PROSES KEPERAWATAN GERONTIK PADA
TINGKAT KELOMPOK
A.
KONSEP KELOMPOK
1. Definisi
Pemgelompkokan manusia ke dalam
wadah-wadah tertentu, merupakan bentuk kehidupan bersama, yang dilandasi oleh
criteria tertentu seperti usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan,
pekerjaan dan kepentinga-kepentingan tertentu dalam bidang kesehatan atau
keperawatan karena adanya kebutuhan yang sama untuk mencapai sesuatu tujuan
yang diinginkan.
Soerjono Soekanto ( 1982 ), menyebutnya
sebagai kelompok sosial ( social group ), yang merupakan himpunan atau kesatuan
– kesatuan manusia yang hidup bersama, oleh karena adanya hubungan antara
mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang
saling mempengaruhi dan juga satu kesadaran untuk saling tolong menolong.
2. Proses
pembentukan kelompok
Menurut Solita Sarwono, ( 1992 ), proses
terbentuknya kelompok mengikuti tahap-tahap tertentu, sebagai berikut :
PROSES KELOMPOK
PEMBENTUKAN
PERUBAHAN PERPECAHAN
PENYESUAIAN
3. Tahap
pembentukan
Kelompk mengatur diri sendiri dan
menetukan kedudukan tiap-tiap anggotanya, siapa yang memimpin dan siapa yang
menjadi anggotanya. Setelah menjadi mapan mulailah orang menjadi lebih saling
kenal mengenalakrab dan terbuka.
4. Tahap
perpecahan
Keakrapan dapat mengundang konflik dan
menimbulkan masalah, karena tiap-tiap individu lebih berani mengemukakan
pendapatnya secara jujur, terbuka. Sehingga akan mengundang perpecahan, karena
ada diantara anggota kelompok tidak/kurang setuju dengan pendapat yang
dilontarkan.
5. Tahap
penyesuaian.
Perpecahan anggota kelompok biasanya
bersifat sementara, makin akrab hubungan anggota kelompok makin mudah
masing-masing individu untuk menyesuaikan diri dengan sifat, kehendak, gaya dan
kepribadian anggota-anggota lainnya, sehingga terjadinya perpecahan dan
pertentangan dapat dibatasi dan dihindari. Dan pada tahap inilah kelompk dapat
berfungsi secara efektif dan para
anggotanya mau saling membantu dan bekerjasama untuk kepentingan-kepentingan
kelompok.
6. Tahap
perubahan
Nerupakan suatu hal yang lumrah dalam
kehidupan kelompok terjadi perubahan karena penggantian posisi orang yang
dipimpin dan yang memimpin, perubahan jumlah keanggotaan, perubahan lingkungan
fisik dan aktifitas kelompok dan setiap perubahan akan menimbulkan dampak
terhadap kehidupan kelompok. Setiap perybahan akan menimbulkan permasalahan
dalam kelompok, sehingga memerlukan pengaturan kembali yang berkaitan dengan :
struktur organisasi, prosedur kerja, kegiatan, hubungan antara tiap anggota dan
sebagainya.
Selama kelompok masih ada dan berproses,
siklus diatas masih akan terus berulang sampai mencapai suatu kematangan kearah
kelompok yang mandiri dan mampu mengatur interaksi dan interelasi diantara
sesame anggotanya dalam mencapai tujuan yang diinginkan bersama.
7. Kepemimpinan
kelompok
Kepemimpinan merupakan kemampuan
seseorang untuk mengatur orang lain dalam bekerja sama untuk mencapai
tujuanyang diinginkan. Kemampuan seseorang untuk memimpin ada kalanya merupakan
sifat bawaan, karena memang telah memiliki bakat sebagai pemimpin. Tetapi
kepimimpinan itu dapat dipelajari melalui berbagai latihan manajemen dan
kepimpinan serta pengalaman kerja sama dengan orang lain, selain itu juga
seoarang pemimpinan harus mempunya kemampuan berorganisasi.
Seorang pemimpin harus dapat mengarahkan
kegiatan para anggota kelompok nya. Peran pemimpin semakin besar
denganterstrukturnya kelompok tersebut dan semakin jelas tujuan kelompok yang
ingin dicapai.
