Kesalahan Diagnostik


Metode yang diuraikan dalam seksi ini tidak berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah. Meskipun memberikan penampakan tes yang dangkal. Tes tersebut tidak pernah dilakukan uji klinis dengan kontrol untuk menunjukkan kemampuan penilaian diagnosis dalam kondisi apapun, dan prosedur aktual tidak sesuai dengan pengetahuan patofisiologi alergi sekarang ini.
Prosedur diagnostic yang didiskusikan dalam bab ini dibagi menjadi 2 kategori :
(1) Tidak mempunyai nilai diagnostik untuk penyakit apapun dalam keadaan apapun,
(2) Secara intrinsic mampu memberikan penilaian yang sahih yang mungkin efektif dan tepat untuk diagnosa penyakit tertentu tetapi tidak untuk alergi. Ada prosedur ilmiah lain yang sahih mampu memberikan informasi diagnostic yang berhubungan dengan alergi, tetapi saat ini tidak tepat untuk penggunaan di praktek klinik sebab sensitivitas dan spesifisitas tidak adekuat, tidak cukup uji klinis untuk membuktikan sensitifitas dan spesifisitas, biaya, atau kurangnya ketersediaan secara umum.

SKIN END-POINT TITRATION (Titrasi Nilai Akhir Kulit).
Titrasi Nilai Akhir serial berkaitan dengan metode tes dan pengobatan alergi hirup yang diperkenalkan oleh Rinke dan kemudian diadopsi untuk alergen makanan. Ini adalah suatu prosedur yang digunakan tidak hanya untuk diagnosis tetapi juga untuk membuktikan keamanan dosis permulaan imunoterapi dan untuk netralisasi gejala-gejala.

Metode
Metode yang diuraikan oleh Rinke dan modifikasi selanjutnya adalah rumit dan ritualistik,  berdasarkan pengamatan empirik tanpa kontrol. Peningkatan konsentrasi alergen lima kali lipat secara serial disuntikan intradermal, biasanya dosis 0.01 ml. Lokasi tes  diamati timbulnya bentol setelah 10 menit tanpa memperhatikan ada atau tidaknya kemerahan. Hasilnya disebut ‘end-points (nilai akhir)’, didefinisikan sebagai dosis tes secara serial dengan peningkatan bertahap diameter bentol  mulai dari 2 mm (atau lebih)  yang terjadi dengan kenaikan konsentrasi lima kali lipat. Hasil tes yang tidak cocok dengan pola definisi ini  dianggap aneh.  “Pola gelas kaca” (penurunan dan kemudian kenaikan diameter bentol yang timbul akibat kenaikan konsentrasi alergen), “respon singkat”(suatu bentol yang tidak berkembang) dan “respon datar” (diameter bentol tidak berubah dengan peningkatan dosis)  dipengaruhi oleh berbagai faktor luar yaitu infeksi, pajanan tepung sari diudara, pajanan dengan alergen makanan, perubahan oleh pengobatan imunoterapi, dan keistimewaan alergen spesifik. Karena setiap alergen yang dites sampai 9 kali injeksi intradermal secara serial, jumlah total injeksi dan biaya prosedur adalah penting. Selanjutnya, tes kembali dianjurkan untuk menentukan nilai akhir baru selama pengobatan imunoterapi jika pasien tidak ada perbaikan.

Teori
Tes titrasi nilai akhir serial berdasarkan pengamatan empirik hanya didukung oleh laporan kasus. Laporan ini tidak memberikan ukuran objektif tanpa kontrol untuk menyatakan kemanjuran dan keamanan tes ini. Suatu kegagalan penting metode ini adalah kurangnya perhatian atas timbulnya kemerahan di tempat tes. Mediator-mediator atopik dari derivat sel mast dan anafilaksis alergi menimbulkan gatal, kemerahan, dan bentol setempat. Dengan demikian bukti objektif kemerahan dilokasi tes kulit adalah suatu syarat mutlak tes diagnostik spesifik pada penyakit ini. Diameter bentol disertai kemerahan adalah suatu indikasi untuk menentukan derajat reaktifitas tes kulit terhadap alergen, tetapi ketiadaan kemerahan sepertinya mengarah kepada hasil tes positif palsu secara klinis.


Kesimpulan
Teknik tes kulit dengan titrasi nilai akhir serial intradermal menggunakan metode Rinkel dan pengikutnya tidak dapat direkomendasikan sebagai tes yang dapat dipercaya untuk sensitivitas kulit yang diperantarai IgE, sebab tes dibaca terlalu dini sewaktu rangkaian reaksi, dan ada atau tidaknya kemerahan yang menyertainya tidak dipertimbangkan. Metode memerlukan jumlah besar suntikan intradermal yang tidak perlu. Menggunakan ‘nilai akhir’ sebagai dosis permulaan imunoterapi seringkali memperpanjang rangkaian pengobatan yang tidak perlu. Perhitungan suatu ‘dosis optimal’ imunoterapi berdasarkan tes nilai akhir adalah tidak berdasarkan peraturan/hukum yang berlaku, dan penelitian kontrol memperlihatkan hasil pengobatan yang tidak efektif.

Pernyataan dari The American Academy of Allergy, Asthma and Immunology (AAAAI) mengenai terapi kontroversi menyimpulkan bahwa titrasi nilai akhir kulit memperlihatkan efektif untuk sejumlah sensitivitas pasien dan memberikan panduan kasar untuk suatu keamanan dosis awal untuk imunoterapi, tetapi tidak sebagai panduan efektif untuk suatu dosis terapi. Hasil metode dilusi nilai akhir dalam imunoterapi adalah tidak lebih efektif daripada plasebo.

PROVOKASI - NETRALISASI
Provokasi – Netralisasi adalah suatu prosedur yang bertujuan untuk tes alergi terhadap makanan, hirup, dan bahan kimia lingkungan dengan memaparkan pasien melalui tes dosis pada bahan-bahan tersebut secara intradermal, subkutan, atau sublingual, yang bertujuan memicu atau menghalangi gejala-gejala subyektif. Tes ini berkembang dari tes titrasi nilai akhir kulit, awalnya dipromosikan untuk diagnosa alergi makanan pada pasien dengan gejala subyektif banyak, dan kemudian direkomendasikan untuk alergen hirup. Para praktisi sekarang secara khusus menggunakan alergen bahan kimia. Metode ini berdasarkan pada konsep bahwa sejumlah alergen yang sangat kecil dapat menghilangkan gejala (`netralisasi`). Prosedur ini sering dibicarakan sebagai satu kesatuan tes dan pengobatan.

Prosedur
Tes provokasi intrakutan sama dengan titrasi nilai akhir kulit. Tes memakai dilusi alergen lima kali secara serial atau ekstrak kimia. Protokol berbeda, misalnya volume suntikan dapat 0,01, 0,02, atau 0,05 ml. Suntikan biasanya diberikan di lengan atas, dan pasien dicatat semua sensasi subyektif apapun yang terjadi dalam periode lebih dari 10 menit setelah disuntik. Jenis atau intensitas gejala yang menyatakan tes positif adalah tidak baku dan tidak selalu sama seperti yang dilaporkan oleh pasien untuk penyakit yang dites. Jika tidak ada gejala yang dilaporkan dalam 10 menit, dosis  yang lebih tinggi diberikan dengan cara serial sampai gejala timbul. Sekali tes dinyatakan positif, suatu seri progresif konsentrasi lebih rendah diberikan sampai mencapai dosis dimana pasien melaporkan tidak ada sensasi. Sejumlah zat tes ini dianggap `dosis netralisasi`, yang kemudian digunakan untuk pengobatan kedepan.
Ada banyak variasi. Beberapa orang pendukung percaya bahwa ketiadaan gejala adalah suatu tes positif. Dosis lebih rendah lainnya yang mencetus gejala dan kemudian ditingkatkan sampai mencapai netralisasi. Tidak ada konsensus mengenai kemaknaan diagnostik ukuran bentol merah atau hubungannya dengan gejala subyektif. Protokol yang dipublikasikan sering kompleks, dan  tidak ada yang menimbulkan gejala spontan, tidak juga termasuk kontrol negatif.

Provokasi – netralisasi subkutan adalah suatu prosedur yang sama, kecuali suntikan lebih dalam diberikan dan diameter bentol merah tidak termasuk dalam interpretasi hasil.

Provokasi-netralisasi Sublingual dilakukan dengan meneteskan tes dosis di bawah lidah, nampaknya untuk membuat prosedur lebih diterima oleh pasien, terutama bila digunakan sebagai terapi.

Tes Provokasi-netralisasi digunakan terutama oleh para dokter yang setuju dengan konsep sensitivitas berulang kali makanan dan bahan kimia. Karena tes memerlukan timbulnya gejala provokasi dan netralisasi terhadap satu jenis pada saat yang sama, dan teori berdasarkan penyakit yang disebabkan bahan makanan dan lingkungan, prosedur dapat melibatkan ratusan tes individu, memerlukan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk tes sehari penuh.

Teori
Tes Provokasi-netralisasi berasal dari pengamatan empiris gejala-gejala yang berubah-rubah selama tes titrasi serial. Satu teori yang beranggapan bahwa alergen yang ditunjukkan dengan bentol merah di kulit. Tergantung pada ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan kekenyalan bentol merah, alergen dipercaya tetap berada dalam bentol merah atau dilepaskan kedalam sirkulasi, menyebabkan `reaksi sistemik` - adalah berbagai gejala yang dilaporkan. Teori ini tidak terbukti, dan hal ini bertentangan dengan bukti yang telah berkembang baik yaitu bentol merah tes alergi kulit diperantarai IgE disebabkan cairan edema (bengkak) terlokalisasi berasal dari rembesan pembuluh kecil vena akibat mediator dari sel mast, bukan suatu akumulasi alergen. Teori yang lain mengemukakan tes suntikan atau tetes menginduksi pembentukan antibodi, mengakibatkan sirkulasi kompleks imun yang kemudian mencetus atau menghilangkan gejala, tergantung pada besarnya kompleks imun. Teori ini secara jelas tidak konsisten dengan kinetik produksi antibodi dan pembentukan kompleks imun. Teori lain netralisasi melibatkan stimulasi atau penekanan fungsi limfosit, bergantung pada pemberian dosis antigen dalam tes, tetapi tidak ada bukti penelitian yang memperlihatkan aktivasi limfosit terlibat dalam menimbulkan berbagai gejala yang dilaporkan pasien sewaktu tes dilakukan.

Penelitian
15 publikasi melaporkan penyelidikan tes provokasi – netralisasi (bukan pengobatan) ada banyak ragam kesimpulan, tergantung pada metodologi. Sebuah variasi penyakit yang diselidiki menggunakan perbedaan pengukuran nilai akhir, menggambarkan kurangnya standarisasi untuk prosedur dan sejumlah penyakit yang direkomendasikan. Satu-satunya evaluasi ketat dan teliti menggunakan uji klinis kontrol plasebo samar ganda memperlihatkan kesimpulan bahwa provokasi gejala adalah sebuah plasebo efek.

Kesimpulan
Provokasi-netralisasi tidak memenuhi sebagian besar kriteria dasar untuk tes diagnostik alergi. Tes tersebut tidak ada protokol baku. Pemilihan bahan tes, dosis, dan cara pemberian dapat dirubah pada masa pengembangan prosedur tergantung hasil terlihat. Hasil nilai akhir secara keseluruhan subyektif, dan tidak ada ketetapan atas gejala spontan yang mungkin berhubungan dengan pemberian bahan tes. Tidak ada batasan pada tipe atau keparahan sensasi subyektif yang menandai tes positif. Mereka yang menggunakan provokasi-netralisasi tidak dapat menjelaskan populasi pasien atau populasi penyakit atas manfaat diagnostik, dalam prakteknya dikerjakan untuk kisaran yang luas penyakit alergi dan bukan alergi. Sebagian besar sering digunakan pada pasien yang memiliki sejumlah keluhan subyektif tanpa tanda-tanda objektif penyakit.
Keamanan provokasi-netralisasi tidak pernah diteliti secara sistimatik. Efek samping yang bermakna dapat timbul pada tes sublingual. Efeknya sangat berbahaya yaitu angioedema mukosa oral atau sistemik anafilaksis pada pajanan sublingual seorang pasien dengan sensitivitas IgE yang sangat tinggi terhadap alergen.
Tes tesebut tidak berdasarkan teori ilmiah untuk provokasi-netralisasi. Khususnya,  netralisasi cepat gejala alergi dengan pemberian alergen adalah tidak konsisten dengan patogenesis ilmu pengetahuan sekarang tentang segala bentuk hipersensitivitas imunologi. Tidak ada laporan yang dipublikasikan menunjukkan kesimpulan provokasi-netralisasi dapat mendiagnosa berbagai penyakit, ada bukti bagus tentang gejala-gejala yang meningkat selama waktu tes yang secara acak dan tidak berkaitan dengan tes itu sendiri.

Tes provokasi-netralisasi, berbeda dan jangan salah tafsir dengan bentuk tes provokasi target-organ yang diakui, dapat dipercaya  dan teknik ukuran baku yang telah didefinisikan baik seperti tes provokasi bronkial dengan alergen, tes provokasi inhalasi nasal, tes percobaan makanan oral tersamar ganda dengan kontrol plasebo, dan patch testing (tes tempel) untuk dermatitis kontak.
Pernyataan AAAI (American Asthma Allergy & Immunology) atas provokasi-netralisasi menyimpulkan bahwa pengobatan dan diagnosis penyakit alergi dengan metode ini telah memperlihatkan tidak efektif dan secara imunologi tidak dapat dipercaya. Kesimpulan dari National Center for Health Care Technology adalah sama. The Health Care Financing Administration menyimpulkan bahwa `tes provokasi sublingual dan terapi netralisasi untuk alergi makanan yang digunakan secara luas tetapi kurang bukti ilmiah mengenai kemanjurannya. Tidak diketahui mekanisme imunologi dapat mengukur netralisasi gejala yang diprovokasi dengan cairan antigen makanan yang diencerkan. Tes Provokasi Sublingual dan terapi netralisasi untuk alergi makanan harus dianggap masih dalam percobaan pada saat sekarang. Prosedur ini telah dikeluarkan dari ruang lingkup kesehatan.



ELECTRODERMAL TESTING (TES ELEKTRODERMAL)
Reaksi Elektrodermal telah diinvestigasi sebagai alat dalam meneliti keadaan psikofisiologik dan psikopatologi. Tes Elektrodermal (elektro-akupuntur) dinyatakan untuk identifikasi zat/bahan, terutama makanan, yang menyebabkan alergi dan memberikan informasi tentang dilusi tertinggi pengobatan ekstrak dalam imunoterapi, meskipun pernyataan ini sering terjadi salah interpretasi. Tes itu menggunakan sebuah alat, sering dihubungkan seperti Voll machine(Volt meter), yang mengukur electrical impedance pada kulit dengan rancangan titik-titik akupuntur yang bereaksi pada arus listrik 1,5 V sedangkan pasien memegang elektroda negatif pada satu lengan. Botol ekstrak inhalant (alergen hirup) atau makanan ditempatkan berhubungan dengan pelat aluminium dalam sirkuit aliran listrik. Suatu perubahan dalam impedance berarti deteksi alergi terhadap makanan tertentu. Probes elektrode positif seleksi titik area kulit. Ekstremitas bawah dikatakan berhubungan dengan alergi makanan, badan dan ektremitas atas berhubungan dengan alergi hirup, dan kulit kepala berhubungan dengan alergi yang lokasinya di hidung dan sinus.
Orang-orang yang mendukung prosedur aneh ini menyatakan bahwa tes ini telah sukses digunakan selama beberapa tahun di Eropa untuk diagnosa dan mengobati alergi. Mereka mengakui bahwa teori untuk prosedur tidak diketahui dan hasilnya adalah empiric (berdasarkan observasi pengalaman). Peralatannya mahal, dan pabrik pembuat mengingatkan bahwa penggunaan alat ini di Amerika hanya untuk kegunaan investigasi.
 Penelitian double-blind, randomized block design pada pasien atopi dan tes kontrol berulang kali memperlihatkan prosedur tersebut tidak mampu mengidentifikasi ada atau tidak reaksi tes kulit, dan tes tidak dapat membedakan atopi dari individu bukan atopi. Pernyataan kemanjuran diagnostik sebelumnya digunakan metode penelitian tidak ilmiah.

APPLIED KINESIOLOGY (KINESIOLOGI TERAPAN)
Kinesiologi terapan adalah tes untuk alergi spesifik dengan mengukur kekuatan otot pasien. Alergen ditempatkan dalam wadah yang dipegang oleh salah satu tangan pasien, kemudian teknisi secara subyektif menilai kekuatan otot pada tangan yang berlawanan. Penurunan kekuatan otot dikatakan indikasi tes positif. Variasi dalam prosedur termasuk penempatan wadah alergen di dada kemudian pasien posisi terlentang dengan lengan terentang, atau meskipun tes dengan alergen ditempatkan dekat tetapi tidak kontak benar dengan tubuh. Untuk bayi yang tidak kooperatif, seorang wakil ikut dites, pertama-tama sendiri dan kemudian memegang tangan anak, dengan hasil berdasarkan pengurangan 2 hasil dari pengukuran subyektif kekuatan otot wakil anak.

Orang-orang yang mendukung kinesiologi terapan menyatakan kemanjuran dan pengulangan prosedur ini tanpa dukungan apapun dari penelitian kontrol yang benar atau suatu teori yang dapat dipertanggung-jawabkan dan dipercaya untuk mekanisme prosedur. Satu laporan yang dipublikasikan dari tes buta terhadap 20 jenis makanan memperlihatkan hasil secara acak dan tidak dapat diproduksi ulang, dan oleh karena itu tidak dapat digunakan untuk kegunaan diagnostik.
 

Link Kesehatan Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger