aspek feminisme dan maskulinitas keperawatan


Aspek Feminisme Dan Maskulinitas Keperawatan


BAB I
PENDAHULUHAN

1.1 Latar Belakang
Remaja merupakan fase perkembangan antara masa kanak – kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Pada periode psikologis yang terjadi merupakan manifistari dari penyesuaian peran terhadap tugas perkembangan pada masa remaja, seperti : meningkatnya tuntutan dan harapan sosial, adanya tuntutan kemandirian dari orang tua, meningkatnya kebutuhan untuk berhubungan dengan kelompok sebaya, selain itu, perubahan fisik yang terjadi pada masa ini adalah terjadinya kematangan fungsi jasmaniah yang biologis berupa kematangan kelenjar kelamin yaitu testis untuk laki – laki dan ovarium pada wanita, keduanya merupakan tanda – tanda kelamin primer sebelumnya, peristiwa ini didahului oleh tanda - tanda alat kelamin sekunder yang secara kronologis mendahului ciri – ciri primer. Oleh karena itu muncul juga hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan seksualnya. Keinginan untuk menyalurkan dorongan seksual dan timbulnya rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya maupun lawan jenis, timbulnya hasrat inilah salah satu faktor yang mendorong perilaku seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis.

1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan hal – hal yang telah diuraikan dalam latar belakang penelitian maka penulis terdorong ingin mengetahui “Aspek Feminisme dan maskulitas ke perawatan“.

1.3 Tujuan
a. Tujuan umum 
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap feminisme dan maskulinitas.




b. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini meliputi :
1. Mengidentifikasi persepsi remaja di masyarakat terhadap perilaku maskulinitas dan feminitas dalam bentuk homo sexsual play.
2. Mengidentifikasi persepsi remaja di masyarakat terhadap perilaku maskulinitas dan feminisme dalam bentuk lesbian.
3. mengidentifikasi persepsi remaja di masyarakat terhadap perilaku mas kulinitas dan feminisme dalam bentuk aggresife sex play.


BAB II
TUJUAN TEORI

2.1 Pengertian
Dizaman modern sekarang ini, semenjak ilmu pengetahuan telah berkembang dengan pesatnya, terutama fsikologi dan ilmu pengetahuan maka fase – fase perkembangan maka telah diperinci dan ciri – ciri serta gejala – gejala yang tampak pada setiap fase perkembangan itu dipelajari secara mendalam.
Di dalam fase – fase perkembangan itu masa remaja merupakan pusat perhatian. Hal ini disebabkan karena masa remaja ini terdapat goncangan pada individu remaja itu, terutama di dalam melepaskan nilai – nilai yang lama dan memperoleh nilai – nilai yang baru.
Jika remaja itu tidak pandai menempatkan nilai yang ada pada individu remaja itu sendiri maka lambat laun akan tampak sifat – sifat baru yang sebenarnya tidak sesuai dengan pribadi remaja itu, misalnya saja cewek menjadi tomboy. Di dalam diri manusia terutama di dalam gen ada dua sifat resesif yang mudah muncul bila ada dorongan, sifat tersebut adalah “Maskulin dan Feminim”.

2.2 Aspek Dukungan Sosial
Hal – hal di atas menjadi pemicu dan motifasi munculnya sifat maskulin pada cewek karena dorongan.
• Lingkunagn keluarga memaksa melakukan hal – hal yang dilakukan cewek.
• Teman bermain kebanyakan cewek.
• Tidak mau.
• Memiliki sifat lemah, dan sangat suka berdandan dan bertingkah laku seperti
cewek
Hal – hal pemicu pada Feminis pada cowok karena dorongan
• Lingkungan keluarga memaksa melakukan hal – hal yang dilakukan cowok
• Temah bermain kebanyakan cowok
• Memiliki sifat keras dan suka tantangan.



BAB III
HASIL


3.1 Gambaran Yang Disurve
Cewek tomboy sangat susah menjadi feminim, karena selama ini sifat yang sangat dominan adalah maskulin, tetapi cewek tomboy pasti suatu saat mempunyai keinginan menjadi cowok dengan sifat feminim. Tapi hal itu membutuhkan waktu yang cukup lama karena cewek tomboy harus membiarkan diri melakukan hal – hal yang di lakukan cewek semestinya.

3.2 Persepsi Masyarakat
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kehidupan dari feminim dan maskulin dari hasil survei yang kami lakukan di kalangan masyarakat, sebagai besar masyarakat memandang sebelah mata, karena tidak sesuai dengan kodrat manusia sebenarnya akhirnya masyarakat menjadi benci apabila melihat orang yang mempunyai kehidupan yang tidak sebenarnya.
BAB IV
PEMBAHASAN


