ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KELUARGA DENGAN ANAK USIA PRASEKOLAH
Tujuan Instruksional Umum :
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan masalah
kesehatan yang terjadi pada keluarga dengan anak usia pra sekolah.
Tujuan Instruksional khusus :
Mahasiswa mampu :
- Menyebutkan definisi keluarga dengan anak usia pra sekolah.
- Menjelaskan tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak usia pra sekolah.
- Menjelaskan masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga dengan anak usia pra sekolah.
- Mengidentifikasi diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada keluarga dengan anak usia pra sekolah.
- Membuat dokumentasi asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak usia prasekoah.
- Menjelaskan peran perawat pada keluarga dengan anak usia pra sekolah.
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai
ketika anak pertama berusia 2 ½ tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun.
Sekarang, keluarga mungkin terdiri dari tiga hingga lima orang, dengan posisi
suami-ayah, istri-ibu, anak laki-laki-saudara, anak perempuan-saudari. Keluarga
lebih menjadi majemuk dan berbeda (Duvall dan Miller, 1985).
Kehidupan keluarga selama tahap ini penting dan
menuntut bagi orangtua. Kedua orangtua banyak menggunakan waktu mereka, karena
kemungkinan besar ibu bekerja, baik bekerja paruh waktu atau bekerja penuh.
Namun, menyadari bahwa orangtua adalah “arsitek keluarga”, merancang dan
mengarahkan perkembangan keluarga (Satir, 1983), adalah penting bagi mereka
untuk memperkokoh kemitraan mereka secara singkat, agar perkawinan mereka tetap
hidup dan lestari.
Anak-anak usia prasekolah harus banyak belajar
pada tahap ini, khususnya dalam hal kemadirian. Mereka harus mencapai otonomi
yang cukup dan mampu memenuhi kebutuhan sendiri agar dapat menangani diri
mereka sendiri tanpa campur tangan orangtua mereka dimana saja. Pengalaman di
kelompok bermain, taman kanak-kanak, Project Head Start, pusat perawatan
sehari, atau program-program sama lainnya merupakan cara yang baik untuk
membantu perkembangan semacam ini. Program-program prasekolah yang terstruktur sangat bermanfaat dalam
membantu orangtua dengan anak usia prasekolah yang berasal dari dalam kota dan
berpendapatan rendah. Peningkatan yang tajam dalam IQ dan keterampilan sosial
telah dilaporkan terjadi setelah anak menyelesaikan sekolah taman kanak-kanak
selama 2 tahun (Kraft et al, 1968).
Banyak sekali keluarga dengan orangtua tunggal
berada dalam tahap siklus kehidupan ini. Dalam tahun 1984, 50 persen keluarga
kulit hitam dan 15 persen keluarga kulit putih di Amerika Serikat dipimpin oleh
satu orangtua, dan 88 persen dari keluarga ini dikepalai oleh ibu (Nortan and
Glick, 1986). Di kalangan keluarga dengan orangtua tunggal, ketegangan yang
timbul dari peran mengasuh anak untuk anak usia prasekolah, ditambah lagi
dengan peran-peran lain adalah besar. Pusat-pusat perawatan sehari bagi bayi
dan anak usia prasekolah dengan kualitas yang layak dan baik sulit ditemukan
jika ditempatkan dikebanyakan kominitas. Ibu-ibu yang bekerja dan ibu-ibu yang
masih remaja secara khusus memerlukan fasilitas-fasilitas dan program-program
perawatan anak yang lebih baik (Adams dan Adams, 1990).
A. Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga.
Kini, keluarga tumbuh baik dalam jumlah maupun
kompleksitas. Perlunya anak-anak usia prasekolah dan anak kecil lainnya untuk
mengeksplorasi dunia sekitarnya, dan kebutuhan orangtua untuk memiliki privasi
mereka sendiri menjadikan perumahan dan ruang yang adekuat sebagai masalah
utama. Peralatan dan fasilitas-fasilitas juga perlu bersifat melindungi
anak-anak, karena pada tahap ini kecelakaan menjadi penyebab utama kematian dan
cacat. Mengkaji keamanan rumah merupakan hal yang penting bagi perawat
kesehatan komunitas dan penyuluhan kesehatan perlu dimasukkan sehingga orangtua
dapat mengetahui resiko yang ada dan cara-cara menegah kecelakaan (Tabel 6).
Tabel 1. Tahap III Siklus Kehidupan Keluarga Inti
dengan anak usia pra sekolah dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang
Bersamaan.
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga |
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga
|
Keluarga dengan anak usia Prasekolah.
|
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga
seperti rumah, ruang bermain, privasi, keamanan.
2.
Mensosialisasikan anak.
3.
Mengintegrasi anak yang baru
sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain.
4.
Mempertahankan hubungan yang
sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan orangtua dan anak) dan
di luar keluarga (keluarga besar dan komunitas).
|
Diadaptasi dari Carter dam McGoldrick (1988) ;
Duvall dan Miller (1985)
Karena daya tahan spesifik terhadap banyak bakteri
dan penyakit virus dan paparan yang meningkat, anak-anak usia prasekolah sering
menderita sakit dengan satu penyakit infeksi minor secara bergantian. Penyakit
infeksi sering terjadi bolak-balik dalam keluarga. Sering ke dokter, merawat
anak-anak yang sakit, kembali ke rumah untuk menjemput anak sakit dari taman
kanak-kanak merupakan krisis mingguan. Jadi kontak anak dengan penyakit infeksi
dan menular dan kerentanan umum mereka terhadap penyakit merupakan
masalah-masalah kesehatan utama.
Kecelakaan, jatuh, luka bakar dan laserasi juga
cukup sering terjadi. Kejadian-kejadian ini lebih sering ditemukan dalam
keluarga besar, keluarga di mana pengasuh dewasa tidak ada (orangtua sering
tidak di rumah), dan keluarga dengan pendapatan rendah. Keamanan lingkungan dan
pengawasan anak yang adekuat merupakan kunci untuk mengurangi kecelakaan.
Suami-ayah menerima lebih banyak keterlibatan
dalam tanggungjawab rumah tangga selama tahap perkembangan keluarga ini
daripada tahap lain, persentase terbesar dalam tahap ini digunakan untuk
aktifitas perawatan anak. Keterlibatan ayah dalam perawatan anak saat ini
benar-benar penting, karena hubungan ini dengan anak usia prasekolah dapat
membantu anak mengindentifikasi jenis kelaminnya. Khusus bagi anak laki-laki
dalam usia 5 tahun, penting sekali bagi mereka untuk bergaul secara rapat
dengan lingkungan terbatas yang kuat, ayah yang hanya atau pengganti ayah
sehingga identitas peran laki-laki dapat terbentuk (Walters, 1976).
Peran yang lebih matang juga diterima oleh
anak-anak usia prasekolah, yang secara perlahan-lahan menerima lebih banyak
tanggungjawab perawatan dirinya sendiri, plus membantu ibu atau ayah dalam
melakukan pekerjaan rumah tangga. Di sini bukan produktifitas anak yang
penting, melainkan proses belajar yang
berlangsung.
Berlawanan dengan harapan, penelitian membuktikan
bahwa kelahiran anak kedua dalam keluarga memiliki efek yang bahkan lebih
merusak hubungan perkawinan dari pada kelahiran anak pertama. Feldman (1961)
melaporkan bahwa peran orangtua membuat peran-peran perkawinan lebih sulit,
seperti terungkap dalam observasi berikut ini : pasangan suami istri
masing-masing merasakan perubahan kepribadian yang negatif ; mereka kurang puas
dengan keadaan di rumah, terdapat banyak interaksi yang berorientasi pada
tugas, pembicaraan pribadi lebih sedikit dan pembicaraan yang berpusat pada
anak lebih banyak, kehangatan yang diberikan kepada anak lebih banyak dari pada
yang diberikan satu sama lain, dan tingkat kepuasan hubungan seksual lebih
rendah (Feldman, 1969).
Penelitian yang cukup terkenal ini paralel dengan
laporan dan observasi para konselor keluarga bahwa hubungan perkawinan sering
mengalami keguncangan dalam tahap siklus ini. Sebenarnya, banyak sekali
perceraian yang terjadi dalam tahun-tahun seperti ini karena ikatan perkawinan
yang lemah atau tidak memuaskan. Privasi dan waktu bersama merupakan kebutuhan
yang utama. Konseling perkawinan dan kelompok-kelompok pertemuan perkawinan
merupakan sumber-sumber yang penting dikalangan kelas menengah. Akan tetapi
keluarga tanpa sumber-sumber ekonomi, hanya memiliki bantuan yang terbatas
untuk memperkokoh upaya penyelamatan perkawinan. Terdapat trend bagi para
pastur dan pendeta untuk menjadi terlatih sebagai konselor perkawinan dan
konselor keluarga yang tidak bisa mengupayakan terapi pribadi.
Tugas utama dari keluarga adalah mensosialisasikan
anak. Anak-anak usia prasekolah mengembangkan sikap diri sendiri (konsep diri)
dan dapat secara cepat belajar mengekspresikan diri mereka, seperti tampak
dalam kemampuan menangkap bahasa dengan cepat.
Tugas lain selama masa ini menyangkut bagaimana
mengintegrasikan anggota keluarga yang baru (anak kedua dan ketiga) semasa
masih memenuhi kebutuhan anak yang lebih tua. Penggeseran seorang anak oleh
bayi baru lahir secara psikologis merupakan suatu kejadian traumatik. Persiapan
anak-anak menjelang kelahiran seorang bayi membantu memperbaiki situasi,
khususnya jika orangtua sensitif terhadap perasaan dan tingkah laku anak yang
lebih tua. Persaingan dikalangan kakak beradik (sibling rivalry)
biasanya diungkapkan dengan memukul atau berhubungan secara negatif dengan
bayi, tingkah laku regresif, melakukan
kegiatan-kegiatan yang menarik perhatian. Cara terbaik menangani persaingan
dikalangan kakak adik adalah dengan
meluangkan waktu setiap hari untuk berhubungan lebih erat dengan anak
yang lebih tua untuk meyakinkannya bahwa ia masih dicintai dan dikehendaki.
Kira-kira saat anak mencapai usia prasekolah,
orangtua memasuki tahap pengasuhan anak
yang ketiga, salah satunya belajar berpisah dari anak-anak ketika mereka mulai
masuk ke kelompok bermain, tempat penitipan anak, atau taman kanak-kanak. Tahap
ini berlangsung terus selama usia prasekolah hingga memasuki awal usia sekolah. Pisah seringkali terasa
sulit bagi orangtua dan mereka perlu mendapat dukungan dan penjelasan tentang
bagaimana penguasaan tugas-tugas perkembangan
anak usia prasekolah memberikan kontribusi untuk semakin meningkatnya
otonomi mereka.
Pisah dari orangtua juga sulit bagi anak-anak usia
prasekolah. Pisah dapat terjadi karena orangtua pergi bekerja, ke rumah sakit,
melakukan perjalanan atau berlibur. Persiapan keluarga untuk pisah dengan anak
sangat penting dalam membantu anak menyesuaikan diri terhadap perubahan.
Membantu keluarga untuk mendapatkan pelayanan
keluarga berencana setelah kelahiran seorang bayi, atau melanjutkan kontrasepsi
jika tidak terdapat kehamilan, juga diindikasikan. Misalnya, adalah tidak biasa
bagi seorang wanita untuk berhenti menggunakan alt kontrasepsi karena terlambat
haid dengan keyakinan bahwa ia hamil, hanya untuk mencari tahu apakah
kehamilannya terjadi karena hubungan seks tanpa perlindungan kontrasepsi.
Kedua orangtua perlu memiliki kesenangan dan
kontak di luar rumah untuk mengawetmudakan mereka sehingga mereka dapat
melaksanakan berbagai tugas-tugas dan tanggungjawab di rumah. Orangtua dari
golongan kelas rendah dan orang tunggal sering tidak punya kesempatan untuk
melakukan hal ini, dan keluarga-keluarga ini mendapat kepuasan paling sedikit
terhadap pergaulan mereka dan komunitas yang lebih luas karena posisi mereka
yang terasing dan kekurangan sumber-sumber yang tersedia bagi mereka.
C. Masalah-Masalah Kesehatan.
Banyak sekali masalah kesehatan yang telah
diidentifikasi sepanjang pembahasan kita tentang keluarga dengan anak usia
prasekolah. Seperti telah dinyatakan sebelumnya, masalah kesehatan fisik yang
utama adalah penyakit-penyakit menular yang lazim pada anak dan jatuh, luka
bakar, keracunan dan kecelakaan-kecelakaan yang lain yang terjadi selama usia
prasekolah.
Masalah-masalah kesehatan psikososial keluarga
yang utama adalah hubungan perkawinan. Beberapa studi mencoba meneliti
menurunnya kepuasan yang dialami oleh banyak pasanga selama tahun-tahun ini dan
perlunya penanganan terhadap masalah ini untuk memperkokoh dan memberikan
semangat pada unit lain yang vital ini. Masalah-masalah kesehatan lain yang
penting adalah persaingan diantara kakak-adik, keluarga berencana, kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan, masalah-masalah pengasuhan anak seperti membatasi
lingkungan (disiplin), penganiayaan dan menelantarkan anak, keamanan di rumah
dan masalah-masalah komunikasi keluarga.
Strategi-strategi promosi kesehatan umum
berhubungan erat selama tahap ini, karena tingkah laku gaya hidup yang
dipelajari selama masa kanak-kanak dapat menyebabkan konsekuensi-konsekuensi
jangka pendek dan jangka panjang. Pendidikan kesehatan keluarga diarahkan pada
pencegahan masalah-masalah kesehatan utama seperti merokok, penyahagunaan
obat-obatan dan alkohol, seksualitas manusia, keselamatan, diet dan nutrisi,
olahraga dan penanganan stress/dukungan sosial. “Tujuan utama bagi para perawat
yang bekerja dengan keluarga dan anak usia prasekolah adalah membantu mereka
membentuk gaya hidup yang sehat dan memfasilitasi pertumbuhan fisik,
intelektual, emosional dan sosial secara optimal. (Wilson, 1088, hal. 177).
Kemungkinan diagnosa
- Resiko cidera
- Resiko trauma
- Resiko keracunan
- Resiko infeksi
- Gangguan penanganan pemeliharaan rumah
- Perubahan menjadi orang tua
- Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
- Gangguan komunikasi verbal
Peran perawat
- Monitor perkembangan awal masa kanak-kanak, perujukan bila ada indikasi
- Pendidik dalam tindakan pertolongan pertama dan kedaruratan
- Koordinator dg layanan pediatri
- Penyelia imunisasi
- Konselor pada nutrisi dan latihan
- Pendidik dlm isu pemecahan masalah mengenai kebiasaan kesehatan
- Pendidik tentang higiene perawatan gigi
- Konselor pada keamanan lingkungan di rumah
- Fasilitator dalam hubungan interpersonal