Konsep Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
1. Perubahan Sosial budaya
a. Ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya
b. Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang
memerikan susu botol
c. Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya
2. Faktor psikologis
a. Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita
b. Tekanan batin
3. Faktor fisik ibu
a. Ibu sakit, misalnya mastitis, panas dan sebagainya
4. Faktor kekurangan petugas kesehatan, sehingga masyarakat
kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI.
5. Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI.
6. Peneranga yang salah justru datang dari petugas kesehatan
sendiri yang menganjurkan pengganti ASI dengan susu kaleng (Soedjiningsih,
1997:17).
C. Konsep Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan ASI Eksklusif
Banyak faktor yang menyebabkan para ibu tidak menganggap
penting dan enggan untuk memberikan ASI kepada bayi mereka, secara garis besar
ada 2 faktor: (Baskoro, 2008:73).
1. Faktor Internal
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan tidak
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum
orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan yaitu:
1) Awarness (kesadaran) di mana orang tersebut menyadari
dalam arti mengatahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2) Internest (merasa tertarik) terhadap
stimulus atau objek tersebut, di sini sikap subjek sudah mulai timbul.
3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini seperti sikap responden sudah
lebih baik lagi.
4) Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5) Adaption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogens
menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melawan tahap-tahap tersebut
di atas (Notoatmodjo, 2003:121).
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang akan diperoleh
manusia melalui pengamatan (Indrawati,2007), setelah muncul ketika seseorang
menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian
tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono,
Indrawati, 2007). http://id.wikipedia.-org/wik/pengetahuan/
b. Pendidikan
Pendidikan berhubungan dengan pembangunan dan perubahan
kelakuan anak didik. Pendidikan berkaitan dengan transmisi, pengetahuan sikap, kepercayaan,
keterampilan dan aspek kelakuan yang lain. Pendidikan adalah proses dan
mengajar. Pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh
masyarakat (Rini, senin, 27 Oktober 2008).
c. Perilaku
Hasil output yang diharapkan dari suatu pendidikan
kesehatan, di sini adalah perlaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang kondusif. Perubahan perilaku yang belum atau tidak
kondusif ke perilaku yang kondusif ini mengandung berbagai dimensi berikut ini:
1) Perubahan perilaku : perilaku masyarakat yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai kesehatan menjadi perilaku yang sesuai dengan
nilai-nilai kesehatan, atau diri perilaku negatif, perilaku yang positif.
Perilaku-perilaku yang merugikan kesehatan yang perlu diubah misalnya : ibu
hamil tidak memeriksakan kehamilannya, ibu menyusui yang tidak memberikan ASI
pada bayinya.
2) Pembinaan perilaku, pembinaan disain diajukan pada
perilaku masyarakat yang mempunyai perilaku hidup sehat (healthy style)
tetap dilanjutkan atau dipertahankan. Misalnya olahraga teratur, membuang
sampah pada tempatnya dan sebagainya.
3) Pengembangan perilaku, yaitu ibu akan menjadi cepat tua,
kekhawatiran akan hilangnya kecantikan dan ibu tampak kelihatan tua, sungguh
tidak beralasan, menjadi tua adalah proses alami yang padat dihindari, yang
harus dilakukan ialah memelihara kebugaran tubuh, makan makanan yang bergizi,
olahraga di samping memelihara kecantikan, jadi tidak ada hubungan dengan
menyusui.
d. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam
penyelidikan, penyelidikan epidemiologi, angka-angka kesakitan maupun kematian
di dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Dengan cara ini
orang dapat membaca dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau kematian
menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang
dilaporkan tepat, apakah panjang interval di dalam pengelompokkan cukup, untuk
tidak menyembunyikan peranan umur pada pola kesakitan atau kematian dan apakah,
pengelompokkan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan umur pada
penelitian orang lain. Pada masyarakat pedesaan yang kebanyakan buta huruf
hendaknya memanfaatkan sumber informasi seperti catatan petugas agama, guru,
lurah, dan sebagainya. Hal ini ditentukan tidak menjadi soal yang berat di kala
pengumpulan keterangan umur bagi mereka yang telah bersekolah (Notoatmodjo,
2003).
2. Faktor Eksternal
Faktor ini memberikan gambaran kepada kita bahwa begitu
banyaknya farian-farian yang seharusnya tidak terjadi seandainya faktor yang
pertama yaitu faktor internal dapat dipenuhi para ibu.(Baskoro, 2008:73).
Di bawah ini adalah beberapa penyebab ibu tidak
memberikan asi secara eksklusif pada bayi yang berkaitan dengan sosial budaya:
a. Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya
Faktor ini juga tidak luput dari kurangnya pengetahuan
dari pra ibu, tidak sedikit dari apa ibu yang bekerja akan tetapi tetap
memberikan asi secara eksklusif pada bayinya selama 6 bulan. Pada ibu bekerja
cara lain untuk tetap dapat memberikan asi secara eksklusif pada bayinya adalah
dengan memberikan asi peras. (Baskoro, 2008:74).
b. Faktor ketidak mengertinya ibu tentang kolostrum
Asi yang keluar pada hari pertama sampai dengan hari ke
lima bahkan pada hari ke 7 dinamakan kolostrum atau susu awal yang biasanya
bersifat cairan jernih kekuningan itu mengandung zat putih telur atau protein
dalam kadar yang tinggi, zat daya tahan tubuh dalam kadar yang tinggi dari pada
susu madu yaitu air susu ibu yang telah berumur tiga hari (Baskoro, 2008:75).
c. Ibu beranggapan asi ibu kurang gizi atau tidak memiliki
cukup asi
Merupakan alasan utama mengapa wanita menyerah untuk
menyusui. Kurangnya keyakinan akan persediaan asi membuat nada khawatir bahwa
anda tidak cukup memberi makanan si bayi dan komentar orang lain tentang
menyusui juga menciptakan keraguan dalam pikiran anda (Heather, Welford,
2008:62).
d. Meniru teman
Biasanya para ibu enggan memberikan asi karena ibu
ikut-ikutan atau terpengaruh dengan tetangga yang terkemuka yang memberikan
susu botol pada anaknya (Soetjiningsih, 1997;17).
e. Merasa ketinggalan jaman
Ibu akan merasa ketinggalan jaman jika ibu menyusui
secara eksklusif pada bayinya (Soetjiningsih, 1997;17).
D. Konsep yang mempengaruhi pengeluaran asi
1. Semakin cepat memberi tambahan susu pada bayi menyababkan
daya isap berkurang karena bayi mudah merasa kenyang bayi akan malas menghisap
puting susu, dan akibatnya produksi prolaktin dan oksitosinakan berkurang dan merangsang hormon LH dan
GNRH semakin meningkat sehingga terjadi proses pematangan sel telur yang
mengakibatkan cepat terjadinya ovulasi dan kemungkinan hamil.
2. Perasaan ibu dapat menghambat atau meningkatkan
pengeluaranoksitosin, seperti perasaan takut, gelisah, marah, sedih,
cemas, kesal, malu atau nyeri hebat akan mempengaruhi refleks oksitosin yang akhirnya menekan pengeluaran ASI,
sebaliknya perasaan ibu yang berbahagia, senang, perasaan menyayangi bayi,
memeluk, mencium, dan mendengar bayinya menangis, atau perasaan bangga, dapat
menyusui bayinya akan meningkatkan pengeluaran ASI.
3. Dukungan suami maupun keluarga lain dalam rumah akan
sangat membantu berhasilnya seseorang ibu untuk menyusui.
4. Isapan bayi yang tidak sempurna atau puting ibu yang
sangat kecil hal ini akan membuat produksi hormon oksitosin dan hormon prolaktin akan terus menerus dan ASI akan berhenti.
5. Cara menyusui yang tidak tepat tidak dapat mengosongkan
payudara dengan benar, dan akhirnya akan menurunkan produksi ASI. (Sri Purwanti
Hubertin, 2004:81)
E. Cara penyimpanan asi perah
1. Asi tahan disimpan dalam suhu ruangan sampai 6 jam
2. Dalam termos yang diberi es batu bias tahan 24 jam
3. Disimpan dalam kulkas dapat bertahan hingga 2 minggu
denga suhu kulkas yang berfariasi
4. Disimpan di freezer yang tidak terpisah dari kulkas dan
sering dibuka bias bertahan 3-4 bulan
5. Pada freezer dengan pintu terpisah dari kulkas dan suhu
bisa dijaga dengan konstan maka ketehanan Asi mencapai 6 bulan
(http:asi.blagsome.com/2005/r/)
F. Cara memeras asi
1. Cara Alami
Bersihkan
tangan dengan sabun ,kemudian tekan bagian sinuses kedalam yang berada dibalik
areola ,tempatkan ujung ibu jari dan jari disisi belakang areola ,tempatkan
ujung ibu jari dan jari disisi belakang areola (tepatnya di pinggiran kulit
yang berwarna gelap yangmengitari putting dengan kulit normal )tekan jari dan
ibu jari kedalam dengan posisi yang nyaman lalu tekanlh dengan perlahan
Bersama-sama.
2. Pompa Payudara
Alat
pompa payudara sangat sederhana ,mudah penggunaannya dan tidak tterlalu mahal
,benda itu terbuat dari karet yang terbentuk seperti bola yang dipakai untuk
memompa ,pada bagian depannya terbuat dari kaca yang berbentuk seperti corong
pompa ini sangat praktis dan Efisien.