4.1 Pembahasan
Dari penelitian di dapatkan hasil bahwa kehidupan remaja feminim dan maskulin mempunyai persepsi mendukung terhadap perilaku homo seksual dan lesbian, hal ini sangat memperhatinkan terhadap kehidupannya karena mereka melakukan hal yang sebenarnya bertentanagan dengan kodrat mereka. Hal ini mungkin disebabkan oleh perubahan hormon atau gen selain itu ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi penyebab mereka menjadi feminim dan maskulin di antaranya :
• Lingkungan keluarga yang sangat mendukung dari tingkah serta pola pergaulan sang anak untuk melakukan hal – hal yang bertentangan dengan kodratnya.
• Dari teman bermainnya kebanyakan berlawanan jenis
• Memiliki sifat yang begitu keras, dan sangat suka menentang untuk kaum cewek menjadi tomboy
Sebagian hal – hal antara dapat memicu dan memotifasi munculnya sifat maskulin serta feminim dan lupa akan jati dirinya sebagai makhlukyang sempurna.
Dari karakteristik di atas di kwatirkan bila remaja terjebak dalam egosentrisme, mereka mungkin tidak akan memberikan tanggapan yang baik terhadap pendidikan seksual maupun penyuluhan – penyuluhan yang mengajak tindak penyegahan (Santrock, 2003). Hal ini di yakini mereka penyebab perilaku beresiko yang dilakukan remaja. Seperti dalam suatu penelitian mutkhir, egosentrisme di yakini berkaitan dengan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab pada seorang pelajar atau remaja umum.
Oleh karena itu diperlukan upaya preventif dan promotif terhadap remaja yang memiliki persepsi yang mendukung terhadap perilaku seksual, karena remaja yang mempunyai persepsi itu cenderung melakukan perilaku seksual tersebut apabila ada kesempatan karena rem atau kontrol diri mereka lemah. Keperawatan sebagai bagian integral dari sistem kesehatan mempunyai andil yang cukup besar untuk melakukan pengkajian di bidang ini.

Perawat memiliki berbagai peran dan fungsi yaitu salah satu sebagai pendidik yang memiliki peranan dalam permasalahan perilaku seksual. Perawat di komunitas sebagai perawat yang paling dekat dengan masyarakat memiliki peranan penting di banding perawat lainnya. Pendekatan yang dilakukan oleh perawat komunitas dapat dengan berbagai cara, salah satunya dengan sering melakukan kunjungan kemasyarakatan guna tahap awal untuk dapat masuk dalam masyarakat tersebut. Tindakan preventif yang dapat dilakukan perawat di komunitas dengan menjadi penyuluh ataupun konselar dapat pula dilakukan dengan memberikan pendidikan seksual secara langsung kepada remaja tersebut dengan melakukan kunjungan ke sekolah – sekolah atau dengan bekerja sama dengan instansi yang berkait. Untuk dapat mengatasi permasalahan perilaku seksual pada remaja di perlukan kerjasama berbagai pihak seperti orang tua dengan memberikan pendidikan seksual sejak dini dirumah dan pihak sekolah.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Sumber Malang, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo mengenai Aspek Feminisme dan Maskulinitas dalam keperawatan dapat disimpulakan bahwa :
ü Cewek tomboy sangat sulit menjadi Feminisme.
ü Perilaku seksual dalam eksplorasi, selama masih dalam pendekatan yang tidak langsung seperti berdiskusi, membaca, maupun menonton. Hal ini dapat disebabkan remaja tersebut memang sudah melakukan kegiatan eksplorasi tersebut seperti secara rutin menonton vidio porn, perilaku ini atau cenderung membuat remaja menjadi lebih aktif secara seksual.

5.2 Saran
Bagi profesi keperawatan khususnya keperawatan komonitas dan anak yang berada di puskesmas di harapkan dapat menjalankan peranannya lebih optimal sebagai konsuler dan edukator dalam memberikan penyuluhan, bimbingan serta pengarahan mengenai kesehatan reproduksi remaja. Dimana pendidikan mengenai perilaku seksual yang sehat dan bertanggung jawab diberikan secara terintegrasi dengan pendidikan kesehatan reproduksi remaja, sehingga masalah perilaku seksual remaja tidak menimbulkan problema yang berefek negatif terhadap perkembangan dan perilaku remaja. Selain uraian di atas ada beberapa saran untuk kita jadikan pedoman agar tidak menyalai kodrat manusia diantara adalah sebagai berikut :
a. Menghindari atau memperbaiki di dalam lingkungan keluarga yang memaksa melakukan hal – hal yang bertentangan dengan kudratnya.
b. Menentukan teman bermain yang tidak mempengaruhi dan membawanya kedalam perubahan wujudnya.
c. Merubah sikaf yang tidak sepantasnya dimilikinya misalnya wanita bersikap keras dan suka akan tantangan.



DAFTAR PUSTAKA


Al Rasyid, H. 1994. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala, Bandung : Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran.

Arief, J. 2008 Remaja dan Hubungan Seksual Pranika, Avaible at : http://www.pjhnk.go.id ( diakses tanggal 28 April 2008 ).

Azwar, S. 2003. Penyuluhan Skala Psiokologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Gushairi, A. Atmoko,AD. Liyawati,S. 2009. Penyuluh Psikologi Masyarakat. Situbondo. 

 

Link Kesehatan Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger