PENDAHULUAN
Anak
adalah amanah yang diberikan Allah kepada umat-Nya. Oleh karena itu sudah
sewajarnya kita menjaga dan menjalankan amanah tersebut dengan sebaik-baiknya.
Segala upaya kita lakukan demi kebaikan, kebahagiaan, dan masa depan anak kita.
Demikian juga dalam hal memenuhi kebutuhan hidupnya, baik itu pangan, sandang,
papan, maupun kebutuhan rohani akan diupayakan orangtua semata-mata demi
kebaha-giaan anak-anaknya.
Tidak
dapat dipungkiri krisis ekonomi yang berkepanjangan dan era globalisasi yang
sedang melanda saat ini membawa dampak adanya kecenderungan kedua orangtua
(bapak ibu) sama-sama mengambil peran ganda, yaitu peran publik dan peran
domestik. Kesibukan orangtua ini membawa pada munculnya kecenderungan ”hidup
serba cepat dan praktis” dengan prinsip yang penting semuanya berjalan lancar
dan tidak menim-bulkan masalah besar.
Sebagai
orangtua kita berusaha mengawasi perkembangan dan pertumbuhan anak dari hari ke
hari dan memenuhi kebutuhan makan anak-anaknya. Namun satu hal penting sering
terlupakan, yaitu mengontrol pemenuhan kebutuhan gizi yang seimbang dan
menanamkan pola konsumsi pangan yang sesuai dengan anjuran kesehatan. Mung-kin
terbersit di pikiran kita, apa pentingnya orangtua memperhatikan hal itu, jika
kenyataannya anak-anak ”enjoy” saja
dan dapat membeli makanan yang sesuai dengan seleranya.
Sebagai orangtua tentunya kita
menginginkan pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya normal dan baik, namun
jika ternyata terjadi penyimpangan kita tentu tidak dapat mengelak. Saat ini
ada fenomena pada anak-anak perempuan yang mengalami menstruasi dini yang
kemungkinan ada kaitannya dengan pola konsumsi pangan mereka? Seperti apakah hubungan itu dan perlukah kita mewaspadai
terjadinya menstruasi (menarkhe) dini
terhadap kesehatan mereka ? Untuk mengetahui hal tersebut, maka pada kesempatan
ini marilah kita bahas bersama-sama.
POLA KONSUMSI PANGAN YANG SEIMBANG
Setiap
manusia memerlukan makan dan minum untuk kelangsungan hidupnya (bukan
sebaliknya hidup untuk makan dan minum). Makan memang kebutuhan primer, namun
bukan berarti tidak ada aturannya, artinya ada batas-batas konsumsi berbagai
makanan yang baik untuk menjaga kesehatan. Tubuh kita adalah buatan Allah,
bukan buatan manusia, dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki kemampuan
menjalankan metabolisme setiap saat, tanpa perlu diperintah. Namun demikian,
sebagai makhluk yang diciptakan, kita memiliki kewajiban untuk menjaga semua
bagian tubuh kita dengan sebaik-baiknya agar tidak melebihi batas kemampuan
tubuh dalam mencerna makanan yang kita konsumsi.
Berkaitan
dengan hal itu, maka dalam mengonsumsi makanan kita harus mem-perhatikan keseimbangan
jenis makanan sesuai dengan usia, jenis kelamin, banyaknya aktivitas, dan
kondisi tertentu yang sedang kita alami, misalnya sakit, hamil, dan lain-lain. Setiap
orang memerlukan lima kelompok zat gizi, yaitu karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral dalam jumlah cukup, tidak berlebihan dan tidak juga
kekurangan. Selain itu manusia juga memerlukan air dan serat untuk memperlancar
berbagai proses metabolisme dalam tubuh (Depkes RI, 1995: 3).
Secara
umum masing-masing zat gizi memiliki fungsi utama bagi tubuh. Karbo-hidrat
merupakan sumber energi utama bagi tubuh, protein sebagai zat pembangun tubuh,
dan lemak sebagai cadangan energi. Berbagai macam vitamin, yaitu A, B, C, D, E,
K diperlukan tubuh dalam jumlah yang relatif kecil tetapi harus ada. Demikian
juga dengan keberadaan berbagai mineral, seperti Ca, P, Fe, F, Na, Cl, K, dan I
meski sedikit diperlukan, tetapi jika tidak terpenuhi dapat mengganggu
pertumbuhan dan kesehatan manusia. Air adalah kebutuhan vital bagi tubuh,
karena tanpa air semua proses metabo-lisme dalam tubuh tidak akan berlangsung.