8. Tugas
kepemimpinan kelompok
Tugas kepemimpnan dalam kelompok,
khususnya dalam upaya-upaya keperawatan kesehatan masyarakat adalah
mengikutsertakan masyarakat dari tahap pengkajian masalah, perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan penilaian hasil kegiatan, yang meliputi :
·
Mengatur tujuan yang ingin dicapai
kelompok.
·
Menetapkan prosedur kerja.
·
Menetapkan peranan, fungsi dan tugas dan
tanggung jawab dari tiap-tiap bagian.
·
Membimbing dan membantu anggota agar
menjalankan kegiatan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
9. Gaya
kepemimpinan
Gaya kepemimpinan dalam kelompok
dibedakan menjadi kepimpinan yang berorientasi pada tujuan atau kepada
kepantingan diri sendiri. Dan kepemimpinan demokratis, yang mengutamakan
kepentingan anggota kelompok. Disamping itu ada pula kepemimpinan yang bergaya
santai, yaitu kepemimpinan yang bergaya santai, yaitu kepemimpinan yang tidak
mementingkan pencapaian tujuan kelompok dan membiarkan anggota kelompok
berproses sendiri sesuai dengan kehendak anggota kelompoknya.
10. Hubungan
pimipinan dan anggota kelompok.
Hubungan pimpinan kelompok dibedakan ada
bermacam-macam. Ada pemimpin yang membuat anggoatanya menjadi tergantung,
tetapi ada pula pimpin dan anggota memenciptakan hubungan saling ketergantungan
dan saling membutuhkan dan antara pimpinan dan yang dipimpin mempunyai
mempunyai inisiatip untuk melaksanakan kegiatan dan tidak selalu tergantung
dengan instruksi pimpinan kelompok. Tetapi ada juga pimpinan yang terlalu
tergantung kepada salah seorang atau beberapa orang tertentu dalam melakukan
kegiatan tertentu, sehingga bila ada halangan dari anggota tersebut menyebabkan kegiatan yang dilaksanakan kelompok tidak
dapat berjalan sebagaimana mestinya, sehingga timbul kevakuman.
11. Teori
kepemimpinan
MC Gregor menggolongkan kepemimpinan berdasarkan
sifat dan kepribadian sifat bawahan, yang dikenal dengan teori X dan teori Y.
dalam teori X, biasanya pimpinan menganggap bahwa bawahan atau anggota-anggota,
kelompoknya itu adalah orang-orang yang malas, tidak berinisiatif , tidak
kreatif, dalam bekerja perlu selalu diawasi dan diancam dengan sangsi atau
hukuman agar mau bekerja dengan baik. Dengan anggapan demikian maka teori X,
menggunakan gaya kepimpinan yang otoriter dan memberikan instruksi dengan
sangsi hukuman bila melanggar aturan.
Sedangkan teori Y menganggap bahwa semua
semua orang itu tidak mau menganggur, selalu ingin melakukan sesuatu kegiatan,
mengambil inisiatif untuk suatu kegiatan, mempunyai motivasi yang besar untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan pimpinan kepadanya, sehingga tidak
perlu lagi diawasi. Pimpinan akan memberikan kebebasan kepada bawahan untuk
menentukan sendiri apa-apa yang akan dikerjakan guna mencapai tujuan kelompok
dengan mendelegasikan wewenang kepada bawahannya serta mempercayai bawahan
dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan.
12. Kepemimpinan
kelompok yang efektif
Untuk mencapai kepemimpinan kelompok
yang efektif, ditentukan oleh beberapa factor, yaitu :
·
Fungsi kelompok
Jika kelompok berorientasi kepada tugas
untuk melaksanakan fungsinya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan,maka kepemimpinan yang otoriterlah yang lebih efektif,misalnya dalam
pencapai target-target tertentu dalam pemberian immunisasi terhadap kelompok
anak balita,pemakaian kontrasepsi terhadap kelompok pasangan usia subur.Dimana
pimpinan kelompok dipaksakan oleh pimpinan yang lebih tinggi dala mencapai
tujuan tersebut.
