KETUBAN PECAH DINI
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Persalinan
merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. (
Rustam Muchtar, 1998 )
Ukuran keberhasilan suatu pelayanan kesehatan tercermin dari penurunan angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate)
sampai pada batas angka terendah yang dapat dicapai sesuai dengan
kondisi dan situasi setempat serta waktu. Berdasarkan Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, angka kematian ibu (AKI) di
Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup atau
setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal karena berbagai
sebab.
Ketuban
pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda
persalinan (Manuaba, 1998). Ketuban pecah dini merupakan masalah penting
dalam bidang kesehatan yang berkaitan dengan penyulit kelahiran
prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, serta
menyebabkan infeksi pada ibu yang menyebabkan meningkatnya morbiditas
dan mortalitas ibu dan bayi (Prawirohardjo, 2002). Ketuban pecah dini
kemungkinan besar menimbulkan risiko tinggi infeksi dan bahaya kompresi
tali pusat, maka dalam penatalaksanaan perawatannya dianjurkan untuk
pemantauan ibu maupun janin dengan ketat (Achadiat,1995)
KPD
sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas
dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang
cukup tinggi. Kematian perinatal yang cukup tinggi ini antara lain
disebabkan karena kematian akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi
yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan partus buatan
yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus KPD terutama pada
pengelolaan konservatif . Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD
dimana harus segera bersikap aktif terutama pada kehamilan yang cukup
bulan, atau harus menunggu sampai terjadinya proses persalinan, sehingga
masa tunggu akan memanjang berikutnya akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya infeksi. Sedangkan sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan
pada KPD kehamilan kurang bulan dengan harapan tercapainya pematangan
paru dan berat badan janin yang cukup.
Ada
2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu : pertama, infeksi,
karena ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap
masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti
pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa menjadi patogen yang akan
membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Oleh karena itu
membutuhkan pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat
persalinan dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan resiko terjadinya
infeksi ; kedua, adalah kurang bulan atau prematuritas, karena KPD
sering terjadi pada kehamilan kurang bulan. Masalah yang sering timbul
pada bayi yang kurang bulan adalah gejala sesak nafas atau respiratory
Distress Syndrom (RDS) yang disebabkan karena belum masaknya paru.
Protokol
pengelolaan yang optimal harus memprtimbangkan 2 hal tersebut di atas
dan faktor-faktor lain seperti fasilitas serta kemampuan untuk merawat
bayi yang kurang bulan. Meskipun tidak ada satu protokol pengelolaan
yang dapat untuk semua kasus KPD, tetapi harus ada panduan pengelolaan
yang strategis, yang dapat mengurangi mortalitas perinatal dan dapat
menghilangkan komplikasi yang berat baik pada anak maupun pada ibu.
Bab II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi ketuban pecah dini (KPD)
Ketuban
pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada
sembarang usia kehamilan sebelum persalinan di mulai (William,2001)
Ketuban
pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu apabila
pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari
5 cm (mohtar,1998)
Ketuban
pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
dan di tunggu satu jam belum di mulainya tanda persalinan (manuaba,2001)
Ketuban
pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah
kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan
dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun
kehamilan aterm. (saifudin,2002)
Ketuban
dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung.ketuban pecah dini di sebabkan oleh karena berkurangnya
kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra uteri atau kedua
faktor tersebut.berkurangnya kekuatan membrane disebabkan adanya infeksi
yang dapat berasal dari vagina servik (sarwono prawiroharjop,2002)
Adalah
pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan primi kurang
dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. ( Sarwono Prawirohardjo,
2005 )
Prinsip dasar :
· Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung
· Ketuban
pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric berkaitan dengan
penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi khoriokarsinoma
sampai sepsis, yang meningkatkaan morbiditas dan mortalitas perinatal
dan menyebabkan infeksi ibu.
· Ketuban
pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau
meningkatnya tekanan intrauterine atau oleh kedua faktjor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks.
· Penanganan
ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi
pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. (
Sarwono Prawirohardjo, 2002 )
B. Insidensi
Beberapa
peneliti melaporkan hasil penelitian mereka dan didapatkan hasil yang
bervariasi. Insidensi KPD berkisar antara 8 - 10 % dari semua kehamilan.
Hal yang menguntungan dari angka kejadian KPD yang dilaporkan, bahwa
lebih banyak terjadi pada kehamilan yang cukup bulan dari pada yang
kurang bulan, yaitu sekitar 95 %, sedangkan pada kehamilan tidak cukup
bulan atau KPD pada kehamilan preterm terjadi sekitar 34 % semua
kekahiran prematur.
KPD
merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan,
dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada
bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34
minggu sangat komplek, bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan
terjadinya prematuritas dan RDS.
C. Etiologi
Walaupun
banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum diketahui
dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan
faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana
yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor
predesposisi adalah:
1. Infeksi
Infeksi
yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya
KPD.
2. Servik
yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
3. Tekanan
intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh
beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab
terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual,
pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD
karena biasanya disertai infeksi.
4. Kelainan
letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membran bagian bawah.
5. Keadaan sosial ekonomi
6. Faktor lain
6.1. Faktor golonngan darah
6.2. Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit ketuban.
6.3. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
6.4. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
6.5. Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).
Faktor risiko ketuban pecah dini persalinan preterm
1. kehamilan multipel : kembar dua (50%), kembar tiga (90%)
2. riwayat persalinan preterm sebelumnya
3. perdarahan pervaginam
4. pH vagina di atas 4.5
5. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban.
6. flora vagina abnormal
7. fibronectin > 50 ng/ml
8. kadar
CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi misalnya pada
stress psikologis, dsb, dapat menjadi stimulasi persalinan preterm
9. Inkompetensi serviks (leher rahim)
10. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
11. Riwayat KPD sebelumya
12. Trauma
13. servix tipis / kurang dari 39 mm, Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
14. Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
faktor-faktor yang dihubungkan dengan partus preterm
1. iatrogenik : hygiene kurang (terutama), tindakan traumatik
2. maternal
: penyakit sistemik, patologi organ reproduksi atau pelvis,
pre-eklampsia, trauma, konsumsi alkohol atau obat2 terlarang, infeksi
intraamnion subklinik, korioamnionitis klinik, inkompetensia serviks,
servisitis/vaginitis akut, Ketuban Pecah pada usia kehamilan preterm.
3. fetal : malformasi janin, kehamilan multipel, hidrops fetalis, pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, kematian janin.
4. cairan
amnion : oligohidramnion dengan selaput ketuban utuh, ketuban pecah
pada preterm, infeksi intraamnion, korioamnionitis klinik.
5. placenta : solutio placenta, placenta praevia (kehamilan 35 minggu atau lebih), sinus maginalis, chorioangioma, vasa praevia.
6. uterus : malformasi uterus, overdistensi akut, mioma besar, desiduositis, aktifitas uterus idiopatik
Menurut Taylor menyelidiki bahwa ada hubungan dengan hal-hal berikut :
· Adanya
hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, sevisitis dan
vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini.
· Selaput ketuban terlalu tipis ( kelainan ketuban )
· Infeksi ( amnionitis atau korioamnionitis )
· Factor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah : multipara, malposisi, disproporsi, cervix incompetent dan lain-lain.
· Ketuban pecah dini artificial ( amniotomi ), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.
D. Tanda dan gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma
air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris
warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus
diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala
janin yang sudah terletak di bawah biasanya "mengganjal" atau
"menyumbat" kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak,
nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda
infeksi yang terjadi.
E. Anatomi fisiologi
Darah
terdiri dari elemen-elemen berbentuk dan plasma dalam jumlah setara.
Elemen-elemen berbentuk tersebut adalah sel darah merah (eritrosit), sel
darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Plasma terdiri
dari 900 air dan 100 elektrolit, gas terlarut berbagai produk sisa
metabolisme dan zat-zat gizi misalnya gula asam amino, lemak,
koleesterol, dan vitamin. Protein dalam darah misalnya albumin dan imuno
globilin ikut menyusun plasma.
1) Pembentukan Sel Darah
Sel darah merah, sel darah putih dan trombosit di bentuk di hati dan limfa pada sumsum tulang belakang. Proses pembentukan sel-sel darah disebut hematopoiesis.
2) Sel Darah Merah
Sel
darah merah tidak memiliki inti sel, mitokondria atau ribosom. Sel ini
tidak dapat melakukan mitosis. Fosforilasi oksidatif sel atau pembentuk
hemoglobin yang mengangkut sebagian besar oksigen yang diambil dari
paru-paru ke sel-sel diseluruh tubuh. Sel darah matang di keluarkan dari
sumsum tulang dan hidup sekitar 120 hari untuk kemudian mengalami
disentegrasi dan mati.
Sel darah di gambarkan berdasaran ukuran dan jumlah hemoglobin yang terdapat di dalam sel :
- Nermositik : sel yang ukurannya normal
- Nermokromik : sel dengan jumlah hemoglobin yang normal
- Mikrositik : sel yang ukurannya terlalu kecil
- Makrositik : sel yang ukurannya terlalu besar
- Hipokromik : sel yang sejumlah Hbnya terlalu sedikit
- Hiperkromik : sel yang sejumlah Hbnya terlalu banyak
3) Hemoglobin
Hemoglobin
terdiri dari bahan yang mengandung besi yang disebut hem (heme) dan
protein globulin. Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin dalam setiap
sel darah merah. Hemoglobin dalam darah dapat mengikat oksigen secara
partial atau total.
4) Pemecahan Sel Darah Merah
Apabila
sel darah merah mulai berdisentegasi pada akhir masa hidupnya, sel
tersebut mengeluarkan hemoglobinnya kedalam sirkulasi. Hemoglobin
diuraikan hati dan limfa. Molekul globulin diubah menjadi asam-asam
amino. Besi dismpan dihati dan lmfa sampai di gunakan kembali oleh
tubuh. Sisa molekul lainnya diubah menjadi bilirubin, yang kemudian
dieksresikan melalui tinja atau urin.
F. Patofisiologis
Kantung
ketuban adalah sebuah kantung berdinding tipis yang berisi cairan dan
janin selama masa kehamilan. Dinding kantung ini terdiri dari dua
bagian. Bagian pertama disebut amnion, terdapat di sebelah dalam.
Sedangkan, bagian kedua, yang terdapat di sebelah luar disebut chorion.
Cairan
ketuban adalah cairan yang ada di dalam kantung amnion. Cairan ketuban
ini terdiri dari 98 persen air dan sisanya garam anorganik serta bahan
organik. Cairan ini dihasilkan selaput ketuban dan diduga dibentuk oleh
sel-sel amnion, ditambah air kencing janin, serta cairan otak pada
anensefalus. Pada ibu hamil, jumlah cairan ketuban ini beragam.
Normalnya antara 1 liter sampai 1,5 liter. Namun bisa juga kurang dari
jumlah tersebut atau lebih hingga mencapai 3-5 liter. Diperkirakan janin
menelan lebih kurang 8-10 cc air ketuban atau 1 persen dari seluruh
volume dalam tiap jam.
Manfaat
air ketuban Pada ibu hamil, air ketuban ini berguna untuk
mempertahankan atau memberikan perlindungan terhadap bayi dari benturan
yang diakibatkan oleh ‘lingkungannya’ di luar rahim. Selain itu air
ketuban bisa membuat janin bergerak dengan bebas ke segala arah. Tak
hanya itu, manfaat lain dari air ketuban ini adalah untuk mendeteksi
jenis kelamin, memerikasa kematangan paru-paru janin, golongan darah
serta rhesus, dan kelainan kongenital (bawaan), susunan genetiknya, dan
sebagainya. Caranya yaitu dengan mengambil cairan ketuban melalui alat
yang dimasukkan melalui dinding perut ibu.
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
· Selaput
ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat
lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
· Kolagen
terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler
korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen
dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan
prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan
aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan,
sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion,
menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
· Patofisiologi Pada infeksi intrapartum :
1) ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan dunia luar.
2) infeksi
intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan
penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke
ruang intraamnion.
3) mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal).
4) tindakan
iatrogenik traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam
yang terlalu sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi.
G. Diagnosa
Menegakkan
diagnosa KPD secara tepat sangat penting. Karena diagnosa yang positif
palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkakn bayi terlalu awal
atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya
diagnosa yang negatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin
mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau
keduanya. Oleh karena itu diperlukan diagnosa yang cepat dan tepat.
Diagnosa KPD ditegakkan dengan cara :
1. Anamnesa
Penderita
merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara
tiba-tiba dari jalan lahir atau ngepyok. Cairan berbau khas, dan perlu
juga diperhatikan warna, keluanya cairan tersebut tersebut his belum
teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah.
2. Inspeksi
Pengamatan
dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila
ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini
akan lebih jelas.
3. Pemeriksaan dengan spekulum.
pemeriksaan
dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari orifisium uteri
eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan,
penderita diminta batuk, megejan atau megadakan manuvover valsava, atau
bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri
dan terkumpul pada fornik anterior.
4. Pemeriksaan dalam
Didapat
cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi.
Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan,
pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu
diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari
pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang
normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.
Pemeriksaan dalam vagina hanya diulakaukan kalau KPD yang sudah dalam
persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit
mungkin.
5. Pemeriksaan Penunjang
5.1. Pemeriksaan laboraturium
Cairan
yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan
pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin
juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan
kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.
5.1.a.
Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika krtas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah
dan infeksi vagina dapat mengahsilakan tes yang positif palsu.
51.b.
Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek
dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun
pakis.
5.2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
pemeriksaan
ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri.
Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering
terjadi kesalahn pada penderita oligohidromnion.
Walaupun
pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya, namun pada
umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan
sedehana.
Tabel : Diagnosis
Gejala & Tanda Selalu Ada
|
Gejala & Tanda Kadang-Kadang Ada
|
Diagnosis Kemungkinan
|
Keluar cairan ketuban
|
Ketuban pecah tiba-tiba
Cairan tampak di introitus
Tidak ada his dalam 1 jam
|
Ketuban pecah dini
|
Cairan vagina berbau
Demam / menggigil
Nyeri perut
|
Riwayat keluarnya cairan
Uterus nyeri
Denyut jantung janin cepat Perdarahan per vaginam sedikit
|
Amnionitis
|
Cairan vagina berbau
Tidak ada riwayat ketuban pecah
|
Gatal
Keputihan
Nyeri perut
Disuria
|
Vaginitis / servisitis
|
Cairan vagina berdarah
|
Nyeri perut
Gerak janin berkurang
Perdarahan banya
|
Perdarahan antepartum
|
Cairan berupa darah-lendir
|
Pembukaan & pendataran serviks
Ada his
|
Awal persalinan aterm atau preterm
|
(sumber : internet, 2008 blog cornelia : ketuban pecah dini (KPD) )
Diagnosis infeksi intrapartum
- febris di atas 38 C (kepustakaan lain 37.8 C)
- ibu takikardia (>100 denyut per menit)
- fetal takikardia (>160 denyut per menit)
- nyeri abdomen, nyeri tekan uterus
- cairan amnion berwarna keruh atau hijau dan berbau
- leukositosis pada pemeriksaan darah tepi (>15000-20000/mm3)
- pemeriksaan penunjang lain : leukosit esterase (+) (hasil degradasi leukosit, normal negatif), pemeriksaan Gram, kultur darah.
H. Komplikasi
1. Tali pusat menumbung
2. Prematuritas, persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm.
3. Oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air ketuban habis.
4. infeksi maternal : infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari vagina ke intrauterine, korioamnionitis
(demam >380C, takikardi, leukositosis, nyeri uterus, cairan vagina
berbau busuk atau bernanah, DJJ meningkat), endometritis
5. penekanan
tali pusat (prolapsus) : gawat janin kematian janin akibat hipoksia
(sering terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang), trauma pada
waktu lahir dan Premature.
6. komplikasi infeksi intrapartum
· komplikasi
ibu : endometritis, penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia),
sepsis CEPAT (karena daerah uterus dan intramnion memiliki vaskularisasi
sangat banyak), dapat terjadi syok septik sampai kematian ibu.
· komplikasi janin : asfiksia janin, sepsis perinatal sampai kematian janin.
I. Penatalaksanaan
Kasus
KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan
insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan spontan akan
menaikkan insidensi chorioamnionitis. Kasus KPD yang kurang bulan kalau
menempuh cara-cara aktif harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS,
dan kalau menempuh cara konservatif dengan maksud untuk memberi waktu
pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan
memperjelek prognosis janin.
Penatalaksanaan
KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur kehamilan tidak
diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaann ultrasonografi
(USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih
sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan
dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu
evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan.
Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-paru sudah
matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsi pada janin merupakan
sebab utama meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan
cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya
selaput ketuban atau lamanya perode laten.
1. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (> 37 Minggu)
Beberpa
penelitian menyebutkan lama periode laten dan durasi KPD keduanya
mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan kejadian infeksi dan
komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan
dari persalinan disebut periode latent = L.P = “lag” period. Makin muda
umur kehamilan makin memanjang L.P-nya. Pada hakekatnya kulit ketuban
yang pecah akan menginduksi persalinan dengan sendirinya. Sekitar 70-80 %
kehamilan genap bulan akan melahirkan dalam waktu 24 jam setelah kulit
ketuban pecah.bila dalam 24 jam setelah kulit ketuban pecah belum ada
tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi persalinan,dan bila gagal
dilakukan bedah caesar.
Pemberian
antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu. Walaupun
antibiotik tidak berfaeadah terhadap janin dalam uterus namun pencegahan
terhadap chorioamninitis lebih penting dari pada pengobatanya sehingga
pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan. Waktu pemberian
antibiotik hendaknya diberikan segera setelah diagnosis KPD ditegakan
dengan pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan
infeksi telah terjadi, proses persalinan umumnya berlangsung lebih dari 6
jam.
Beberapa
penulis meyarankan bersikap aktif (induksi persalinan) segera diberikan
atau ditunggu sampai 6-8 jam dengan alasan penderita akan menjadi
inpartu dengan sendirinya. Dengan mempersingkat periode laten durasi KPD
dapat diperpendek sehingga resiko infeksi dan trauma obstetrik karena
partus tindakan dapat dikurangi.
Pelaksanaan
induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat terhadap keadaan
janin, ibu dan jalannya proses persalinan berhubungan dengan
komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan komplikasi
yang fatal bagi bayi dan ibunya (his terlalu kuat) atau proses
persalinan menjadi semakin kepanjangan (his kurang kuat). Induksi
dilakukan dengan mempehatikan bishop score jika > 5 induksi dapat
dilakukan, sebaliknya < 5, dilakukan pematangan servik, jika tidak
berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria.
2. penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (< 37 minggu)
Pada
kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan tidak dijumpai
tanda-tanda infeksi pengelolaanya bersifat koservatif disertai pemberian
antibiotik yang adekuat sebagai profilaksi
Penderita
perlu dirawat di rumah sakit,ditidurkan dalam posisi trendelenberg,
tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya
infeksi dan kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu, obat-obatan
uteronelaksen atau tocolitic agent diberikan juga tujuan menunda proses
persalinan.
Tujuan
dari pengelolaan konservatif dengan pemberian kortikosteroid pada
penderita KPD kehamilan kurang bulan adalah agar tercapainya pematangan
paru, jika selama menunggu atau melakukan pengelolaan konservatif
tersebut muncul tanda-tanda infeksi, maka segera dilakukan induksi
persalinan tanpa memandang umur kehamilan.
Induksi
persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai berlangsung dengan jalan
merangsang timbulnya his ternyata dapat menimbulkan
komplikasi-komplikasi yang kadang-kadang tidak ringan.
Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi gawat janin sampai mati, tetani
uteri, ruptura uteri, emboli air ketuban, dan juga mungkin terjadi
intoksikasi.
Kegagalan
dari induksi persalinan biasanya diselesaikan dengan tindakan bedan
sesar. Seperti halnya pada pengelolaan KPD yang cukup bulan, tidakan
bedah sesar hendaknya dikerjakan bukan semata-mata karena infeksi
intrauterin tetapi seyogyanya ada indikasi obstetrik yang lain, misalnya
kelainan letak, gawat janin, partus tak maju, dll.
Selain
komplikasi-kompilkasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif.
Ternyata pengelolaan konservatif juga dapat menyebabakan komplikasi yang
berbahaya, maka perlu dilakukan pengawasan yang ketat. Sehingga dikatan
pengolahan konservatif adalah menunggu dengan penuh kewaspadaan
terhadap kemungkinan infeksi intrauterin.
Sikap
konservatif meliputi pemeriksaan leokosit darah tepi setiap hari,
pem,eriksaan tanda-tanda vital terutama temperatur setiap 4 jam,
pengawasan denyut jamtung janin, pemberian antibiotik mulai saat
diagnosis ditegakkan dan selanjutnya stiap 6 jam.
Pemberian
kortikosteroid antenatal pada preterm KPD telah dilaporkan secara pasti
dapat menurunkan kejadian RDS.(8) The National Institutes of Health
(NIH) telah merekomendasikan penggunaan kortikosteroid pada preterm KPD
pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada infeksi intramanion. Sedian
terdiri atas betametason 2 dosis masing-masing 12 mg i.m tiap 24 jam
atau dexametason 4 dosis masing-masing 6 mg tiap 12 jam.
(Sumber : http://medlinux.blogspot.com/2009/02/ketuban-pecah-dini-kpd.html)
Bab III
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Asuhan keperawatan ibu hamil dengan masalah ketuban pecah dini
1. Pengkajian
a. Sirkulasi
- Hipertensi, edema patologis dan penyakit jantung sebelumnya
- Integritas ego
- Adanya ansietas sedang
b. Makanan/ cairan
Ketidak adekuatan atau penambahan berat badan berlebihan yang terjadi pada hidroamnion
c. Nyeri/ketidaknyamanan
Kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit
d. Pernafasan
Mungkin perokok berat
e. Keamanan
Infeksi mungkin ada (misalnya ISK atau infeksi vagina )
f. seksualitas
tulang
servikal dilatasi, membrane amnion mungkin rupture,pendarahan
trisemester 3, aborsi sebelumnya,persalinan preterm,uterus distensi
berlebih
g. Interaksi social
Dari kelas sosial ekonomi yang rendah
h. Penyulahan pembelajaran
Ketidakadekuatan
atau tidak adanya perawatan prenatal, mungkin di bawah usia 18 tahun
atau lebih dari 40 tahun, penggunaan alcohol atau obat obatan
i. Temukan kajian yang lain
- keluar cairan bening dari vagina secara mendadak, dengan di ikuti sedikit drainase.
- vagina penuh dengan cairan pada pemeriksaan speculum.
DATA SUBJEKTIF
- Pancaran involunter atau kebocoran
- Cairan jernih dari vagina merupakan gejal yang khas. Tidak ada nyeri maupun kontraksi uterus
- Riwayat haid
- Umur kehamilan diperkirakan dari haid terakhir.
DATA OBJEKTIF
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan umum : suhu normal terutama di sertai infeksi
- Pemeriksaan abdomen : uterus lunak dan tidak ada nyeri tekan
- Pemeriksaan
pelvic : pemeriksaan speculum steril pertama kali di lakukan untuk
memeriksa adanya cairan amnion dalam vagina.pemeriksaan vagina steril
menentukan penipisan dan di latasi servik.
TES LABORATORIUM
Hitung
darah lengkap dengan apusan darh : leukositosis di gabung dengan
peningkatan bentuk batang pada apusan tepi menunjukkan infeksi
intrauterine.
2. PENATALAKSANAAN
1) Konservatif
a. Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
c. Umur kehamilan kurang 37 minggu.
d. Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.
e. Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.
f. Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda persalinan.
g. Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin.
h. Bila
dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus
maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung
terus, lakukan terminasi kehamilan.
2) Aktif
Bila
didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila
ditemukan tanda-tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan
terminasi kehamilan.
a. Induksi atau akselerasi persalinan.
b. Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami kegagalan.
c. Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat ditemukan.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat terjadi pecah ketuban
Yang harus segera dilakukan:
• Pakai pembalut tipe keluar banyak atau handuk yang bersih.
• Tenangkan diri Jangan bergerak terlalu banyak pada saat ini. Ambil nafas dan tenangkan diri,.
Yang tidak boleh dilakukan:
• Tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi ada resiko terinfeksi kuman.
•
Jangan bergerak mondar-mandir atau berlari ke sana kemari, karena air
ketuban akan terus keluar. Berbaringlah dengan pinggang diganjal supaya
lebih tinggi.
3. KOMPLIKASI
a. Ibu
- infeksi
maternal : korioamnionitis (demam >380C, takikardi, leukositosis,
nyeri uterus, cairan vagina berbau busuk atau bernanah, DJJ meningkat),
endometritis
b. Janin
- penekanan tali pusat (prolapsus) : gawat janin
- trauma pada waktu lahir
- Premature
Rencana asuhan keperawatan :
a. Pada usia hamil dini biasanya periode laten memanjang
1. Aterm : 90% periode laten 24 jam
2. 28-34 minggu : 50% inpartu dalam 24 jam, 80-90% inpartu dalam satu minggu
3. 15.000/iu
4. Berikan kompres dingin bila diperlukan
5. Berikan antibiotic sesuai program
b. Resti gawat janin b.d partus tak maju
1. Kaji posisi janin
2. Monitor DJJ
3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan, pembukaan servik
4. Kolaborasi dengan dokter bila diperlukan tindakan operatif
5. Kolaborasi dengan dokter anak bila diperlukan resusitasi setelah persalinan
c. Resti infeksi intrapartal b.d septicemia
1. Kaji keadaan ibu selama persalinan
2. Monitir TTV, apakah ada demam
3. Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan invasive infuse 30 tpm
4. Berikan antibiotic dan antiseptic sesuai program
d. Intoleransi aktivitas b.d premeturus iminen
1. Anjurkan bedrest selama ketuban masih keluar
2. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya
3. Anjurkan untuk mengurangi aktifitas sampai kehamilan aterm
e. Resti terjadi komplikasi IUFD b.d ketuban kering
1. Kaji apakah air ketuban kering
2. Kaji umur kehamilan pasien
3. Monitor DJJ dan gerakan janin
4. Kolaborasi untuk pemeriksaan USG
Bab IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Persalinan
merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. (
Rustam Muchtar, 1998 ).
- Ketuban
pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah
kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan
dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun
kehamilan aterm.
- penyebabnya
masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa
laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD,
namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui.
Kemungkinan yang menjadi faktor predesposisi adalah: Infeksi, Servik
yang inkompetensia, Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat
secara berlebihan (overdistensi uterus), misalnya (trauma, hidramnion,
gemelli), Kelainan letak, Keadaan sosial ekonomi, dan factor lain
- Diagnosa KPD ditegakkan dengan cara :
1. Anamnesa
2. Inspeksi
3. Pemeriksaan dengan spekulum.
4. Pemeriksaan dalam
5. Pemeriksaan
Penunjang : Pemeriksaan laboraturium, Tes Lakmus (tes Nitrazin),
Mikroskopik (tes pakis),Pemeriksaan ultrasonografi (USG).
Walaupun
pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya, namun pada
umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan
sedehana.
- Komplikasi yang mungkin dapat terjadi : Tali pusat menumbung, Prematuritas, persalinan
preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm, Oligohidramnion,
bahkan sering partus kering (dry labor) karena air ketuban habis,
infeksi maternal : (infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari vagina ke intrauterine, korioamnionitis
(demam >380C, takikardi, leukositosis, nyeri uterus, cairan vagina
berbau busuk atau bernanah, DJJ meningkat), endometritis), penekanan
tali pusat (prolapsus) : gawat janin kematian janin akibat hipoksia
(sering terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang), trauma pada
waktu lahir dan Premature dan komplikasi infeksi intrapartum.
- Penatalaksanaan
KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur kehamilan tidak
diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaann ultrasonografi
(USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih
sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan
dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu
evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan.
Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-paru sudah
matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsi pada janin merupakan
sebab utama meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan
cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya
selaput ketuban atau lamanya perode laten.
- Asuhan
keperawatan ibu hamil dengan masalah ketuban pecah dini memerlukan
penanganan yang tepat dengan pengkajian yang komprehensif, diagnose yang
tepat serta pemilihan rencana tindakan antara koservatif dan aktif
sesuai dengan umur kehamilan dapat menurunkan resiko dan kematian ibu
dan bayi.
DAFTAR PUSTAKA
http://yuwielueninet.wordpress.com/
http://www.klikdokter.com/
http://www.bayisehat.com/pregnancy-mainmenu-39/182-ketuban-pecah-dini-kpd.html
http://afiyahhidayati.wordpress.com/2009/02/14/askep-ketuban-pecah-dini/
http://nurse87.wordpress.com/
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/11/01/ketuban-pecah-dini/
http://kaeperawatanmaternitas.blogspot.com/2008/09/ketuban-pecah-dini.html
http://medlinux.blogspot.com/2009/02/ketuban-pecah-dini-kpd.html
http://maharesi.blogspot.com/2008/10/ketuban-pecah-dini-oleh-dr-cornelia-st.html
http://bidan2009.blogspot.com/2009/02/secsio-caesarea-atas-indikasi-ketuban.html