Hal ini karena semua proses yang terjadi dalam tubuh memerlukan pelarut, selain
itu air berfungsi pula sebagai penstabil tempe-ratur tubuh (Kartasapoetra &
Marsetyo, 2003: 4 - 8).
Semua
zat gizi dapat dipenuhi oleh kita dari berbagai sumber makanan yang
bervariatif, tidak selalu harus sama. Sebagai contoh, untuk pemenuhan
karbohidrat tidak harus dipenuhi dari nasi, tetapi dapat pula dari jenis pangan
lain, seperti ubi, roti, dan kentang. Namun kebiasaan yang berkembang di
masyarakat kita, meskipun sudah makan roti misalnya, tetapi tetap mengatakan
belum makan sebelum makan nasi, padahal keduanya merupakan sumber karbohidrat.
Ada pula yang mengonsumsi beraneka ragam jenis makanan, tetapi sebenarnya
merupakan sumber zat gizi yang sama. Sebagai contoh, makan nasi dengan lauk
telur, ikan, ayam, tempe, tahu bersama-sama, yang kesemuanya merupakan sumber
protein. Nampaknya memang beraneka ragam, tetapi hal itu tidak memenuhi menu
gizi seimbang, sebab yang dimaksud seimbang adalah peme-nuhan kebutuhan semua
zat gizi yang diperlukan tubuh dari makanan yang dikonsumsi, bukan beraneka
ragam jenis makanan tetapi hanya memenuhi salah satu zat gizi.
Allah
menyediakan semua yang ada di alam semesta ini untuk dimanfaatkan manusia.
Apapun boleh kita manfaatkan, termasuk memanfaatkan hewan dan tumbuhan yang
dapat dikonsumsi sebagai sumber zat gizi. Namun harus dipahami bersama bahwa
kebutuhan tubuh kita akan zat gizi ada batas-batasnya, demikian pula kemampuan tubuh
kita dalam mencerna dan menyerap zat gizi tersebut. Hal inilah yang terkadang
dilupakan oleh kita semua, karena kita merasa mampu membeli apapun jenis
makanan yang ada.
Betapa
Maha Besar Allah, Dia mengetahui apa yang terbaik bagi umat-Nya, Dia mengetahui
apa yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Kita diberi asam amino non esensial, yaitu
asam amino yang tidak perlu didatangkan dari luar, sudah ada di dalam tubuh
kita, karena Dia tahu bahwa tubuh kita membutuhkan itu. Sebagai contoh, asam
amino glisin yang mampu mengikat asam benzoat atau natrium benzoat (bahan
pengawet) yang ada pada berbagai makanan instant hingga menjadi asam hipurat
yang dikeluarkan bersama urine. Namun glisin yang ada dalam tubuh kita
jumlahnya terbatas, sehingga jika kita mengonsumsi makanan dengan bahan
pengawet berlebihan, tentunya tubuh tidak mampu lagi menetralisir, akibatnya
akan terakumulasi dalam tubuh dan menimbulkan suatu pe-nyakit. Demikian juga
lemak dibutuhkan oleh tubuh kita sebagai cadangan energi, tetapi jika kita mengonsumsi
makanan sumber lemak berlebihan akan menyebabkan penyakit, seperti obesitas,
jantung koroner, dan lain-lain. Dengan demikian kalimat bijak yang mengatakan ”sebaik-baiknya
perkara adalah yang di tengah-tengah” dan ”makanlah sebe-lum lapar dan berhentilah
makan sebelum kenyang” adalah tepat, karena segala sesuatu yang berlebihan
maupun yang kurang tidaklah baik, yang terbaik adalah yang ”pas” atau
sewajarnya sesuai dengan kebutuhan diri kita.
PENGARUH
POLA KONSUMSI MAKAN TERHADAP TERJADINYA MENSTRUASI DINI
Kita
semua berharap semua makanan yang kita konsumsi bermanfaat bagi tubuh, artinya makanan
tersebut tidak menyebabkan gangguan pada tubuh. Untuk memenuhi harapan itu,
maka kita harus mengetahui tentang fungsi, manfaat, dan dampak dari berba-gai jenis
makanan yang dikonsumsi setiap hari agar kita tidak asal makan.
Salah
satu zat gizi yang sangat dibutuhkan tubuh sebagai zat pembangun adalah protein.
Dalam tubuh kita protein dapat berupa enzim dan hormon yang sangat berguna
sebagai katalis dan pengatur metabolisme serta sintesis berbagai bagian penting
dalam tubuh (Wirahadikusumah, 1989: 34 – 35). Protein terutama dibutuhkan oleh
mereka yang sedang dalam masa pertumbuhan, seperti pada masa remaja. Oleh
karena itu remaja memerlukan lebih banyak protein dibandingkan mereka yang
telah melewati masa remaja. Protein yang mereka konsumsi mempengaruhi produksi
somatopedin, yaitu suatu fasili-tator pertumbuhan yang diproduksi oleh hati
sebagai hormon pertumbuhan (growth
hormone) yang berfungsi sebagai penggerak utama kematangan seksual (www.menar khe.com). Selain itu protein juga
berfungsi dalam sintesis beberapa hormon yang penting bagi remaja putri, yaitu
hormon estrogen, progesteron, hormon lutinasi (Luteinizing Hormone/LH), dan hormon perangsang folikel (Folikel Stimulating Hormone/FSH) yang
berperan ketika mereka memasuki masa pubertas, yaitu masa menstruasi awal yang
dikenal dengan istilah menarkhe.
Sebagai
orangtua tentunya menginginkan anaknya tumbuh secara baik dan cepat. Oleh
karena itu orangtua selalu berusaha memberikan asupan gizi yang berupa sumber
protein secara berlebihan, karena mendasarkan pengetahuan mereka bahwa protein
baik untuk pertumbuhan. Tindakan seperti itu kurang tepat, karena pemberian
protein yang berlebihan berakibat pada cepatnya kematangan seksual mereka,
sehingga akhirnya memperoleh menstruasi (menarkhe)
lebih dini. Hal ini karena kelebihan protein akan digunakan untuk pembentukan
hormon-hormon pemicu kematangan seksual dan akhirnya mereka mengalami menarkhe pada usia yang terlalu dini
dimana mereka belum menge-tahui cara merawat dan memelihara organ reproduksinya
ketika sedang menstruasi.
Selain
protein, kelebihan konsumsi karbohidrat dan lemak juga dapat memicu terjadinya
menstruasi (menarkhe) dini akibat
kelebihan berat badan (obesitas). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Dr. Rajalaksmi Laksmana dari Universitas Cambridge yang menyatakan
sebagian besar kasus menstruasi dini berkaitan dengan jumlah lemak di dalam
tubuh perempuan (www.tempointeraktif.com).
Penerapan pola konsumsi pangan yang berlebihan akan
meningkatkan kerja organ-organ tubuh sebagai bentuk haemodialisa, yaitu kemampuan tubuh untuk menetra-lisir agar
kembali ke keadaan semula dengan berusaha mengeluarkan kelebihan tersebut.
Adanya peningkatan kerja organ-organ itu akan mempengaruhi pula organ seksual
pada perempuan untuk bekerja secara maksimal, baik berupa peningkatan
progesteron, estrogen, LH, dan FSH. Salah satu gangguan yang terjadi adalah
gangguan siklus mens-truasi yang terlalu cepat datangnya (menarkhe dini). Selain nutrisi, menarkhe
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti genetik, keadaan lingkungan,
status sosial ekonomi, dan pendidikan.
RESIKO MENSTRUASI (MENARKHE)
DINI
Dalam jurnal
”American Journal of Epidermiology”
dikemukakan bahwa menarkhe seringkali
dihubungkan dengan usia pendek (www.Dechacare.com). Hal ini bukan tanpa alasan,
tetapi berdasarkan beberapa penelitian, diantaranya hasil penelitian yang
menyatakan bahwa mereka yang menarkhe
pada usia 10/11 tahun beresiko meninggal 10% lebih cepat dibandingkan mereka
yang menarkhe pada usia 14 tahun. Hal
ini tetap berlaku meskipun faktor sosial ekonomi dan berat badan ikut
dipertimbangkan sebagai variabel. Salah satu penyebab yang terdeteksi dari
penelitian ini adalah semakin tingginya tingkat anak-anak yang kelebihan berat
badan dimana lemak tubuh membantu memicu dan mempertahankan siklus menstruasi.
Hasil penelitian tersebut dikuatkan oleh dokter spesialis
kebidanan dan kandung-an, Dr. Ifsal Asril, SpOG yang menyatakan selama masih
menstruasi, hormon estrogen akan tetap eksis dalam tubuh perempuan. Ketika
seorang perempuan mengalami mens-truasi dini, maka akan mengalami masa
menopause secara dini pula. Hal ini berarti pada usia yang relatif masih muda,
hormon estrogen sudah tidak ada, padahal hormon ini ber-fungsi mencegah
serangan jantung dan melindungi tulang. Dengan demikian menopause dini
berakibat pada hilangnya perlindungan terhadap serangan jantung dan tulang,
sehingga resiko terkena gangguan jantung dan tulang relatif besar. Hal ini sejalan
dengan penelitian Karen, dkk yang menyebutkan bahwa remaja putri yang mengalami
menarkhe dini (usia di bawah 11,9
tahun) beresiko menderita penyakit kardiovaskular. Menstruasi dini yang
berpengaruh terhadap datangnya menopause dini juga berakibat pada menipisnya
kulit dan keriput karena semakin menurunnya estrogen. Selain itu terjadi
penumpukan lemak di beberapa tempat tertentu di bawah kulit, seperti di pinggang
dan di lengan bagian atas (josh.com@yahoo.com).
Resiko lainnya yang dapat terjadi pada remaja putri yang
mengalami menarkhe dini adalah
kaitannya dengan perawatan dan pemeliharaan organ reproduksinya. Seorang remaja
putri yang baru berusia 10 - 11 tahun tentunya masih dapat dikatakan anak-anak.
Mereka belum mengetahui secara mendalam tentang pentingnya pemeliharaan organ
reproduksinya, apalagi jika orangtuanya (terutama ibu) tidak mau memberikan
penjelasan atau nasehat kepada putrinya perihal seputar kesehatan organ
reproduksi.
Contoh sederhana dalam pemilihan dan penggunaan pembalut,
jika salah memilih dan menggunakannya akan berpengaruh pada kesehatan organ
reproduksi. Coba bayangkan, jika kita sebagai orangtua tidak peduli dengan hal
itu, maka sudah dapat dipastikan anak akan berkembang sendiri dan
bertanya-tanya tentang hal itu hanya pada teman sebayanya yang sebenarnya juga
belum memahami secara benar tentang bagai-mana memilih dan menggunakan pembalut
yang benar. Penggunaan pembalut yang tidak benar dapat menyebabkan iritasi
bahkan infeksi pada organ reproduksinya, Jika hal ini dibiarkan terus menerus,
apalagi anak tidak mengeluh pada orangtua, maka dapat ber-akibat fatal
menyebarnya bakteri masuk ke dalam kandung kemih dan terjadilah penyakit
infeksi kandung kemih. Bahkan kanker serviks dapat disebabkan karena pemakaian
pembalut yang basah dan tidak segera diganti. Demikian juga pemilihan jenis
pembalut yang aman bagi kesehatanpun perlu diketahui, seperti dari bahan apa
pembalut itu dibuat. Persoalannya, apakah anak seusia 10 – 11 tahun sudah dapat
diberi penjelasan dan pe-ngertian tentang hal itu, meskipun dengan bahasa yang
mudah dan sederhana. Di sinilah diperlukan kesadaran orangtua (terutama ibu)
dalam membimbing dan mendampingi putri-nya agar mereka mengerti arti menstruasi
bagi diri dan kesehatannya.
KESIAPAN ANAK DALAM MENGHADAPI MASA PUBERTAS
Dengan datangnya menstruasi pada remaja putri
berarti mereka memasuki masa pubertas. Pada masa ini umumnya mereka mencoba
mencari identitas diri dan ingin diakui keberadaan/eksistensi dirinya dalam
lingkungannya, baik lingkungan sekolah maupun masyarakat. Gejolak mental
emosional remaja biasanya meletup-letup karena adanya perubahan draktis sebagai
akibat perkembangan fisik dan psikis. Perubahan fisik ditunjukkan dengan
bertambah dan berkembangnya ukuran tubuh. Perubahan psikis berupa perubahan
mental emosional dari alam anak-anak ke alam dewasa. Mereka dikatakan anak-anak
sudah tidak mau, dikatakan dewasa masih jauh dari kematangan sikap dan pola
pikir. Datangnya menstruasi seringkali dapat menimbulkan kecemasan dan
tertekan. Bagi remaja putri yang biasanya aktivitasnya banyak, datangnya
menstruasi seringkali dijadikan kambing hitam yang menghambat aktivitasnya.
Bagi sebagian besar anak putri masalah pubertas
biasanya berakibat pada psikisnya, karena perubahan hormon dapat menyebabkan
remaja menjadi lebih sensitif, mudah
marah/tersinggung, agresif, dan suka membangkang. Namun kondisi fisik juga
dapat menjadi sesuatu yang menakutkan bagi mereka, seperti munculnya jerawat,
pertambahan berat badan yang mencolok, bertambahnya keringat yang keluar, badan
terasa lesu, dan menjadi malas (Anonim, 2001: 22 – 23).
Problematika yang sering dihadapi remaja yang dalam
masa pubertas diantaranya keinginan melihat film/baca buku porno, ketertarikan
dengan lawan jenis, dan salah pergaulan, dan keingintahuan yang besar terhadap
sesuatu yang dianggap tabu. Sebagai orangtua, kita harus memahami hal itu
sebagai sesuatu yang wajar, tetapi kita harus mengarahkan pada hal-hal positif
yang dapat membawa pada kebaikan.
Seringkali dalam aktivitas mencari dan menunjukkan
identitas dan eksistensi diri tersebut remaja berusaha bergaul dengan semua
temannya, baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun masyarakat. Mereka tidak
mau bila dicap sebagai remaja “kuper” atau “gaptek”. Sebenarnya apa yang mereka
lakukan itu baik-baik saja asal masih dalam jalur yang benar dan untuk tujuan
yang positif. Oleh karena itu, peran orangtua sangat penting untuk selalu
mengawasi dan mengarahkan anak-anaknya yang sedang berada dalam tingkatan
remaja. Terlebih lagi saat ini kita berada dalam era teknologi dimana remaja
dengan mudahnya memperoleh informasi dalam waktu yang singkat, baik melalui
internet, CD, maupun media elektronik lainnya.
Salah satu
masalah yang sangat esensial untuk diperhatikan adalah tentang seks bebas (free sex). Masa pubertas membawa pada
kecenderungan remaja putri untuk mencoba sesuatu yang baru, yang kadang-kadang
tidak memikirkan dampak negatifnya. Salah satunya adalah ketertarikan kepada
lawan jenis, sampai keinginan untuk berpa-caran, meskipun masih ”bau kencur”. Sebagai
orangtua kita harus dapat memonitoring (tetapi tidak memata-matai) kepada anak
kita agar tidak terjerumus ke dalam pemahaman yang salah tentang free sex. Siraman rohani perlu selalu diberikan kepada mereka
agar tidak salah jalan, karena hanya dengan iman yang kuat anak-anak kita tidak
akan mudah kena pengaruh yang secara etika moral, sosial, susila, dan norma
agama tidak diperkenankan.
Di luar negeri (misal
Perancis, Amerika), pendidikan seks secara formal diberikan kepada anak-anak
setingkat SD dan SMP di Indonesia dengan tujuan agar mereka mengetahui akibat
yang ditimbulkan bila melakukan hubungan badan dan bagaimana cara mengatasinya.
Anak-anak kita tidak mendapatkan pendidikan seks sebagai mata pela-jaran formal,
tetapi hanya terselip diantara mata pelajaran biologi, PPKn, atau hanya sekedar
nasihat/informasi tambahan di tengah-tengah pelajaran (sebagai hidden curri-culum). Oleh karena itu,
bagi anak-anak yang rasa ingin tahunya tinggi kemudian mencoba mencari
informasi sendiri dari berbagai sumber, seperti internet, CD, atau media
lainnya. Bila ini tidak termonitoring, baik oleh orangtua, saudara, maupun
guru, maka bisa saja informasi yang diperoleh tersebut disalahgunakan karena
penasaran atau keinginan membuktikan sesuatu yang dilihatnya.