·
Kematangan kelompok
Kelompok yang baru terbentuk dan
strukturnya masih sederhana dengan anggota kelompoknya sebagian besar masih
bersifat pasif,diperlukan pimpinan yang otoriter untuk mencapai tujuan yang
diinginkan kelompok.Tetapi bagi kelompok-kelompok yang sudah mapan dan dapat
berfungsi dengan baik diperlukan pimpinan yang demokratik.Pengawasan ketat
tidak diperlukan lagi,dan menghambat proses kerja.Sehingga pimpinan tinggal
mendelegasikan wewenang kepada anggota kelompok untuk diberikan kepercayaan
dalam melaksanakan tugas.
·
Kepribadian individu
Disamping yang dijelaskan dua diatas,
yang ikut juga mempengaruhi efektifitas kepemimpinan kelompok adalah Type
Kepribadian individu, baik pimpinan maupun anggotanya. Bila kebanyakan anggota
kepribadian pasif, kurang kreatif dan berinisiatif maka kepimimpinan kelompok
yang sesuai adalah kepimimpinan otoriter sdangkan anggota mempunyai inisiatif
yang besar, terbuka, mempunyai keinginan yang maju, maka memerlukan pimpinan
yang demokratis. Dan sebaliknya pimpinan yang berkepribadian otoriter, suka
memerintah dan tidak suka dibantah sebaiknya memilih anggota yang pasif, patuh
agar tidak selalu menimbulkan konflik dalam kelompok. Demikian pula halnya
pimpinan yang demokratis, dapat menerima saran dan kritik bawahan, maka
sebaiknya memilih orang-orang yang berinisiatif, kreatif, mempunyai visi
kedepan dan ada keinginan untuk mengembangkan diri dalam mencapai tujuan-tujuan
kelompok.
13. Persyaratan
kelompok
Soerjono Soekant o (1982), menetapkan
beberapa persyaratan dalam kelompok sosial, meliputi :
·
Setiap anggota kelompok harus sadar
bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
·
Adanya hubungan timbale balik antara
anggota satu dengan anggota yang lain.
·
Terdapat suatu factor yang memiliki
bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, sehingga hubungan diantara mereka
bertambah erat, dan factor tersebut adalah :
Nasib yang sama
Kepentingan yang sama
Dan lain-lain
Berstruktur berkaedah dan mempunyai pola
perilaku.
14. Kriteria
kelompok
Soerjono soekantor (1982) menyusun
berbagai klasifikasi criteria/ukuran kelompok sosial dalam masyarakat sebagai
berikut :
·
Besar kecilnya jumlah anggota kelompok
sosial tersebut.
·
Derajat interaksi dalam kelomok sosial
tersebut.
·
Kepentingan dan wilayah.
·
Berlangsungnya suatu kepentingan.
·
Kesadaran akan jenis yang sama, hubungan
sasial dan tujuan.
Dengan memahami kondisi kelompok,
perawat kesehatan masyarakat dalam menjalankan tugasnya dapat mengidentifikasi
type-type kepemimpinan yang sesuai untuk diterapkan kedalam kelompok-kelompok
biasanya dalam mengatasi berbagai macam masalah kelompok, pakah itu kelompok
ibu hamil, ibu menyusui, kelompok usia lanjut, kelompok kusta, tbc, dan
sebagainya.
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan RI (1990), Perawatan Kesehatan Masyarakat, Seri A :
Petunjuk Pelaksanaan Kelompok Di Puskesmas,Ditjen Binkesmas,Jakarta.
Departemen Kesehatan RI (1993), Perawatan Kesehatan Masyarakat II , Petunjuk Pembinaan Kelompok Sosial/Khusus,
Jakarta.
F.J Bennet (1987), Diagnosa Komunitas dan Program kesehatan, Yayasan Essensia
medika,Yogyakarta.
Freeman B Ruth (1961), Public Health Nursing Practice,
WB.Sounders Co.London.
Freeman B Ruth (1981),Community
Health Nursing Practice, Second Edition,