-beda.
DAFTAR
PUSTAKA
http://cakmoki86.wordpress.com/2008/11/02/penyakit-jantung-koroner/
http://medicastore.com/penyakit/11/Penyakit_Jantung_Koroner.html
http://www.docstoc.com/docs/35059018/Penyakit-jantung-koroner
http://www.scribd.com/doc/3161769/JANTUNG-KORONER
http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/jantung-koroner.htm
http://erwinsasmita.wordpress.com/2007/05/25/dislipidemia-meningkatkan-risiko-penyakit-jantung-koroner-stroke/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/705/1/08E00124.pdf
http://doktercute-fetus.blogspot.com/2010/11/penyakit-jantung-koroner.html
http://medicastore.com/nutracare/isi_choless.php?isi_choless=hiperlipid
http://medicastore.com/nutracare/isi_choless.php?isi_choless=kelainan_lipid
http://mataharihati.multiply.com/reviews/item/56
http://za0l.multiply.com/journal/item/190/Lipid_kompleks
http://focusinmedic.blogspot.com/2009/02/kriteria-diagnostik-penyakit-jantung.html
http://www.bit.lipi.go.id/pangan-kesehatan/documents/artikel_kolesterol/kolesterol_tinggi.pdf