Anak adalah harta yang sangat
berharga bagi orangtua, sehingga kedatangannya di dunia ini selalu disambut
dengan luapan kegembiraan. Ketika masih bayi mereka kita timang-timang, kita
doakan agar menjadi orang yang berguna di kemudian hari. Namun demikian, ketika
mereka menginjak remaja banyak permasalahan yang muncul, mulai dari
pergaulannya, sekolahnya, perilakunya, bahasanya, dan lain-lain yang kesemuanya
itu menjadikan kita berpikir bahwa sungguh berat mendidik anak. Ketika kecil dengan mudahnya kita mengarahkan, dan mereka
tidak pernah protes, selalu patuh. Sangat berbeda, ketika menginjak remaja
apapun yang kita nasihatkan selalu ada jawabannya.
Namun semua itu sebenarnya tidak
akan terjadi bila anak-anak kita diberi dasar agama yang kuat. Agama apapun
mengajarkan kita untuk berbuat baik dan meninggalkan hal yang buruk. Bila
sedari kecil mereka ditanamkan nilai-nilai agama yang benar, maka keimanan
mereka akan bertambah kuat ketika mereka menginjak usia remaja. Agama diawali
dari rasa percaya, dan bila rasa percaya itu diikuti dengan memahaminya lebih
mendalam, maka dapat digunakan sebagai perisai diri dari berbagai penyimpangan
yang tidak sesuai dengan ajaran agamanya. Hati nurani yang bersih adalah hati
nurani yang terisi oleh berbagai kebaikan yang dapat mengalahkan berbagai
penyimpangan yang tidak sesuai dengan hati nuraninya.
PENUTUP
Setiap orangtua pasti sangat menyayangi anak-anaknya dan berusaha
membaha-giakannya. Apapun kebutuhan anak, orangtua akan senantiasa berusaha
memenuhinya. Namun demikian segala pemenuhan kebutuhan hidup yang berlebihan
pasti berdampak kurang baik terhadap kehidupan anak itu nantinya. Pemenuhan
pola konsumsi makan yang seimbang, pemberian kasih sayang yang tidak berlebihan,
tidak selalu menuruti kehendaknya, dan memberikan bekal keimanan yang kuat
adalah hal terbaik yang harus kita lakukan kepada anak-anak kita agar mereka
tumbuh dan berkembang dengan baik.
Perlu kita ingat bersama, bahwa anak perlu didampingi tetapi bukan
dimata-matai, mereka perlu diberi tauladan bukan diajari atau disuruh, mereka
perlu didengarkan bukan hanya disuruh mendengar, dan mereka perlu dibekali
bukan untuk dicekoki (Rieny Hasan,
1999). Semoga kita dapat menjadi
orangtua yang baik yang mampu membukakan masa depan yang cerah bagi anak kita
dan dapat menjaga amanah Allah SWT (Amiin).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2001). Tubuh wanita serta
perubahan-perubahan yang dialaminya. Jakarta: Gunung
Jati.
Depkes RI. (1995). Panduan 13 pesan dasar gizi seimbang. Jakarta: Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat.
Kartasapoetra & Marsetyo.
(2003). Ilmu gizi, korelasi gizi,
kesehatan, dan produktivitas kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Rieny Hasan. (1999). Mendampingi anak menyongsong millenium 3, ditinjau
dari segi psikologis. Makalah Seminar Sehari NOVA. Yogyakarta : Hotel Santika.
Wirahadikusumah, M.
(1989). Biokimia, protein, enzim, dan
asam nukleat. Bandung: ITB.
www.Dechacare.com. Menstruasi dini
berkaitan dengan umur. Diakses pada tanggal 6 Mei 2010 jam 20.00.
www.menarkhe.com.
Pengaruh status gizi terhadap sistem
reproduksi. Diakses pada tanggal 8 Mei 2010 jam 13.00.
www.tempointeraktif.com. Waspadai menstruasi dini. Diakses pada
tanggal 6 Mei 2010 jam 20.15.
josh.com@yahoo.com. Hubungan aktivitas fisik dengan usia menarkhe. Diakses pada tanggal
8 Mei 2010 jam 13.30.