ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MENJELANG AJAL
Seorang perawatan professional dalam
merawat lanjut usia yang tidak ada harapan mempunyai ketrampilan yang multi
komplek. sesuai dengan peran yang dimiliki, perawatan harus mampu memberikan
pelayanan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien lanjut usia dan harus
menyelami perasaan-perasaan hidup dan mati.
Dalam memberikan asuhan keperawatan
pada lanjut usia yang sedang menghadapi sakarotul maut tidaklah selamanya muda,
klien lanjut usia akan memberikan reaksi-reaksi
yang berbeda –beda, bergantung kepada kepribadian dan cara klien lanjut
usia menghadapi hidup. tetapi bagaimanapun keadaan, situasi dan kondisinya
perawat harus dapat menguasai keadaan terutama terhadapkeluarga klien lanjut
usia. Biasanya, anggota keluarga dalam keadaan krisis ini memerlukan perhatian
perawatan karena kematian pada seseorang dapat dating dengan berbagai cara,
dapat terjadi secara tiba-tiba dan dapat pula berlangsung berhari-hari. kadabg
–kadang sebelum ajal tiba klien lanjut usia ke hilangan kesadarannya terlebih
dahulu.
Terminologi
1. Pengertian
sakit gawat
Satuan keadaan sakit yang
menurut akal sehat klien lanjut usia itu
tidak dapat lagi atau tiada harapan lagi untuk sembuh.
2. Pengertian
kematian/mati
Seseorang yang dianggap
sudah mati ialah ia tidak lagi mempunyai denyut nadi, tidak bernafas selama
beberapa menit dan ketiadaan segala refleks, serta ketiadaan kegiatan otak.
Sebab-sebab
kematian
1. Penyakit
Ø
Keganasan, misalnya:
·
Carnisoma (C)
·
Carnisoma Hati
·
Carnisoma Paru
·
Carnisoma Mammae
Ø
Penyakit kronis,misalnya :
·
CVD (Cerebro Vasculair Diseases)
·
CRF (Chronic Renal Failure = Gangguan Ginjal
·
DM Gangguan Edokrin
·
MCI (Myocard Infarc)= Gangguan Kadiovaskuler
·
COPDM (Chronic Obstruction Pulmo Diesases)
2. Kecelakaan, misalnya
: Epidurat Haematoma
Ciri-ciri/tanda-tanda pada klien
lanjut usia menjelang kematian
- Gerakan dan penginderaan menghilang secara berangsur-angsur. biasanya dimulai pada anggota badan, khususnya kaki dan ujung kaki.
- Gerakan peristaltic usus menurun.
- Tubuh klien lanjut usia tampak mengembang.
- badan dingin dan lembab terutama pada kaki, tangan, dan ujung hidungnya.
- kulit nampak pucat, berwarna kebiru-biruan/kelabu.
- denyut nadi mulai tidak teratur.
- nafas dengkur berbunyi keras (stridor) yang disebabkan oleh adanya lender pada saluran pernafasan yang tidak dapat dikeluarkan oleh klien lanjut usia.
- tekanna darahnya menurun.
- terjadi gangguan kesadaran (ingatan menjadi kabur).
Tanda-tanda
kematian
- Pupil (bola matanya) tetap membesar atau melebar dan tidak berubah-ubah.
- Hilangnya semua refleks dan ketiadaan kegiatan otak yang tampak jelas dalam hasil pemeiksaan EEG yang menunjukkan mendatar dalam waktu 24 jam.
Tahap-tahap
menuju kematian
Tahap –tahap untuk itu tidak
selamanya berurutan secara tetap tetapi dapat saling tindih kadang-kadang
seorang klien lanjut usia melalui satu tahap tertentu untuk kemudian kembali
lagi ke tahap itu. Lamanya setiap dapat bervariasi mulai dari beberapa jam
sampai beberapa bulan, Aapbila suatu tahap tertentu berlangsung sangat singkat,
bisa timbul kesan seolah-olah klien lanjut usia melompati satu tahap jika
perawat memperhatikan secara seksama dan cermat.
