Asuhan
Keperawatan Tumor Otak
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tumor
ialah Istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan benigna (jinak) dalam
setiap bagian tubuh. Pertmbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan
berkembang dengan mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya. (Sue Hinchliff,
kamus Keperawatan, 1997).
Tumor
otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Mariono,
MA, Standart asuhan Keperawatan St. Carolus, 2000).
Tumor
susunan saraf pusat ditemukan sebanyak ± 10% dari neoplasma seluruh tubuh,
dengan frekwensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis
spinalis. Di Amerika di dapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun,
sedang menurut Bertelone, tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari
seluruh penyakit neurologi yang ditemukan di Rumah Sakit Umum. Di Indonesia
data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan.Insiden tumor otak pada
anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan puncak
usia 40-65 tahun.
Penderita
tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding perempuan
(39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai ≥60 tahun (31,85
persen); selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3
bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100 penderita
(74,1 persen) yang dioperasi penulis dan lainnya (26,9 persen) tidak dilakukan
operasi karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase
(sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2 persen),
sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar,
medulla spinalis, cerebellum, brainstem, cerebellopontine angle dan multiple.
Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis tumor terbanyak yang
dijumpai adalah; Meningioma (39,26 persen), sisanya terdiri dari berbagai jenis
tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan.
Tumor
disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut
menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel kita memiliki mekanisme perbaikan
DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya
dengan apoptosis jika kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis adalah proses
aktif kematian sel yang ditandai dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi
kromatin, serta fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan
gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat memicu terjadinya kanker.
Komplikasi
tumor otak yang paling ditakuti selain kematian adalah gangguan fungsi luhur.
Gangguan ini sering diistilahkan dengan gangguan kognitif dan neurobehavior
sehubungan dengan kerusakan fungsi pada area otak yang ditumbuhi tumor atau
terkena pembedahan maupun radioterapi. Neurobehavior adalah keterkaitan
perilaku dengan fungsi kognitif dan lokasi / lesi tertentu di otak. Pengaruh
negatif tumor otak adalah gangguan fisik neurologist, gangguan kognitif,
gangguan tidur dan mood, disfungsi seksual serta fatique.
Tumor
otak termasuk penyakit yang sulit terdiagnosa secara dini. Secara klinis sukar
membedakan antara tumor otak yang benigna atau yang maligna, karena gejala yang
timbul ditentukan pula oleh lokasi tumor, kecepatan tumbuhnya, kecepatan
terjadi tekanan tinggi intrakranial dan efek masa tumor ke jaringan otak.
Dipikirkan menderita tumor otak bila didapat adanya gangguan cerebral umum yang
bersifat progresif, adanya gejala tekanan tinggi intrakranial dan adanya gejala
sindrom otak yang spesifik Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini CT Scan
berperan dalam diagnosa tumor otak, sedang diagnosa pasti tumor otak benigna
atau maligna dengan pemeriksaan patologi-anatomi.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana
terapi dan penatalaksanaan pasien dengan tumor otak ?
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan
umum
Menjelaskan
terapi dan penatalaksanaan pasien dengan tumor otak.
Tujuan
khusus
1.
Mengidentifikasi
definisi dari tumor otak.
2.
Mengidentifikasi
etiologi dari tumor otak.
3.
Mengidentifikasi
patofisiologi dari tumor otak.
4.
Mengidentifikasi
manifestasi klinis dari tumor otak.
5.
Mengidentifikasi
komplikasi dari tumor otak.
6.
Mengidentifikasi
pemeriksaan penunjang dari tumor otak.
7.
Mengidentifikasi
penatalaksanaan dari tumor otak.
8.
Mengidentifikasi
prognosa dari tumor otak.
1.4
Manfaat Penulisan
Bagi
mahasiswa
Dengan
adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami dan membuat asuhan
keperawatan pada klien dengan tumor otak, serta mampu mengimplementasikannya
dalam proses keperawatan.
Bagi
institusi
Dapat
dijadikan sebagai referensi perpustakaan.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1
Anatomi Fisiologi Otak
Otak terletak di dalam rongga kranium tengkorak. Otak
berkembang dari sebuah tabung yang mulanya memeperlihatkan tiga gejala
pembesaran. Otak awal, yang disebut otak depan, otak tengah, dan otak belakang.
