pandangan agama terhadap bidan

A. PENDAHULUAN
Allah mengatakan dalam al-Qur’an surah al-Ahqaaf : 10
“Katakanlah: Terangkanlah kepadaku bagaimana pendapatmu jika al-Qur’an itu dating dari sisi Allah, padahal kamu mengingkarinya dan seorang saksi dari Bani Israil mengakui ( kebenaran ) yang serupa dengan ( yang dsebut ) dlaam al-Qur’an lalu dia beriman, sedang kamu menyombongkan diri. Sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.
Allah juga mengatakan dalam surah al-An’am : 125
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama ) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah sudah mendaki ke langit. Begitulah Allah melimpahkan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman”.
Dialog asli dengan para ilmuwan ini direkam pada videotape yang diberi judul “ Inilah Kebenaran “. Di dalam video itu jauh lebih efektif dan lebih jelas untuk pemirsa. Untuk membuat pertukaran ide pada bermacam-macam orang, kami memutuskan untuk memproduksi buku ini yang berisi kesaksian para ilmuwan yang berpartisipasi dalam diskusi yang sebenar-benarnya sebagaimana yang dimunculkan dalam videotape, tanpa ada perubahan sama sekali. Videotape itu juga berisi ulasan secara luas dari Syeikh Abdul Majid az-Zindani. Ulasan ini juga direkam di sini videotape ini juga tertulis di buku ini sesuai dengan kitab suci al-Qur’an terjemahan bahasa Inggris oleh Abdullah Yusuf Ali ( beberapa pemakaian linguistic lama telah diedit demi kejelasan ) yang telah direvisi dan diedit Presiden Islamic Research, IFTA, CALL, dan Guidance, Saudi Arabia.
B. Islam dan Ilmu Pengetahuan
Pemikiran Barat sekarang ini berada di tengah-tengah peperangan antara agama dan ilmu pengetahuan. Hampir tidak mungkin pemikir Barat sekarang ini menerima kenyataan bahwa kemungkinan ada pertemuan secara mendasar antara agama dan ilmu pengetahuan. Injil, yang menjadi kepercayaan orang Nasrani, menyatakan pohon di mana Nabi Adam AS dilarang memakan buahnya, dia memperoleh pengetahuan tertentu yang mana tidak dia peroleh sebelumnya. Dengan alas an inilah ornag Eropa membantah bahwa selama dua abad mereka tidak menerima pengetahuan ilmiah yang dating dari orang Islam.
Gereja menyatakan bahwa pencarian seperti pengetahuan ilmiah adalah penyebab dosa yang asli. Uskup menggambarkan bukti mereka dari Perjanjian Lama yang menyebutkan bahwa ketika Adam memakan pohon itu, ia mendapat beberapa pengetahuan, Allah tidak menyukai dan menolak memberinya kemurahan hati. Oleh karena itu, pengetahuan ilmiah menolak sepenuhnya peraturan gereja yang dianggap sebagai hal yang tabu. Akhirnya, ketika pemikir bebas dan ilmuwan Barat sanggup mengatasi kekuatan gereja, mereka membalas dendam yang berlawanan untuk mengatasi kekuatan gereja dan mengurangi pengaruhnya kepada hal yang sempit dan membatasi pada sudut-sudut tertentu.
Oleh karena itu, jika Anda membicarakan persoalan agama dan ilmu pengetahuan dengan pemikir Barat, dia benar-benar akan keheranan. Mereka tidak tahu Islam. Mereka tidak mengetahui bahwa Islam menjunjung tinggi status ilmu pengetahuan dan orang yang berilmu, menghormati mereka sebagai saksi setelah malaikat yang berhubungan dengan fakta baru tiada Tuhan selain Allah, sebagaimana yang telah Allah firmankan kepada kita:
“Tuhan menyatakan, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Dia, dan malaikat-malaikat dan orang-orang berilmu yang tegak dengan keadilan”.