- Tahap pertama (tahap penolakan)
Tahap ini adalah kejutan dan penolakan. Biasanya sikap
itu ditandai dengan komentar : Saya? tidak mungkin. selama tahap ini klien
lanjut usia sesungguhnya mengatakan bahwa maut menimpa semua orang kecuali dia.
klien lanjut usia biasanya terpengaruh oleh penolaknnya sehingga ia tidak
memperhatikan fakta-fakta yang mugkin sedang dijelaskan kepadanya oleh perawat.
ia malahan dapat menekan apa yang telah ia dengar atau mungkin akan minta
pertolongan dari berbagai macam sumber profesional dan non professional dalam
upaya melarikan diri dari kenyataan bahwa maut sudah ada di ambang pintu.
- Tahap kedua (tahap marah)
Tahap ini ditandai oleh rasa amarah dan emosi yang
tidak terkendalikan. klien lanjut usia itu berkata : Mengapa saya ? seringkali
klin lanjut usia akan selalu mencela setiap orang dalam segala hal. ia mudah
marah terhadap perawat dan petugas –petugas kesehatan lainnya terhadap apa saja
yang mereka lakukan. pada tahap ini bagi klin lanjut usia lebih merupakan
hikmah daripada kutukan . kemarahan di sini merupakan mekanisme pertahanan diri
klin lanjut usia . akan tetapi, kemarahan yang sesungguhnya tertuju kepada
kesehatan dan kehidupan. Pada saat ini perawat kesehatan harus hati-hati dalam
memberikan penilaian dalam mengenali kemarahan dan emosi yang tak terkendalikan
sebagai reaksi uyang terhadap kematian yang perlu diungkapkan.
- Tahap ketiga (tahap tawar-menawar)
Pada tahap ini klien lanjut usia pada hakekatnya
berkata: ya. benar, Aku, tetapi,… Kemaraahan biasanya mereda dank lien lanjut
usia dapat menimbulkan kesana sudah dapat menerima apa yang sedang terjadi
dengan sendirinya . akan tetapi, pada tahap tawar-menawar inilah banyak orang
cenderung untuk menyelesaikan urusan rumah tangga mereka sebelum maut tiba, dan
akan menyiapkan hal-hal seperti membuat surat
dan mempersiapkan jaminan hidup bagi orang –orang tercinta yang ditinggalkan.
selam tawar-menawar
segala permohonan yang dikemukakan hendaknya dapat dipenuhi karena merupakan
bagian dari urusan-urusan yang belum selesai dan harus dibereskan sebelum mati.
misalnya klien lanjut usia mempunyai satu permintaan terakhir untuk melihat
pertandingan olahraga , mengunjungi seorang kerabat, melihat cucu terkecuali,
pergi makan di restorant, dan sebagainya. perawat dianjurkan memenuhi
permohonan itu karena tawar menawae
membantu klien lanjut usia memasuki tahap-tahap berikutnya.
- Tahap keempat (tahap sedih)
Tahap ini klien lanjut usia pada hakekatnya berkata :
“ya, benar aku”, ini biasanya merupakan saat-saat yang sedih, karena klien lanjut
usia sedang dalam suasana berkabung karena di masa lampau ia sudah kehilangan
orang yang dicintainya dan sekarang ia akan kehilangan nyawanya sendiri
,bersama dengan itu harus harus meninggalkan semua hal yang menyenangkan yang
telah dinikmatinya . selama tahap ini klien lanjut usia cenderung untuk tidak
banyak bicara dan sering menangis. saatnya bagi perawat untuk duduk dengan
tenang di samping klien lanjut usia yang sedang melalui masa sedihnya sebelum
mati.
- Tahap kelima (tahap akhir/tahap menerima)
tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian.
Menjelang saat ini klien Lanjut Usia telah membereskan urusan-urusan yang belum
selesai dan mungkin tidak ingin berbicara lagi oleh karena ia sudah menyatakan
segala sesuatunya. tawar-menawar sudah lewat dan tibalah saat kedamaian dan
ketenanagan. seseorang mungkin saja berada lama sekali dalam tahap menerima
tetapi bukanlah tahap pasrah yang berarti kelelahan. Dengan kata lain, pasrah
kepada maut tidak berarti menerima maut.
Pengaruh
kematian
- Pengaruh kematian terhadap keluarga klien lanjut usia
Ø
Bersikap kritis terhadap perawatan
Ø
Keluarga dapat menerima keadaan keluarganya
Ø
Terputusnya komunikasi dengan orang menjelang
maut
Ø
Penyesalan keluarga dapat mengakibatkan orang
yang bersangkutan tidak dapat mengatasi rasa
Ø
Pengalihan tanggung jawab dan beban ekonomi
Ø
keluarga menolak diaknosa, penolakan tersebut
dapat memperbesar beban emosi keluarga.
Ø
Mempersoalkan kemampuan tim kesehatan
- Pengaruh kematian terhadap tetangga/teman
Ø
Simpati dan dukungan moril
Ø
Meremehkan / mencela kemampuan tim kesehatan
Pengertian saat
kematian
Satuan proses
berlanjut kematian, meliputi 5 tahap.
(LIHAT TAHAP-TAHAP
KEMATIAN DI ATAS)
Pengertian umum
,tujuan dan tindakan
- Kebutuhan –kebutuhan jasmaniah
Untuk mengambarkan gejala-gejala fisik serta
mengatasinya. kemampuan terhadap rasa sakit itu berbeda pada setiap orang.
tindakan –tindakan yang memungkinkan
rasa nyaman bagi klien lanjut usia ( misalnya sering mengubah posisi tidur,
perawatan fisik dan sebagainya).
- Kebutuhan – kebutuhan emosi
Untuk
mengambarkan ungkapan sikap dan perasaan klien lanjut usia dalam
menghadapi kematian.
Ø
Mungkin klien lanjut usia mengalami ketakutan
yang hebat (ketakutan yang timbul akibat menyadari bahwa dirinya tak mampu
mencegah kematian)
Ø
Mengkaji hal –hal yang diinginkan penderita
selama mendampinginya. Misalnya lanjut usia ingin memperbincangkan tentang
kehidupan di masa lalu dan kemudian hari, bila pembicaraan tersebut berkenan,
luangkan waktu sejenak, ingat bahwa tidak semua orang senang membicarakan
tentang kematian. Apabila anda merasa tidak dapat membicarakan hal tersebut dan
yang disenangi oleh lanjut usia .
Ø
Mengkaji pengaruh kebudayaan atau agama terhadap
klien lanjut usia.
Pertimbangan
khusus dalam p[erawatan, tujuan, dan tindakan –tindakan :
1. Tahap I
penolakan dan rasa kesendirian
Untuk mengenal atau mengetahui
bahwa proses ini umumnya kematiannya terjadi karena menyadari akan datangnya
kematian atau ancaman maut.
Ø
Berikan kesempatan klin lanjut usia mengunakan
caranya sendiri dalam menghadapi kematian sejauh tindakan merusak.
Ø
Memfasilitasi klien lanjut usia dalam menghadapi
kematian, luangkan waktu setidak-tidanya 10 menit sehari, baik dengan
bercakap-cakap ataupun sekedar bersamanya.
2. Tahap II
kemarahan
Untuk mengenal atau meamahami tingkah laku
serta tanda-tandanya.
Ø
Berikan kesempatan klien lanjut usia
mengungkapan kemarahannya dengan kata-kata.
Ø
Ingatlah, bahwa dalam benaknya bergrjolak
pertanyaan mengapa hal ini terjadi pada diriku ?”
Ø
Sering kali perasaan ini dialihkan kepada orang
lain atau anda sebagai cara klien lanjut usia bertingkah laku.
3.
Tahap III tawar menawar
Mengambarkan proses seseorang yang berusaha menawarkan waktu.
Ø
Klien lnjut usia akan mempengaruhi
unjkapan-ungkapan , seperti seandainya saya………….
Ø
Berikan kepa klien lanjut usia menghadapi
kematian dengan tawar menawar.