Otak depan, menjadi belahan otak (hemisperium cerebri), korpus striatum dan talami (talamus dan
hipotalamus). Otak tengah (diencepalon). Otak belakang, tersusun atas pons
varolii, medulla oblongata, serebellum. Ketiga bagian dari otak belakang inilah
yang disebut dengan batang otak.
Serebrum mengisi bagian depan dan atas rongga tengkorak.
Yang masing-masing disebut fosa kranialis anterior dan fosa kranialis tengah.
Serebrum terdiri dari dua belahan (hemisfer) besar sel saraf (substansi kelabu)
dan serabut saraf (substansi putih). Lapisan luar substansi kelabu disebut
korteks. Kedua hemisfer otak itu dipisahkan oleh celah yang dalam, tapi bersatu
kembali pada bagian bawahnya melalui korpus kolosum, yaitu massa substansia
putih yang terdiri dari serabut saraf. Disebelah bawahnya lagi terdapat
kelompok-kelompok substansia kelabu atau ganglia basalis.
Fisura-fisura dan sulkus-sulkus membagi hemisfer otak
menjadi beberapa daerah. Kortex serebri bergulung-gulung dan terlipat secara
tidak teratur, sehingga memungkinkan luas permukaan substansia kelabu
bertambah. Lekukan diantara gulungan-gulungan itu disebut sulkus, dan sulkus
yang paling dalam membentuk fisura longitudinalis dan lateralis. Fisura-fisura
dan sulkus-sulkus ini membagi otak dalam beberapa daerah atau ”lobus” yang
letaknya sesuai dengan tulang yang berada di atasnya, seperti lobus frontalis,
temporalis, parietalis, dan oksipitalis.
Kortex serebri terdiri dari banyak lapisan sel saraf yang
adalah substansi kelabu serebrum. Kortex serebri ini tersusun dalam banyak
gulungan-gulungan dan lipatan yang tidak teratur dan dengan demikian menambah
daerah permukaan korteks serebri, persis sama seperti melihat sebuah benda yang
justru memperpanjang jarak sampai titik ujungnya yang sebenarnya. Substansia
putih terletak agak lebih dalam dan terdiri atas serabut saraf milik sel-sel
pada kortex.
Sebagaimana telah diuraikan di depan, beberapa kelompok
kecil substansi kelabu yang disebut ganglia atau nuklei basalis, terbenam dalam
massa sunstansi putih pada setiap hemisfer otak. Dua dari antaranya adalah
nukleus kaudatus dan nukleus lentiformis, dan keduanya bersama membentuk korpus
striatum. Struktur lain berhubungan erat dengan massa substansi kelabu yang
lain, yaitu talamus yang terletak di tengah- tengah struktur itu.
Kapsula interna terbentuk oleh berkas-berkas serabut
motorik dan sensorik yang menyambung kortex serebri dengan batang otak dan
sumsum tulang belakang. Pada saat melintasi pulau-pulau substansi kelabu,
berkas-berkas saraf ini berpadu sama lain dengan eratnya. Trombosis arteri yang
melayani kapsula interna, dapat menimbulkan kerusakan pada salah satu sisi
tubuh (hemiplegia). Kerusakan serebrovaskuler seperti itu disebut ”stroke”.
Batang Otak terdiri dari otak tengah (midbrain), pons
varolli, dan medulla oblongata.
Otak Tengah merupakan bagian atas batang otak. Aqueductus
serebri yang menghubungkan ventrikel ketiga dan keempat melintasi melalui otak
tengah ini. Otak tengah mengandung pusat-pusat yang megendalikan keseimbangan
dan geraka-gerakan mata.
Pons varoli merupakan bagian tengah batang otak dan
karena itu memiliki jalur lintas naik dan turun seperti pada otak tengah.
Selain itu juga terdapat banyak serabut yang berjalan menyilang pons untuk
menghubungkan kedua lobus serebellum dan menghubungkan serebellum dengan kortex
serebri.
Medulla oblongata membentuk bagian bawah batang otak
serta menghubungkan pons dengan sumsum tulang belakang. Medulla oblongata
terletak dalam frosa kranilis posterior dan bersatu dengan sumsum tulang
belakang tepat di bawah foramen magnum tulang oksipital.
Serebelum adalah bagian terbesar dari otak belakang.
Serebelum menempati fosa kranilis posterior dan diatapi oleh
tentorium-serebili, yang merupakan lipatan dura mater yang memisahkannya dari
lobus oksipitalis serebri. Fungsi serebellum adalah untuk mengatur sikap dan
aktivitas sikap badan. Serebelum berperanan sangat penting dalam koordinasi
otot dan menjaga keseimbangan. Bila serabut kortiko spinal yang melintas dari
kortex serebri ke sumsum tulang belakang mengalami penyilangan dan dengan
demikian mengendalikan gerakan sisi yang lain dari tubuh, maka hemisfer
serebeli mengendalikan tonus otot dan sikap pada sisinya sendiri.
Aliran
darah yang menuju otak berasal dari dua buah arteri karotis dan sebagian
berasal dari arteri vertebralis. Kedua arteri vertebralis bergabung membentuk
arteri basilaris otak belakang dan arteri ini berhubungan dengan kedua arteri
karotis interna yang juga berhubungan satu dengan lainnya membentuk suatu
sirkulus Willisi. Dengan demikian terjadilah jalinan kolateral yang cukup besar
pada arteri- arteri besar yang mengurus jaringan otak. Adanya kolateral yang
besar ini, maka pada orang muda kedua arteri karotis biasanya dapat disumbat
tanpa menimbulkan efek yang merugikan fungsi serebral. Sedangkan pada orang
tua, arteri besar pada dasar otak sering mengalami sklerosis dan menyumbat
arteri karotis, sehingga penyediaan darah ke otak berkurang sedemikian rupa
sampai terjadi gangguan fungsi serebral.
Terdapat
beberapa hal yang mengatur aliran darah otak, yakni
1.
Pengaturan metabolisme
Bila
metabolisme neuronal meningkat, produk CO2 akan meningkat, sedangkan
pH ekstra seluler akan menurun sehingga terjadi vasodilatasi serebral yang
menyebabkan peningkatan aliran darah.
2.
Autoregulasi serebral
Pengaturan
ini merupakan kapasitas bawaan pembuluh darah untuk mempertahankan aliran darah
otak. Pembuluh darah otak menyesuaikan lumennya pada ruang lingkupnya
sedemikian rupa, sehingga aliran darah menetap, walaupun tekanan perfusi
berubah. Pengaturan diameter lumen ini di sebut autoregulasi. Walaupun teori
ini cukup menarik, tetapi terdapat bukti-bukti yang menunjukkan pengaruh faktor
neurogenik pada autoregulasi ini.
3.
Pengaturan neurogenik
Peran
faktor neurogenik telah dibuktikan yakni berupa pengawasan susunan saraf otonom
yang terletak di batang otak dan diensefalon, serta inervasi alfa dan beta
adrenergik dan kolinergik. Adrenergik alfa bersifat vasokonstriktif, sedangkan
adrenergik beta dan kolinergik mengakibatkan vasodilatasi. Peningkatan aliran
darah hemisferik dapat disebabkan oleh perangsangan formasio retikularis.
Agaknya hal ini diakibatkan oleh peran faktor neurogenik dan akibat
meningkatnya metabolisme otak.
2.1.1
Autoregulasi Serebral
Tekanan
intrakranial (TIK) didefiniskan sebagai tekanan dalam rongga kranial dan
biasanya diukur sebagai tekanan dalam ventrikel lateral otak. Tekanan
intrakranial normal adalah 0-15 mmHg. Nilai diatas 15 mmHg dipertimbangkan
sebagai hipertensi intrakranial atau peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan
intrakranial dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu otak (sekitar 80% dari volume
total), cairan serebrospinal (sekitar 10%) dan darah (sekitar 10%).