Dan Allah Yang Maha Agung dan Maha Pemurah berfirman kepada kita:
“Oleh sebab itu, ketahuilah bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah”.
Telah diketahui dari Al-Quran bahwa Nabi Adam AS diistimewakan melibihi malaikat dengan kebaikan pengetahuan yang diberikan Allah kepadanya. Kisah dari Al-Quran menyangkal Injil yang menyebutkan orang Islam dianggap menyimpang. Menurut Al-Quran, kenyataan bahwa nabi Adam diberi pengetahuan adalah sebuah tanda kehormatan dan bukan karena pengusirannya dari surga. Oleh karena itu, jika seseorang membicarakan Islam dan ilmu pengetahuan dengan cara pemikir barat, mereka cendrung mengharapkan argument yang sama dengan apa yang ada dalam budaya dan agama mereka. Itulah mengapa mereka memberi reaksi dengan keterkejutan ketika mereka ditunjukan dengan fakta yag jelas sekali dari Al-Quran dan Sunnah.
Di antara pemikir Barat yang menampakan keterkejutannya itu adalah Prof. Dr. Joe Leugh Simpson, ketua jurusan Ilmu Kebidanan dan Ginekologi dan Pakar Molecular dan Genetika Manusia, Baylor ollege Medicine, Houston. Ketika kami pertama kali bertemu dengannya, Profesor Simpson menuntut pembuktian Al-Quran dan Sunnah. Akan tetapi, kami sanggup menghilangkan kecurigaannya. Kami menunjukan kepadanya sebuah naskah garis besar perkembangan embrio. Kami membuktikan kepadanya bahwa Al-Quran menjelaskan kepada kita bahwa turunan atau hereditas dan sifat keturunan atau kromosom yang tersusun hanya bisa terjadi setelah perpaduan yang berhasil antara sperma dan ovum. Sebagaimana yang kita ketahui, kromosom-kromosom ini berisi semua sifat-sifat baru manusia yang akan menjadi mata, kulit, rambut dan lain-lain.
Oleh karena itu, beberapa sifat manusia yang tersusun itu ditentikan oleh kromosomnya. Kromosom-kromosom ini mulai terbentuk sebagai permulaan pada tingkatan nutfah dari perkembangan embrio. Dengan kata lain, cirri khas manusia baru terbentuk sejak dari tingkatan nutfah yang paling awal. Allah Yang Maha Agung dan Yang Maha Mulia berfirman dalam Al-Quran:
“Celakalah kiranya manusia itu! Alangkah ingkarnya (kepada Tuhan). Dari apakah dai diciftakan? Dari setetes mani. (Tuhan) menciftakannya dan menentukan ukuran yang sepadan dengannya.
Pendapat yang telah berulang-ulang dikemukakan pembicara yang lain pagi ini, bahwa kedua hadits ini telah menghasi;lkan dasar pengetahuan ilmiah yang mana rekaman mereka sekarang ini didapatkan.
Prof. Simpson megatakan bahwa agama dapat menjadi petunjuk yang baik untuk pencarian ilmu pengetahuan. Ilmuan barat telah menolak ini. Seorang ilmuan Amerika mengatakan bahwa agama Islam dapat mencapai sukses dalam hal ini. Dengan analogi, jika anda pergi ke suatu pabrik dan anda berpedoman pada mengoperasikan pabrik itu, kemudian anda akan paham dengan mudah bermacam-macam pengoperasian yang berlangsung di pabrik itu. Jika anda tidak memiliki pedoman ini, pasti tidak memiliki kesempatan untuk memahami secara baik variasi proses tersebut. Prof. Simpson berkata: “Saya pikir tidak ada pertentangan antara ilmu genetika dan agama, tetapi pada kenyataannya agama dapat menjadi petunjuk ilmu pengetahuan dengan tambahan wahyu ke beberapa pendekatan ilmiah yang tradisional. Ada kenyataan di dalam Al-Quran yang ditunjukkan oleh ilmu pengetahuan menjadi valid, yang mana Al-Quran mendukung ilmu pengetahuan yang berasal dari Allah.”
Ini kebenaran. Orang-orang Islam tentunya dapat memimpin dalam cara pencarian ilmu pengetahuan dan bagaimana menggunakan pengetahuan itu dalam status yang sesuai. Terelebih lagi orang Islam mengetahui bagaimana menggunakan pengetahuan itu sebagai bukti keberadaan Allah, Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia menegaskan kerasulan Nabi Muhammad SAW. Allah berfirman di dalam Al-Quran:
“Akan Kami perlihatkan secepatnya kepada mereka kelak, bukti-bukti kebenaran. Kami di segenap penjuru dunia ini dan pada diri mereka sendiri, sampai terang kepada mereka, bahwa al-Qur’an ini suatu kebenaran. Belumkah cukup bahwa Tuhan engkau itu menyaksikan segala sesuatu.” ( QS. Fushsilat:53 ).
Setelah menyadari melalui beberapa contoh keajaiban al-Qur’an secara ilmiah yang telah diketahui berhubungan dengan komentar yang objektif dari para ilmuwan, mari kita tanyakan pada diri kita sendiri pertanyaan-pertanyaan berikut :
a. Dapatkah hal ini menjadi sebuah kejadian yang kebetulan bahwa akhir-akhir ini penemuan informasi secara ilmiah dari lapangan yang berbeda yang tersebutkan di dalam Al-Qur’an yang telah turun pada 14 abad yang lalu?
b. Dapatkah Al-Qur’an ini ditulis atau dikarang Nabi Muhammad SAW atau manusia yang lain?
Hanya jawaban yang mungkin untuk pertanyaan itu bahwa Al-Qur’an secara harfiah adalah kata-kata atau firman Allah yang diturunkan kepadanya. Al-Qur’an adalah perkataan yang harfiah dari Allah yang Dia turunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Al-Qur’an ini dihapal oleh Nabi Muhammad SAW yang kemudian didiktekan kepada sahabat-sahabat nya. Para sahabat inilah yang selanjutnya secara bergiliran menghapalkannya, menulis ulang, dan memeriksa/meninjau lagi dengan Nabi Muhammad SAW.
Terlebih dahulu, Nabi Muhammad SAW memeriksa kembali al-Qur’an dengan malaikat Jibril sekali setiap bulan Ramadhan dan dua kali di akhir hidupnya pada kalender Hijriah yang sama. Sejak al-Qur’an diturunkan sampai hari ini, selalu ada banyak orang Islam yang menghapalkan semua ayat al-Qur’an surat demi surat. Sebagian dari mereka ada yang sanggup menghapal al-Qur’an pada waktu berumur 10 tahun. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika tidak ada satu surat pun di dalam al-Qur’an yang berubah selama berabad-abad sampai sekarang.
Al-Qur’an telah diturunkan 14 abad yang lalu menyebutkan fakta yang baru ditemukan akhir-akhir ini yang telah dibuktikan oleh para ilmuwan. Hal ini membuktikan tidak ada keraguan bahwa al-Qur’an adalah firman yang harfiah dari Allah, yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu juga menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah benar-benar nabi dan utusan yang diturunkan Allah. Hal ini adalah di luar alasan bahwa setiap manusia 14 abad yang lalu telah mengetahui beberapa fakta ini yang ditemukan atau dibuktikan akhir-akhir ini dengan peralatan canggih dan metode yang rumit.
C. Fase Penciptaan Manusia
Allah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai rasul untuk seluruh dunia sebagaimana yang difirmankan Allah di dalam Al-Qur’an.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuknya rahmat bagi semesta alam”. ( QS. Al-Anbiyaa’:107 )
Dan Nabi Muhammad SAW juga utusan Allah untuk orang Badui yang tinggal di gurun sebagaimana dia utusan

 

Link Kesehatan Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger