Klisifikasi status gizi
Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut dengan reference. Baku antopometri yang sekarangdi Indonesia adalah WHO-NCHS. Direktorat bina gizi masyarakat Depkes RI dalam pemantauan status gizi (1999) mengunakan buku WHO-NCHS. Pada lokakarya Antopometri tahun 1975 telah dipekenalkan baku harvad, berdasarkan semiloka antopometri Ciloto 1991 telah direkomendasikan penggunaan WHO-NCHS. Ada banyak klasifikasi status gizi yang pernah dibuat antara lain : a) klasifikasi Gomez (1959) b) klasifikasi Watelow, c) klasifikasi welcome trust, d) jellife e) klasifikasi bengoa f) klasifikasi rekomendasi lokakarya antropometri 1975, g) klasifikasi puslibang Gizi 1978 h) klasifikas WHO. Akan tetapi berdasarkan kesepakatan Pakar Gizi Cipanas 2001, dan berdasarkan surat keputusan menkes 920/2002 pengklasifikasian status gizi adalah sebagai berikut:
Berdasarkan indeks berat badan menurut umur (BB/U) adalah sebagai berikut :
a) Gizi lebih : ≥ + 2 SD
b) Gizi baik : ≥ - SD sampai + 2 SD
c) Gizi kurang : ≥ - 3 SD sampai ≤ - 2 SD
d) Gizi buruk : ≤ - 3 SD
Berdasarkan indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) adalah sebagai berikut :
a) Gemuk : ≥ + 2 SD
b) Normal : ≥ - 2 SD
c) Kurus : ≥ - 3 SD sampai ≤ - 2 SD
d) Kurus sekali : ≤ - 3 SD
Berdasarkan indeks Tinggi Badan Menutut Umur (TB/U)
a) Normal : ≥- - 2 SD
b) Pendek : ≤ - 2 SD
Baku WHO NCHS, dalam pengklasifikasiannya membedakan jenis kelamin serta penggolongan umur mulai 0 bulan sampai dengan usia 18 tahun (daftar BB, TB dan Umur menurut buku WHO-NCHS seperti yang tercantum pada lampiran ke 2)
2) Kurang Energi Protein (KEP)
Kurang Energy Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan olehnya rendahnya konsumsi energidan protein dalam makanan sehari – hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan Gizi (AKG). Gejala kliniks KEP dapat dibedakan menjadi tiga yaitu marasmus, kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor (depkes RI 1999 dalam Sumpariasa, 2002).
Tanda – tanda kliniks marsmus :
a) Anak tampak sangat kurus
b) Wajah seperti orang tua
c) Kulit keriput
d) Sering disertai diare
e) Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkuarang
Tanada – tanda kliniks Kwashiorkor
a) Odema
b) Wajah membulat dan sembab
c) Otot mengecil
d) Cengeng, rewel, apatis
e) Anoreksia
f) Rambut kusam dan mudah dicabut
g) Pembesaran hati
h) Gangguan kulit pandangan mata sayu
Tanda – tanda marasmus kwashiorkor :
Kombinasi dari gabungan dari marasmus kwashiorkor
3) Gangguan Tumbuh Kembang
Gangguan pertumbuhan diartikan sebagai ketidak mampuan anak untuk mencapai tinggi badan tertentu sesuai dengan umurnya. Gangguan pertumbuhan merupakan akibat dari gangguan yang terjadi pada masa balita bahkan pada masa sebelumnya.
Berat bayai dengan lahir rendah didefisiensikan sebagai bayi lahir yang beratnya kurang dari 2.500 gram, prevalensi berat badan lahir rendah di Indonesia diperkirakan 7-14%. Bayi BBLR mempunyai daya tahan yang rendah, sehingga mudah terinfeksi, sebagian salah satu faktor yang mempengaruhi angka kematian di Indonesia. Bayi dengan BBLR sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta kecerdasan. Resiko meninggal sebelum 1 tahun 17 kali lebih tinggi dibandingkan bayi normal. Bayi BBLR cenderung mempunyai pertumbuhan fisik yang terlambat. Beberapa penelitian. Menujukan bahwa resiko untuk menjadi KEP adalah 8-10 kali lebih besar dari anak normal. Keadaan ini pada usia dewasa akan menjadi beban masyarakat karena kualitas sumber daya manusia yang rendah serta tidak mampu bersaing baik disekolah maupun ditempat kerja.
4) Gizi Kurang pada anak umur 1-3 tahun
Gizi kurang dan buruk berdampak seriusterhadap kualitas generasi mendatang. Anak yang menderita gizi kurang akan mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan mental anak. Beberapa dampak serius gizi kurang pada anak balita :
a) Pertumbuhan fisik terlambat (anak akan mempunyai tinggi badan yang lebih pendek)
b) Perkembangan mental dan kecerdasan terhambat. Anak mempunyai IQ lebih rendah. Setiap anak bersetatus gizi buruk mempunyai resiko kehilangan IQ 10-13 point
c) Daya tahan anak menurun sehingga anak mudah terkena infeksi. Anak mudah sakit dan meninggal.
5) Keterkaitan masalah gizi makro pada setiap siklus kehidupan
Masalah gizi marko terjadi pada setiap siklus kehidupan manusia mulai bayi, balita, remaja dewasa. Berbagai penelitian menujukkan bahwa kekurangan gizi pada salah satu siklus akan mempengaruhi kejadian kekurangan gizi pada siklus berikutnya, seperti pada bagan halaman berikut :