Monro–Kellie doktrin menjelaskan tentang kemampuan regulasi otak yang
berdasarkan volume yang tetap. Selama total volume intrakranial sama, maka TIK
akan konstan. Peningkatan volume salah satu faktor harus diikuti kompensasi
dengan penurunan faktor lainnya supaya volume tetap konstan. Perubahan salah
satu volume tanpa diikuti respon kompensasi dari faktor yang lain akan
menimbulkan perubahan TIK. Beberapa mekanisme kompensasi yang mungkin antara
lain cairan serebrospinal diabsorpsi dengan lebih cepat atau arteri serebral
berkonstriksi menurunkan aliran darah otak.
Salah
satu hal yang penting dalam TIK adalah tekanan perfusi serebral/cerebral
perfusion pressure (CPP). CPP adalah jumlah aliran darah dari sirkulasi
sistemik yang diperlukan untuk memberi oksigen dan glukosa yang adekuat untuk
metabolisme otak. CPP dihasilkan dari tekanan arteri sistemik rata-rata
dikurangi tekanan intrakranial, dengan rumus CPP = MAP – ICP. CPP normal
berada pada rentang 60-100 mmHg. MAP adalah rata-rata tekanan selama siklus
kardiak. MAP = Tekanan Sistolik + 2X tekanan diastolik dibagi 3. Jika CPP diatas
100 mmHg, maka potensial terjadi peningkatan TIK. Jika kurang dari 60 mmHg,
aliran darah ke otak tidak adekuat sehingga hipoksia dan kematian sel otak
dapat terjadi. Jika MAP dan ICP sama, berarti tidak ada CPP dan perfusi
serebral berhenti, sehingga penting untuk mempertahankan kontrol ICP dan MAP.
Otak
yang normal memiliki kemampuan autoregulasi, yaitu kemampuan organ
mempertahankan aliran darah meskipun terjadi perubahan sirkulasi arteri dan
tekanan perfusi. Autoregulasi menjamin aliran darah yang konstan melalui
pembuluh darah serebral diatas rentang tekanan perfusi dengan mengubah diameter
pembuluh darah dalam merespon perubahan tekanan arteri. Pada klien dengan
gangguan autoregulasi, beberapa aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan darah
seperti batuk, suctioning, dapat meningkatkan aliran darah otak sehingga
juga meningkatkan tekanan TIK.
2.2
Definisi
Tumor
otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik
jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (price, A.
Sylvia, 1995: 1030). Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak
(benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala
(intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma
pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase.
Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak
primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru,
payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder. (Mayer.
SA,2002).
Tekanan
intra kranial ( TIK ) adalah suatu fungsi nonlinier dari fungsi otak, cairan
serebrospinal (CSS) dan volume darah otak sehingga. Sedangkan peningkatan intra
kranial (PTIK) dapat terjadi bila kenaikan yang relatif kecil dari volume otak,
keadaan ini tidak akan cepat menyebabkan tekanan tinggi intrakranial, sebab
volume yang meninggi ini dapat dikompensasi dengan memindahkan cairan serebrospinal
dari rongga tengkorak ke kanalis spinalis dan volume darah intrakranial akan
menurun oleh karena berkurangnya peregangan durameter. Hubungan antara tekanan
dan volume ini dikenal dengan complience. Jadi jika otak, darah dan cairan
serebrospinal volumenya terus menerus meninggi, maka mekanisme penyesuaian ini
akan gagal dan terjadi peningkatan intrakranial yang mengakibatkan herniasi
dengan gagal pernapasan dan gagal jantung serta kematian.
2.3
Klasifikasi
Tumor
otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a.
Berdasarkan
jenis tumor
b.
Jinak
: acoustic neuroma, meningioma, pituitary adenoma, astrocytoma ( grade I ).
c.
Malignant
: astrocytoma ( grade 2,3,4 ), oligodendroglioma, apendymoma.
d.
Berdasarkan
lokasi
e.
Tumor
intradural
a.
Ekstramedular
: cleurofibroma, meningioma
b.
Intramedular
: apendymoma, astrocytoma, oligodendroglioma, hemangioblastoma
f.
Tumor
ekstradural
g.
Merupakan
metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid, paru-paru,
ginjal dan lambung.
selanjutnya .......pengkajian pasien dengan tumor otak