Ø
Tabyakan kepada klien lanjut usia
kepentingan-lepentingan apakah yang masih ia inginkan. Dengan cara demikian
dapat menunjukkan kemampuan perawatan untuk mendengarkan keluh kesa
perawatannya.
4. Tahap IV
depresi
Untuk memahami bahwa tidak lam lagi lanjut usia tal mungkin lagi menolak
lagi kematian yang tak dapat dihindarkan itu, dan kini kesedihan akan kematian
ini sudah membayanginya.
Ø
Jangan menolong menyenangkan klien lanjut usia
ingatlah bahwa tindakan ini sebenarnya hanyalah memenuhi kebutuhan petugas,
jangan takut menyaksikan klien lanjut usia atau keluarganya menangis. hal ini
merupakan ungkapan pengekspresian
kesedihannya. Anda boleh saja ikut berduka cita.
Ø
“Apakah saya akan mati?” Sebab sebetulnya
pertanyaan klien lanjut usia tersebut hanyalah sekedar mengisi dan menghabiskan
waktu untuk memperbincangkan sesuatu, ia sebenarnya sudah tahu jawabannya.
Apakah anda akan meninggal dunia?
5. Tahap V
Untuk membedakan antara sikap
menerima kematian dan penyerahan terhadap
kematian yang akan terjadi.
Sikap menerima : klien lanjut usia telah menerima,
dapat mengatakan bahwa kematian akan tiba dan ia tak boleh menolak..
Sikap menyerah : Sebenernya klien lanjut usia tidak
menghendaki kematian ini terjadi. jadi klien lanjut usia tidak merasa tenang
dan damai.
Ø
Luangkan waktu untuk klien lanjut usia (mugkin
beberapa hari dalam sekali). setiap keluarga akan berbeda dengan sikap klien
lanjut usia.Oleh karena itu, sedia kan
waktu mendiskusikan perasaan mereka.
Ø
Berikan kesempatan klien lanjut usia mengarahkan
perhatian sebanyak mungkin. Tindakan ini akan memberikan ketenangan dan
perasaan aman.
HAK-HAK ASASI
PASIEN YANG MENJELANH AJAL (MENINGGAL)
- Berhak diperlakukan sebagai manusia yang hidup sampai mati.
- Berhak untuk merasa punya harapan, meskipun fokusnya dapat saja berubah-ubah.
- Berhak dirawat oleh mereka yang dapat menghidupkan terus harapan itu, walupun dapt berubah-ubah.
- Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi mengenai kematian yang sudah dekat dengan cara sendiri.
- Berhak untuk berpatisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai perawatannya.
- Berhak untuk mengharapakan akan terus mendapat perhatian medis dan perawatan walaupun tujuan penyembuhan harus diubah menjadi tujuan memberikan rasa nyaman.
- Berhak unutu tidak mati dalam kesepian.
- Berhak untu bebas dalam rasa nyeri.
- Berhat untuk memperoleh jawaban yang jujur atas pertanyaan-pertanyaan.
- Berhak untuk tidak tertipu.
- Berhak untu mendapatkan bantuan dari dan untuk keluarganya dalam menerima kematian.
- Berhak untuk mati dengan benar dan terhormat.
- Berhak untuk mempertahankan individualitas dan tidak dihakimi untuk keputusan –keputusan yang mungkin saja bertentrangan dengan orang lain.
- Membicarakan dan memperluas pengalaman-pengalaman keagamaan dan kerohaniaan.
- Behak untuk mengharapakan bahwa kesucian tubuh manusia akan dihormati sesudah mati.
Daftar pustaka:
NUGROHO,
Wahjudi Perawatan lanjut usia/ Wahjudi Nugroho; editor, Silvana Evi Linda;
Desain cover, Yulli M. – Jakarta
: EGC, 1995
NUGROHO,
Wahjudi Perawatan lanjut usia/ Wahjudi Nugroho; editor, Silvana Evi Linda;
Desain cover, Yulli M. – Jakarta
: EGC, 2000