5 Gaya Kepemimpinan yang Efektiff
Oleh Steve Tobak
Manajemen Steve Jobs
Dulu orang membicarakan baju turtleneck berwarna hitam yang dibilang
konyol, jeans dan sepatu ketsnya. Lalu orang-orang mulai mengejek gaya
bicaranya. Kini para eksekutif dan wirausahawan mencoba meniru gagasan
manajemen sang legenda Apple tersebut.
Sayangnya, Anda tidak bisa sekedar menyalin dan menggandakan bakat,
kebijakan atau kepemimpinannya yang mendobrak. Itu tidak akan berhasil.
Sebab Steve Jobs yang orang-orang coba tiru itu, orang yang melejitkan
Apple, adalah Steve Jobs yang berbeda dari Steve Jobs sebelumnya — yang
dipecat dari perusahaan yang ia dirikan sendiri.
Peristiwa tragis dan menyakitkan tersebut mengubah dirinya. Itu
merupakan sebuah proses yang harus ia lalui. Itulah yang menjadikannya
orang yang membuat perusahaan teknologi terbesar di dunia tersebut
menjadi hebat. Hal itu dinamakan pengalaman. Anda tidak dapat meniru
pengalaman.
Keterikatan dengan karyawan
Tentu saja, setiap eksekutif dan pimpinan bisnis ingin agar para
pekerjanya menyukai pekerjaan mereka dan merasakan bahwa mereka adalah
faktor penting dalam penentu kesuksesan perusahaan. Itu mudah. Itu juga
bukan merupakan hal baru.
Cara untuk membuat para pegawai termotivasi adalah dengan membuat sebuah
budaya yang membuat mereka merasa diberdayakan, yang membuat mereka
merasa melakukan hal yang berbeda, yang membuat mereka merasa tertantang
sekaligus mendukung mereka. Itu bukanlah hal yang rumit dan Anda tidak
harus menyewa konsultan pegawai untuk melakukannya.
Produktivitas individu serta manajamen waktu
Kapan memberdayakan setiap menit waktu produktif Anda menjadi tujuan
utama? Sini saya kasih tahu: Jika Anda sulit hidup teratur, bukan orang
yang rajin, memiliki ruang kerja yang berantakan, serta tidak rapih
bukan berarti bahwa Anda terpuruk dan mengenaskan. Itu hanya berarti
bahwa Anda seperti banyak orang sukses dan inovatif yang saya kenal
selama beberapa tahun.
Dan jika Anda masih harus mencari sedikit waktu, cukup lakukan seperti
apa yang saya lakukan. Kurangi. Kurangi sama dengan menambah.
Prioritaskan hal penting. Anda akan menjadi lebih sukses dan lebih
bahagia. Cukup seperti itu.
Kecerdasan emosional
Gaya kepemimpinan dan manajemen secara tradisional telah habis. Kini
masanya soft skill, siapa yang tidak ingin menjadi seorang CEO yang
memiliki empati dan mawas diri? Masalah kecerdasan emosional adalah hal
yang sulit diukur.
Jika kecerdasan emosional bisa menjadi alat untuk memprediksi kesuksesan
bisnis, lalu bagaimana Anda bisa menghitung kecerdasan emosional Steve
Jobs, Bill Gates, Larry Ellison, Larry Page, Mark Zuckerberg, serta
puluhan wirausahawan dan eksekutif sukses lainnya?
Kepemimpinan berdasarkan kelebihan
Ini sangat sederhana. Kita hidup dalam masa yang berubah dengan cepat,
dunia bisnis yang terus mengalami perubahan. Jika Anda memiliki
kelebihan maka Anda mampu mengadaptasinya menjadi keuntungan yang
kompetitif, berkonsentrasilah pada hal itu.
Namun, jika Anda memiliki kelemahan yang besar yang mungkin bisa saja
membuat Anda dan rekan kerja terpuruk, maka jangan abaikan kelemahan
tersebu